Mau nangis? Baca yahSebarin yah cerita2 aku yang lainnya jg ke pengguna wp yang lainnya.
.
.
.
Wenda mengecek suhu tubuh Alia dengan termometer yang tersedia di UKS sekolah. Ternyata Alia demam, Wenda sangat khawatir kepada Alia.
"Ke Rumah Sakit sekarang." seru Wenda dengan tegas, karena dia sudah tidak tega.
"Aku gak mau Wen, aku cuman demam kan bukan penyakit berbahaya." seru Alia yang masih menyempatkan tersenyum.
"Pipi lo kenapa? Tangan lo kenapa? Jawab, gue nanya sama lo." tukas Wenda yang memalingkan wajahnya.
"Pipi aku? Ow ini...."
"Alasan apalagi Alia? Kena nyamuk, kejedot, jatuh, kejepit? Alasan apalagi Alia?" tanya Wenda yang menangis karena ia sebenarnya sudah paham dengan Alia.
"Bilang ke gue, kalo lo kena tampar dan pukul sama orang tua lo? Bilang ke gue." getar Wenda yang sudah sangat geram dengan Alia.
"Lo kenapa selalu bagus-bagusin nama keluarga lo? Tapi nyatanya lo aja gak di anggep sama orang tua lo. Kenapa Alia?" tanya Wenda.
"Mereka keluarga aku Wen, Mama sama Papa itu orang tua aku. Mereka baik, caranya aja yang keras. Hahaha... katanya anak Papa sama Mama itu jangan cengeng dan lemah, makanya Papa sama Mama didik aku dengan keras." bela Alia.
"Buka mata lo, lo nganggep mereka keluarga lo? Tapi mereka gak nganggep lo sebagai keluarga. Kalo iya Papa sama Mama lo caranya keras ngedidik kenapa ke lo doang? Kenapa gak ke Kak Claudy juga? Bahkan gue bisa liat kalo Papa sama Mama lo itu lembut banget ke Kak Claudy. Iya mereka ngajarin lo buat gak cengeng dan gak buat jadi orang lemah saat lo di siksa." tukas Wenda yang memfokuskan objeknya ke guci. Ia tak tega melihat mata Alia disitu hanya ada luka yang tersembunyi.
"Selama ini gue sakit liat lo kayak gini Alia, selama ini gue khawatir sama lo. Lo kira gue gak tau lo nyembunyiin apa aja dari gue? Gue tau, gue tau lo selalu disiksa sama keluarga lo. Please lo tinggal sama gue yah."
"Aku gak bisa Wen, rumah aku disana sama mereka." seru Alia.
"Rumah itu memberi kenyamanan buat kesengsaraan. Lo menderita disana kan?" tanya Wenda.
"Aku gak bisa Wen, maaf."
"Makasih kamu selalu ada buat aku, beruntung banget aku punya sahabat kamu. Selalu disamping aku yah Wen, sampai benar-benar aku pergi." lirih Alia.
"Pergi dalam artian apa?" tanya Wenda.
"Untuk selamanya?" tanya Wenda yang memastikan, namun dugaannya benar Alia mengangguk.
"Lo gak boleh ngomong kayak gitu, lo harus selalu ada. Please jangan buat gue takut Alia." seru Wenda.
"Aku yakin kamu bisa tanpa aku." seru Alia dengan sendu.
Wenda berlari dengan air mata yang terus berjatuhan. Ia sangat sedih melihat Alia, ia bisa merasakan bagaimana menderitanya dia hidup selama ini.
"Maafin aku Wenda, aku beruntung masih ada satu orang yang masih nemenin aku." gumam Alia.
Pintu UKS terbuka menampilkan Gema dan Cindy, Alia membalikkan badannya dan menutupi tubuhnya, ia tidak mau melihat Gema.
Alia menutup matanya dan memilih diam, lihat sekarang dia akan melihat dan mendengarkan Gema dan Cindy. Sebenarnya sakit saat dirinya sakit namun Gema lebih ada untuk orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIA DAN LUKA
Roman pour Adolescents[ HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA ] Sedih, jangan dibaca kalo gak mau nangis.