bab 8

135 72 1
                                    

Jihan yang sendari tadi sudah bangun dan melihat anaknya keluar kamar dengan berpenampilan sudah rapi membuat mama jihan bertanya tanya.

"Mau kemana?, jadwalmu kan siang nak?."

"Biasalah ma, mau nganter calon mantumu" ucap langit sambil nyengir.

"Nanti della ke sini."

"Bilang aja aku gak ada ma."

"Gak bisa gitu dong, kamu harus temuin."

Langit yang malas mendengar mamanya yang mulai berbicara tentang Della.

"Aku pergi dulu." Langit salim ke mamanya

"Langsung pulang nanti Della ke sini." Teriak Jihan

"Aku Bodoamat mama!."

***

Saat Langit sudah sampai di rumah Bulan, Langit melihat ada 1 mobil yang terparkir di depan halaman rumanya. Langsung saja Langit keluar dari mobil.

Sesosok lelaki paruh baya yang membuka pintu, Langit sempat kaget saat melihat siapa orang itu, dia ayahnya Bulan. Wajah yang sangat tampan dan sedikit seram dan badan juga tinggi.

"Siapa ya?." Tanya Farhan.

"Saya Langit om." Langit salim ke Farhan.

"Langit?."

Beberapa menit Bulan keluar.

"Ayo yah, aku udah siap."

Bulan langsung diam melihat Langit bertemu dengan ayahnya.

"Langit? Kenapa di sini?."

"Aku mau nganterin kamu ke kampus." Jawab Langit.

"Tapi aku mau di anter sama ayah."

Sontak Farhan tersenyum, ia tak menyangka putri kecilnya kini sudah dewasa dan sudah memiliki kekasih.

"Ya udah gpp, kamu berangkat sama Langit, kasian dia udah dateng ke sini."

"Beneran yah?."

"Iya sayang."

Bulan tersenyum senang, lalu mereka pamit untul berangkat.

"Ayah kamu udah pulang?."

"Udah, tadi malem."

"Kira-kira ayah kamu mau gak nerima aku jadi mantunya." Tanya Langit.

"Nikah aja ya pikiran kamu."

"Hehehe." Langit menyengir.

"Udah sarapan belum?." Tanya Langit.

"Belum."

"Ya udah mampir dulu ya beli roti buat sarapan."

Bulan menganggukkan kepalanya.

Setelah sampai di toko roti Langit yang turun dari mobil.

"Nih sayang." ucap Langit sambil memberikan roti.

"Banyak banget kamu beli."

"Biar kamu kenyang."

"Kamu udah sarapan belum? Aku suapin ya." ucap Bulan.

Langit menganggukan kepala.

Andai mama tau kalau hatiku hanya untuk Bulan, kenapa mama selalu ikut campur dengan urusan cinta Langit. -batin Langit.

"Menurutmu mama gimana?." Langit bertanya lagi.

"Baik kok sama Bulan."

"Terus?, aku mau kamu jujur aja."

"Baik, murah senyum."

"Yakin?."

"Iya langit."

Langit sedikit tak percaya dengan ucapan Bulan. Mamanya yang ingin Langit mengakhiri kisah cinta mereka tetapi kenapa mama baik kepada bulan?, arghhhh membingungkan!!.

"Kenapa emang?."

"Gapapa, aku kira mama ngomong sesuatu gitu?, kayak contohnya aduh cantiknya calon mantu tante." ucap Langit sambil senyum.

"Kalau itu kamu yang barusan ngomong!." Jiwit Bulan.

"Aduh sakit!."

Setelah beberapa menit akhirnya sampai juga di kampus Sanata Dharma.

"Ati ati ya." ucap Bulan.

"Semangat kuliahnya."

Bulan hanya tersenyum.

"Ya udah ya aku pulang dulu, kalau mau pulang kabarin ya nanti aku jemput"

"Enggk usah ah."

"Gak boleh nolak."

"Hem, iya deh."

"Dadah."

Bulan yang sudah tak melihat mobil Langit dari kampus, ia segera masuk ke dalam kelas.

***

"Tante..." teriak Della dari pintu luar

Jihan langsung membukakan pintu.

"Eh udah dateng."

"Tante, aku gak terima ya! Kalau Langit masih berhubungan dengan pacarnya!." Ucap Della dengan tegas.

"Tante sudah membujuk, ternyata cinta Langit besar ke Bulan."

"Ya itu urusan tante, tante harus menjauhkan mereka! Titik!, kalau tante gak berhasil memisahkan mereka, kerja sama kita gagal." ucap Della sinis.

"Jangan dong, tante lagi usahain juga!."

"Okey aku tunggu tante cantik!." Ucap sinis Della.

Jihan merasa salah menjodohkan Langit dengan Della, kini Jihan merasa bersalah kepada anaknya sendiri, untuk memisahkan cinta mereka demi bisnis Jihan.

Suara mobil Langit terdengar, itu tandanya Langit sudah pulang ke rumah, Della langsung buru-buru berlari menghampiri Langit.

"Sayang aku nungguin kamu lo" ucap Della sambil memeluk Langit

"Apaan sih! Lepas gak!."

"Kamu kok gitu sih!."

Langit langsung meninggalkan Della di luar.

"Langitt!." Teriak Della.

"Mama ngapain sih datengi Della ke rumah!." Ucap kesal Langit.

Jihan hanya diam tak bisa berkata apa apa.

Langit langsung masuk ke dalam kamarnya dan Della berencana ingin menyusul Langit.

"Eh mau kemana kamu." tanya Jihan sambil memegang tangan Della

"Mau nyamperin Langit di kamar dong tante."

"Enggk boleh, nunggu Langitnya di sini aja!." Tungkas Jihan

Della hanya pasrah dan menganggukkan kepala.

"Okee, asal tante gak lupa dengan janji tante!!."

Jihan sudah muak dengan tingkah Della, ia mengusir Della

"Della pulang ya! Tante mau pergi abis ini."

"Oh tante ngusir okey, peringatan ya kalau tante belum bisa jauhin mereka aku akan turun tangan sendiri!, mengerti tante cantik?!."

Jihan langsung menarik tangan Della keluar rumah dan mengunci pintu tersebut agar Della tak bisa masuk.

Liat aja nanti! Apa yang akan aku perbuat! -batin Della.

Della langsung meninggalkan rumah Langit dengan sangat emosi. Sedangkan mama Langit hanya bisa menangis.

Biarkan aku yang pergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang