Langit tak mau bercerita tentang kenapa mamanya menelpon, ya mamanya telah janji kepada temannya untuk mempertemukan langit dengan anak temannya itu. Dan membuat Langit menjadi malas atas permintaan aneh sang mama.
"Kamu siap siap ya, dandan yang rapi abis ini mau ketemu Della"
Langit tertegun oleh perkataan mamanya.
"Della?."
"Anaknya temen mama."
"Terus urusannya sama aku apa sih ma?."
"Ya dia cocok sama kamu nak, dia ltu kuliah di london, ini aja mama janjiannya lama."
Ingin sekali Langit memberontak, tapi untuk saat ini ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk ber argument dengan sang mama, sebenarnya ia sangat malas mendengar ocehan mama yang tidak ada gunanya untuk dirinya. bagaikan suara nyamuk yang terbang di telinga Langit, sangat berisik dan mengganggu.
Langit yang sedang duduk manis sambil bermain hp, ia tak peduli dengan mamanya sekalipun banyak cewek yang mendekatinya, tapi hanya bulan yang menduduki hatinya yang paling ter atas.
"Ini mama udah nyiapin bajunya." sambil menyodorkan ke langit.
Langit melihat baju pilihan mamanya.
"Formal banget ma."
"Ya kan biar ganteng." ucap jihan sambil mengelus rambut anaknya.
Dengan raut wajah yang sedikit di tekuk, dan langkah kaki yang sangat malas, Langit bangkit dari duduknya dan beranjak pergi ke kamar, untuk mengganti pakaiannya yang telah di pilihkan oleh mamanya.
***
Di sebuah rumah elit yang begitu megah, Jihan turun terlebih dahulu, dan di sambut senang oleh pemilik rumah,
Langit masih duduk di dalam mobil iya sangat begitu malas atas keinginan mamanya. Jihan tak pernah tau apa isi hati anaknya, dan apa keinginan anaknya, ia ingin melihat Langit bahagia tapi caranya yang salah membuat Langit menjadi tersiksa.
"Mana anaknya?."
"Oh dia masih di dalam mobil, sebentar lagi keluar kok." ucap jihan sambil tersenyum.
"Ya udah yuk masuk dulu, gak baik tamu di ajak ngobrol di luar."
Mereka akhirnya masuk ke dalam rumah.
Untuk mengembalikan semangatnya, Langit menelpon kekasihnya, walau hanya percakapan sederhana membuat hati sangat tenang.
"Halo sayang kenapa?." Tanya Bulan
"Kangen nih."
"Kamu di mana sekarang."
"Aku lagi ke rumah temen."
"Hati - hati ya, inget jam juga kalau main oke."
"Kamu lagi apa?."
"Biasa, lagi ngerjain tugas sayang."
"Ya udah ya semangat kalau gitu, maaf kalau aku ganggu."
"Gpp kok? lagian aku juga lagi istirahat bentar, jadinya gak ganggu."
"Ya udah ya sayang, aku matiin telponnya, nanti aku telpon lagi. dadah yang."
Tutt tutt
Setelah telpon mati langit turun dari mobil dan menghampiri mamanya yang sudah menunggunya dari tadi.
"Maaf telat." ucapku dengan sopan.
"Oh ini anaknya Jihan, ganteng ya, cocok lo kalau di jodohin sama Della" ucap wanita paruh baya.
Langit hanya tersenyum dan tidak bisa berbuat apa apa, ingin marah nanti di sangka tidak sopan.
"Oh iya nak Langit, kenalin ini anak tante namanya Della Laina Quen."
Della memberikan tangannya untuk berjabat tangan, dan langit meresponnya.
"Namaku Della."
"Langit."
Setelah berkenalan tiba tiba mereka meninggalkan Langit dengan Della berdua dan suasana menjadi hening dan canggung.
Della yang sempat mencuri pandang, membuat Langit risih.
Jika di lihat dari fisik, Della memang cantik, tinggi, dan perfect. Tapi Langit sama sekali tidak tertarik.
Cinta yang memandang fisik bukanlah cinta yang murni, walaupun fisik sangat menjamin cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan aku yang pergi
Ficção AdolescenteLangit yang gelap juga membutuhkan sedikit cahaya, untuk membuat semua menjadi sempurna, tetapi cahaya yang semakin lama semakin redup karna cahaya bulan tak bisa membuat langit yang hitam menjadi benderang