Baru saja Bulan membuka pagar rumah, Farhan sudah membukakan pintu Rumah untuk anaknya.
"Pulang di anter siapa nak?." Tanya Farhan
"Di anter Langit yah, kenapa?."
"Kok gak disuruh mampir?."
"Langit capek yah, mangkanya tadi langsung pulang."
"Kapan-kapan ajak Langit ke rumah, ayah pengen kenalan dong."
Seperti mimpi saat ayah Bulan mengucapkan kata tersebut.
"Ayah serius?."
"Iya dong, masa putri ayah punya kekasih, ayahnya gak tau."
Bulan hanya tersenyum, ia tak tau harus menjawab apa.
"Langit rumahnya di mana?."
"Di perum sini juga yah."
"Oh gitu."
"Cuma, agak jauhan dikit dari sini."
"Oh gitu, ya udah kapan kapan ajak ke rumah ya, nanti ayah ajak Langit adu main catur."
Bulan pun tertawa mendengar lelucon yang ayahnya buat.
"Ya udah yah, aku ke kamar dulu ya."
Bulan langsung naik menuju kamar, dan Bulan menceritakan ke Langit apa yang baru saja di perbincangkan dengan ayah.
***
"Kamu di suruh mampir sayang." Bulan mengirim pesan singkat ke Langit.
"Sama siapa?."
"Sama ayah."
"Terus tadi ngomongin apa aja?."
"Ya, tanya-tanya tentang kamu, terus kalau main ke sini kamu di ajak main catur."
"Waduh, aku harus belajar main catut nih kayaknya, biar nanti aku yang menang."
"Hahaha ada-ada aja."
"Ya udah nanti malem aku ke sana deh, ketemu sama calon mertua."
"Eh? Beneran?."
"Iya dong beneran, sama sekalian minta restu."
Pipi Bulan bersemu saat Langit mengirimkan pesan singkat tersebut.
"Ya udah ya, sampai ketemu nanti sayang."
Mereka mengakhiri cerita singkat hari ini, di karenakan Langit yang masih mengerjakan skripsi dan Bulan mengantuk ingin istirahat.
Sebelum tidur Bulan menghampiri ayah, ayah yang sedang asik menonton tv, kini ia fokus ke arah Bulan karena, nanti Langit akan ke rumah untuk mian dan ketemu dengan ayah.
"Beneran nanti Langit ke sini?." Tanya Farhan.
"Iya ayah, tadi Langit ngomongnya gitu."
"Ya udah, nanti ayah masakin Langit."
"Waduh, ayah bisa masak?."
"Kan bakat masakmu itu nurun dari ayah."
"Sejak kapan ayah bisa masak?."
"Dari dulu dong."
Hari ini adalah hari yang sangat membuat hati Bulan merasa senang, ada kehangatan tersendiri melihat ayah yang ingin dekat dan ingin mengetahui sosok Langit.
"Bulan mau ke kamar dulu ya yah."
"Eh, nanti Langit ke sini jam berapa?."
"Mungkin malem."
"Oke kalau gitu."
Bulan langsung menuju kamar, ia tak sabar menunggu malam tiba.
***
Hp Bulan tak henti-hentinya berdering, tapi Bulan tak meresponnya karna ia masih nyenyak dalam mimpi.
Langit berusaha menghubungu Bulan kembali, karna Langit ingin menepati janjinya untuk bertemu dengan ayah Bulan.
Akhirnya Bulan mulai bangun, karna terganggu oleh getar dan derinh dari hp, Bulan mulai mengecek, dan ternyata itu Langit.
Langsung saja Bulan mengangkat telfonnya.
"Maaf baru bangun." Ucap Bulan.
"Kayaknya kecapean banget."
"Jadi kesini?."
"Iya jadi, bentar lagi aku ke rumah."
"Oke."
Bulan langsung mematikan telponnya dan buru-buru masuk ke kamar mandi.
Sedangkan Farhan yang sedang asik memasak, untuk menyambut Langit, Farhan sangat tidak sabar untuk mengintrogasi kekasih anaknya tersebut.
Setelah mandi Bulan langsung turun ke dapur, untuk menyiapkan makanan. Tetapi ada pemandangan yang membuat Bulan tersenyum, ia melihat sang ayah sedang asik memasak. Bulan langsung menghampiri sang ayah untuk membantu.
"Ini, kamu coba." Farhan menyuapkan spageti ke Bulan.
"Enak yah."
"Iya dong, ayah gitulo."
"Hebat-hebat yah."
Beberapa menit bel rumah berbunyi, Bulan langsung membukakan pintu.
"Akhirnya kamu dateng." Ucap Bulan.
"BULAN ITU SIAPA? LANGIT?." Teriak ayah.
Langit, lalu masuk ke rumah dan di persilahkan untuk duduk di ruang tamu.
Bulan lalu memberitahukan bahwa Langit sudah datang.
"Langsung suruh duduk di meja makan, kan kita mau makan bersama." Ucap Farhan.
Langsung saja atas perintah sang ayah, Bulan menghampiri Langit untuk masuk ke dalam.
Langit takjub melihat ayah Bulan yang sedang menyiapkan makanan di dapur.
"Nih, udah selesai." Ucap Farhan.
"Wah, enak ini kayaknya." Ucap Langit.
"Udah, sekarang di makan." Ucap Farhan.
Setelah acara makan telah selesai, Farhan mengajak Langit untuk menemaninya bermain catur di taman belakang, dan sambil berbincang-bincang.
Bulan yang sedang mencari mereka yang tiba-tiba hilang, ternyata Langit sedang menemani ayah bermain catur, Bulan melihat dari belakang pintu, melihat keakraban mereka yang sedang asik berbincang. Bulan membuatkan kopi susu untuk ayah dan coklat hangat untuk Langit. Agar perbincangan di antara mereka semakin hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan aku yang pergi
Ficção AdolescenteLangit yang gelap juga membutuhkan sedikit cahaya, untuk membuat semua menjadi sempurna, tetapi cahaya yang semakin lama semakin redup karna cahaya bulan tak bisa membuat langit yang hitam menjadi benderang