Hari ini sekolah mulai diadakan seperti biasa setelah kemarin libur selama 2 hari untuk istirahat setelah mengadakan hari jadi sekolah. Dengan semangat gadis bersurai hitam itu memasuki ruang kelas.
Dilihatnya ruangan yang sudah lumayan banyak siswa didalamnya. Tanpa menatap teman sekelasnya, Zira berjalan menuju tempatnya duduk.
Bruk
Zira tersentak kaget saat seorang gadis duduk berhadapan dengannya. Itu adalah Seulgi dengan senyum lebarnya.
"Ra! Gue mau cerita." Ujar Seulgi antusias.
Zira pun menatap temannya tak kalah antusias. "Mau cerita apa?"
Seulgi berdehem sejenak. "Okey, jadi gini. Gue sebenarnya naksir adek lo."
"Hyunjin?" Tanya Zira memastikan.
Dibalas dengusan oleh Seulgi. "Gue gak doyan berandal kaya dia."
Zira mengerutkan dahinya. Pasalnya siapa lagi adik yang dibicarakan Seulgi? Apa mungkin si bungsu?
Zira nampak terkejut. "Hwall?" Tanya Zira meyakinkan.
Anggukan mantap dari Seulgi membuat Zira semakin melebarkan matanya. Seingatnya Seulgi tidak pernah bertemu adiknya yang itu, tapi kenapa Seulgi menyukainya.
"Memangnya Seulgi pernah bertemu Hwall?"
Seulgi mendengus kecil. "Yak! Saat bazar kan keluarga lo dateng ke stand kita. Gimana sih."
Zira berusaha mengingat dan benar saja, saat bazar keluarganya datang. Gadis itu mengangguk.
"Jadi sekarang Seulgi mau Zira bagaimana?"
Seulgi tersenyum karena kepekaan temannya itu. "Bagi id linenya dong."
Dengan senang hati Zira memberikannya. Pikirnya tak salah jika itu membuat teman pertamanya bahagia.
Setelah mendapat id line, Seulgi berteriak girang dan mencubit kedua pipi Zira. Membuat sang empu hanya tersenyum sambil menahan sakit.
🍎🍎🍎
Jam istirahat Zira kini terasa berbeda. Yang biasanya dia berjalan menuju kelas seniornya dengan suka cita membawa bekal, kini hanya duduk termenung dimejanya.
Bisa dikatakan Zira agak ragu untuk lebih mendekatkan diri lagi kepada seniornya itu. Bukannya tidak mau berusaha, tetapi dia sudah sangat lelah merasakan sakitnya cinta sepihak selama satu setengah tahun ini. Bahkan belakangan ini dia menerima beberapa kekerasan ringan dari pemuda itu, tapi apa semua itu masih termasuk kekerasan ringan? Entahlah, Zira fikir begitu.
Dan hari ini Zira memulai kebiasaan barunya saat jam istirahat tiba. Mendengar musik dari earphone yang dipinjamnya dari Seulgi. Menatap birunya langit dari balik jendela. Merasakan semilir angin menerpa wajahnya yang berasal dari beberapa jendela yang terbuka.
Senandung lembut lagu Symphony terdengar dari bibir gadis itu. Mengangguk-anggukkan kepala menikmati ritme.
Salah satu earphone terlepas dari telinganya berkat tarikan seseorang. Bibirnya mengerucut saat mendapati siapa orang iseng yang dengan seenak jidat mencabut benda itu dari telinganya.
"Gausah cemberut gitu, lo makin jelek Kak." Hyunjin memasang ekpresi yang sangat menyebalkan.
"Hyunjin kenapa kesini? Ada perlu?" Zira mempouse lagu diponselnya lalu menatap Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addictive Pain || Byun Baekhyun (END)
Hayran KurguBaekhyun adalah candunya. Seberapapun rasa sakit mencintai pria itu, tetap saja dia mencintainya. Berkali-kali lipat dia disakiti. Berkali-kali lipat pula dia semakin mencintai. Baekhyun acuh, tak peduli, dingin. Dia tetap mencintainya. Baekhyun mem...