Langit yang bingung dengan situasinya saat ini, di mana ia di bingungkan antara perjodohan dengan cinta yang tulus dari hatinya, mamanya sangat ingin Langit dekat dengan Della, mamanya sangat memaksa untuk melepaskan Bulan dari kehidupan Langit.
"Kamu ngapain nak, tidur kok di sofa." Ucap Sarah sambil membawa segelas jus jambu.
Langit tak menjawab pertanyaan mamanya karna ia sedang melamun dan pikirannya sangat kacau.
Sarah lalu menghampiri Langit, saat mengetahui anaknya melamun, sarah mencoba membuyarkan lamunan Langit.
"Nak, hallo? Jangan ngelamun." Ucap Jihan.
"Kenapa ma?."
"Kamu lo ngelamunin apa?."
"Gak tau ma, pikiran lagi kacau dan hati lagi berantakan."
Jihan tau apa yang di pikirkan Langit, pasti tentang perjodohannya dengan Della, apapun yang terjadi perjodohan ini tidak bisa di batalkan, jika di batalkan semuanya akan memburuk.
"Maafkan mama ya nak, urusan percintaan yang harusnya mama tidak ikut campur. Tapi mau gimana lagi, sekali lagi maafkan mamamu ini." Batin Jihan.
Jihan lalu duduk di sebelah Langit.
"Ma, kenapa mama bersikeras untuk aku dekat dengan Della." Tanya Langit.
"Maafkan mama ya nak, mama salah." Ucap lirih Jihan.
"Ini salah ma, mama gak bisa mengatur urusan cinta Langit.
"Mama tau."
Langit terdiam dengan sesak di dalam dada.
Air mata Jihan keluar, ia langsung buru buru menjauh dari Langit.
"Mama janji akan cerita ini ke kamu." Ucap lirih Jihan.
Langit kembali menidurkan tubuhnya di kursi sofa, dan meratapi tentang apa yang ia rasakan saat ini.
***
Bel rumah Langit berbunyi, reflek saja Langit yang membukakan pintunya, dan ternyata tamu tersebut adalah Bulan.
Bulan hanya tersenyum dan tak mengucapkan sepatah kata apapun.
"Ayo masuk, sayang."
Bulan lalu masuk ke dalam rumah Langit.
"Bentar ya, aku buatin kamu minum dulu." Langit meninggalkan Bulan sendiri di ruang tamu.
Jihan yang saat itu keluar dari kamar dan melihat sosok Bulan, ia langsung menghampiri gadis itu.
"Hai cantik."
"Hai tante." Jawab Bulan.
"Ada apa ke sini?."
"Ada keperluan aja, sama Langit tante."
"Oh gitu."
Beberapa menit akhirnya Langit datang sambil membawa nampan berisikan minuman dan Roti.
"Lo, mama ngapain di sini?." Tanya Langit curiga.
"Gak ngapain-ngapain, cuma nyapa gadis cantik aja."
Lalu Jihan pergi meninggalkan mereka.
"Mama tadi ngomong apa?." Tanya Langit.
"Enggk ngomong apa-apa."
"Yakin, jangan bohong sama aku."
"Iya beneran."
"Ya udah, ini di minum dulu, udah aku buatin."
"Aku ada perlu sama kamu."
"Ada apa sayang." Ucap Langit lembut.
"Entah kenapa, aku ngerasain hal yang beda sama kita. Gak tau ya ini firasat atau apa."
Langit hanya diam karna bingung mau jawab apa.
"Em.. gini, aku kan lagi skripsi juga jadinya aku butuh menyendiri, kamu tau kan walau sesibuk apapun aku, aku gak akan berubah apa lagi ngelupain kamu. Cuman akhir-akhir ini aku mencoba mengasingkan diri, aku gak mainan sosmed, mangkanya itu aku juga gak ngabarin kamu dulu." Jawab Langit nyelimur.
Tetapi, hati kecil Bulan masih belum percaya, kenapa fillingnya wanita sangat tajam. Bahwa Langit sedang tidak baik-baik saja.
"Ya udah kita keluar ya, sambil ngilangin sumpeknya skripsi, bentar ya, aku ambil kunci mobil dulu." Ucap Langit.
Bulan menganggukkan kepalanya.
Tak lama mama Langit menghampiri Bulan kembali. Dan membisikkan sesuatu.
"Besok temui saya, di taman depan."
Setelah itu mama Langit pergi meninggalkannya. Nada suara yang sangat serius membuat Bulan bingung, apa yang mau di bicarakan dengannya.
"Ayo." Langit memecah lamunan Bulan.
"Oh iya."
"Eh tunggu dulu."
"Kenapa?."
"Di minum dulu atuh, aku kan udah susah buatin buat kamu."
Bulan lalu mengambil gelas yang berisikan jus mangga buatan Langit.
"Minum gitu aja belepotan." Langit membersihkannya dengan tisu.
"Ya udah ayo berangkat" Ucap Langit sambil menggenggam tangan Bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan aku yang pergi
Novela JuvenilLangit yang gelap juga membutuhkan sedikit cahaya, untuk membuat semua menjadi sempurna, tetapi cahaya yang semakin lama semakin redup karna cahaya bulan tak bisa membuat langit yang hitam menjadi benderang