"Mau kemana kamu." ucap Jihan (mama langit).
"Mau nemuin Bulan."
"Bulan?, siapa dia?." Tanya Jihan.
"Pacar aku dong ma, nanti aku kenalin kok ke mama."
"Sebaiknya kamu putuskan hubunganmu sekarang."
"Loh? Kenapa ma?, kan mama belum tau dia, kalau udah tau pasti mama bakalan senang."
"Putuskan saja, mama punya yang terbaik buat kamu."
"Kalau berurusan dengan hati mama gak usah ikut campur. Yang menjalani aku bukan mama!."
Langit langsung buru-buru keluar dari rumahnya, ia tak percaya, di saat ia ingin memperkenalkannya dengan Bulan, berharap raut wajah mama bahagia karna Langit menemukan sosok perempuan yang tangguh dan sabar, sungguh realita yang buruk!.
***
Sesampai di rumah Bulan menjatuhkan tubuhnya di ranjang kasur.
"Pegalnya." Bulan memejamkan matanya sebentar.
Beberapa menit bel rumahnya berbunyi, Bulan langsung bergegas membuka pintu
"Haii sayang." Sapa Langit.
"Udah ngira kamu yang dateng." Jawab Bulan
Langit menarik hidung Bulan dengan gemas.
"Gimana hari ini?."
"Biasa jadwal padat banget, terus dosennya juga marah-marah."
"Sayangku capek." Langit memijatkan kepala bulan dengan lembut.
"Kamu udah makan belum." tanya Bulan.
"Belum."
"Aku masakin ya."
"Aku bantu deh."
"Yakin nih?."
"Ngeledek ya, gini gini aku jago masak."
Langit langsung beranjak dari kursi dan menuju dapur.
"Kita bikin nasi goreng ya." ucap bulan sambil menyiapkan bumbunya.
"Oke gampang itu mah."
Bulan hanya senyum dan menggelengkan kepala.
"Kamu yang nguleg bumbunya ya, kuat kan?." ucap bulan.
"Kuat dong, masa badan gede gini gk kuat."
Sambil menunggu bumbu yang di haluskan, bulan menyiapkan bahan bahan lainnya.
Setelah semua bumbu selesai Bulan lah yang mengambil alih untuk menuangkan semua bumbu tambahan agar rasa menjadi pas.
"Gimana enak?." Tanya Bulan saat Langit mengambil dikit nasi goreng.
"Udah cocok di jadiin istri."
"Apaan sih!." Bulan tertawa saat langit mengucapkan itu.
"Beneran enak poll sayang."
"Ya udah kamu duduk dulu, nanti tak siapin."
"Iya sayang."
Mereka lalu menikmati makanan yanh telah selesai yang di buat oleh rasa cinta dan di bumbui oleh rasa sayang.
Dering telpon milik Langit memecahkan moment bahagianya saar ini, saat ia melihat siapa yang menelponnya, membuat Langit malas untuk mengangkat.
"Kok gak di angkat?." Tanya Bulan
"Males."
"Emang siapa yang telpon?"
"Mama."
"Dari mama lo itu, kok gak di angkat, siapa tau penting."
"Tapi aku lagi males sayang."
"Ayo di angkat, gak boleh gitu sama orang tua."
Langit pun akhirnya mengangkat karena di suruh oleh Bulan, kalau bukan Bulan yang memaksa, mungkin tidak Langit angkat.
"Bentar ya."
Langit meninggalkan Bulan untuk mengangkat telpon, Bulan yang menunggu di meja makan sempat menyingkirkan hal negatif yang menggrayangi pikirannya.
Beberapa menit kemudian langit menghampiri bulan dan melanjutkan kegiatan makannya.
Keheningan kini menyelip di antara sepasang kekasih ini, Langit berubah menjadi diam saat selesai mengangkat telpon.
"Apa kata mama?." Bulan mencoba memecahkan keheningan.
Langit tak bisa menceritakan hal yang sebenarnya terjadi, ia sangat takut untuk kehilangan Bulan.
"Aku di suruh pulang."
Bulan lalu menggenggam tangan langit.
"Gpp kamu pulang aja."
"Makasih ya."
Setelah Langit menghabiskan makanannya, ia bergegas pulang atas telpon dari perintah mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan aku yang pergi
Teen FictionLangit yang gelap juga membutuhkan sedikit cahaya, untuk membuat semua menjadi sempurna, tetapi cahaya yang semakin lama semakin redup karna cahaya bulan tak bisa membuat langit yang hitam menjadi benderang