Gimana? Ekspresk kalian baca cerita ini?
Vote dan comment yah dan sebarin cerita ini ke pengguna wattpad juga yah.
.
.
.
"Ini Ma aku buat kue buat Mama," seru Alia yang antusias memberikan kue untuk Resti, Mamanya.
Alia mengecup pipi Mamanya dan tersenyum hangat, kemudian cewek itu mengeluarkan bunga yang ia beli dan memberikannya kepada Mamanya.
"Ini khusus untuk Mama tercinta." ujar Alia.
Namun Resti hanya diam dan menerima pemberian dari puterinya, namun setelah itu membuangnya di tong sampah di depan mata Alia.
"Saya tidak sudi memakan pemberian dari anak sialan seperti kamu." tukas Resti yang menatap tajam Alia.
"Oh yaudah Ma, lain kali aku bikinin yang lain yah. Aku boleh minta tolong gak Ma? Buat bulan ini tambahin uang jajan aku yah Ma." seru Alia.
"Enak saja, kamu pikir kamu bagian dari keluarga ini?!" teriak Resti.
Alia menutup kedua matanya, selalu saja seperti ini. Ia membalikkan badannya dan masuk ke dalam kamarnya, ia menepuk dadanya rasanya sangat sesak dimana ia membuat susah paya kue itu dan membeli bunga namun dengan seenaknya pemberiannya di buang begitu saja.
"Hahaha... Lucu banget yah," gumam Alia yang tertawa melihat bayangannya di cermin.
"Hey, kenapa kamu nangis? Aku seneng kok, aku bahagia." tanya Alia pada bayangannya sendiri.
"Gak ada alasan buat kamu nangis, semuanya baik-baik aja. Papa, Mama sayang banget sama aku. Jadi kamu jangan nangis lagi yah," gumam Alia pada bayangannya sendiri.
Ia menyeka air matanya, dan meringkuk duduk di bawah. Ia menangis sejadi-jadinya, ia tak mau melihat bayangannya sendiri yang menangis, itu akan membuatnya terlihat menyedihkan.
"Hahaha, aku bahagia!" teriak Alia dengan tawanya namun terdengar memilukan.
"Aku harus gimana Tuhan? Alia bingung sekarang, rasanya lelah berjuang sendiri, rasanya capek terus dibenci oleh semua orang." ujar Alia dengan suara paraunya.
* * *
Alia keluar dari kamarnya ia melihat keluarganya tengah makan malam, ia hanya berdiri dan menonton keharmonisan keluarganya tanpa dirinya. Ia tersenyum tipis, ia bahagia bisa melihat keluarganya tersenyum.
"Alia sini makan." seru Claudy yang tersenyum.
"Gak usah Kak, Alia gak laper." kilah Alia.
"Untuk apa kamu mengajak Alia? Dia bukan bagian keluarga ini." tegas Banyu yang membuat Alia menatapnya sendu.
Senyumnya terus melengkung, tidak apa dia dicaci dan di maki, yang terpenting ia masih diterima di rumah ini.
"Karena adanya kamu di meja ini akan membuat acara makan malam menjadi gagal. Kamu itu pembawa sial, jadi jangan harap bisa duduk di meja makan ini." seru Resti.
"Gak seharusnya kalian ngomong kayak gitu, Alia juga punya hati." seru Claudy.
"Gak pa-pa kok Kak. Bener yang diomongin Papa, aku ini bukan bagian dari keluarga kalian. Dan bener juga yang diomongin Mama, kalo aku itu pembawa sial." seru Alia.
"Bagus kalo kamu menyadarinya." tukas Resti.
"Selamat makam semuanya, semoga kalian bahagia." gumam Alia yang kemudian kembali ka kamarnya dengan tangan kosong.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALIA DAN LUKA
Roman pour Adolescents[ HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA ] Sedih, jangan dibaca kalo gak mau nangis.