Chapter 17

1.5K 118 59
                                    


     Holla apa kabar semuanya? Maaf y akhir-akhir ini jarang UP. Gak tau deh kadang mood sering berubah.

    Comment dan vote yah

.

.

.

    Lo itu cuman benalu, sampah dan gak ada guna

    Bodoh, lo itu cuman pembawa sial

    Lo menjijikan

    Cacian dan makian terus berputar di otak Alia, ia harus kuat menghadapi ini semua, namun nyatanya sangatlah susah. Setiap detik, menit dan jam Alia terus ketakutan.

    Ponsel Alia berdering, dengan cepat Alia membukanya dan menemukan sebuah pesan yang entah siapa pengirimnya.

    +62********

Dalam jarak dekat, lo akan hancur, sehancur-hancurnya, lo tunggu aja waktunya.

    Jantung Alia berdetak lebih cepat, ia semakin takut. Siapakah orang yang mengirim pesan kepadanya, ia memeluk tubuhnya sendiri dan menelungkupkan kepalanya, rasanya sangat susah di jelaskan.

    ~ ~ ~

    Pagi yang cerah ini, Alia melangkahkan kakinya ke kelasnya, ia terkejut pasalnya tidak ada sampah atau bekas makanan di meja atau bangkunya. Ia menghembuskan nafasnya, dan duduk di kursinya. Ia memasangkan handshet di kedua telinganya sembari menunggu Wenda.

    Namun ponselnya berdering kembali, ia membukanya dan mendapatkan pesan kembali.

    +62********

Sedikit pun lo bergerak, gue tahu. Jangan mengabaikan keadaan sekitar lo, dengan pura-pura lo gak tau atau gak liat apapun!

    Seketika pandangan Alia mengutari kelasnya, ia semakin takut, apakah peneror itu menguntitnya sampai ke sekolah. Pandangan Alia tertuju pada kaca belakang, ia berdiri dan berjalan dengan kaki pincangnya. Alia mengendap dan menatap objeknya dengan tajam, ia bingung apakah objek yang dia lihat itu adalah orang atau benda.

    Namun benda itu bergerak dan berlari cepat, Alia yakin dialah yang menerornya, dari pakaian yang dia gunakan saja sudah terlihat jelas.

    "Alia," panggil Wenda yang membuat Alia terkejut.

    "Lo kenapa sih fokus banget ke situ? Gak ada yang menarik disitu, selain ngeliatin setumpuk sampah." lanjut Wenda.

    "Aku lebih suka ngeliat sampah daripada ngeliat orang yang mandang aku kayak sampah. Jadi sampah ngeliat sampah, lebih bagus gitu." seru Alia.

    "Wow pedes juga mulut lo, udahlah skuy duduk." ajak Wenda yang menarik Alia dan duduk.

    Wenda menatap Alia, ia tahu jika Alia tadi memfokuskan ke satu objek, namun Wenda pun tak tahu jika yang dipandang Alia itu apa. "Lo ngeliatin apa sih tadi Al?" tanya Wenda.

    "Kan tadi aku udah bilang kalo aku lagi ngeliat sampah," timpal Alia.

    "Serah lo, gimana bekas luka lo udah membaik belum? Siang ini ke rumah sakit yah." ajak Wenda.

    "Gak usah Wen, aku masih baik-baik aja kok."

    "Lo ke rumah sakit, nunggu keadaan lo drop lagi? Lo tuh harus kontrol biar lo sembuh Alia. Katanya lo mau kepantai sama gue dan mau liburan bareng gue, gimana sih?" balas Wenda.

    "Nanti aja yah, hari ini aku mau kerja Wen. Besok deh, tapi gak janji juga sih."

    "Serah lo deh, janji besok harus mau." desak Wenda yang membuat Alia mengangguk.

    * * *

    Alia berjalan dengan pelan, ia terus mengabaikan cibiran orang-orang yang menghinanya dan merendahkannya. Namun langkahnya tercegah akibat tarikan kasar dari seseorang, Alia menengok kebelakang dan ternyata itu Jino dan lainnya.

    "Kenapa?" tanya Alia dengan to the point.

    "Hari ini gue belum bully lo." ujar Jino.

     Alia terkekeh pelan, membuat Jino dan yang lainnya terdiam dan menatap bingung ke Alia. "Lo udah berani sama gue, hah?" tanya Jino.

     "Aku berani sama orang yang ngatain aku sampah, bodoh, pembawa sial dan benalu? Harus aku jawab?" tanya balik Alia.

     "Wah udah mulai berani rupanya," ujar Roni yang terkekeh pelan.

     "Bukan berani atau gaknya, aku cuman ngomong, ada hak untuk berbicara atau ngungkapin pendapat, iya kan?" balas Alia.

     "Cewek bodoh, lo gak usah nasehatin kita, lo emang siapa sih, hah?" tanya Jino.

     "Aku sampah yang di juluki oleh para manusia yang berego tinggi dan tidak mau mengalah, bisa aku anggap, merekalah yang bodoh dan rendah karena sikapnya yang selalu membuat orang kesusahan tanpa mau mengetahui beban kehidupan si manusia sampah itu." jawab Alia.

    Jino terkejut mendapatkan jawaban Alia, kenapa cewek itu berani kepadanya. "Lo udah berani sama gue, hah? Jangan sok lo jadi orang, gue bisa keluarin lo sekarang juga." seru Jino.

   Plak

   Jino menampar Alia, sampai tubuh cewek itu terhuyung.

    Alia tersenyum sinis, "Lihatlah manusia berego tinggi itu mengancam si manusia sampah, bisa aku katakan jika manusia berego tinggi itu mulai ketakutan karena si manusia sampah mulai berdiri dari keterpurukannya." lanjut Alia.

     "Lo ngatain gue egois? Lo ngaca anjing!" teriak Jino.

     Jino menjambak rambut Alia dengan keras, namun cewek itu belum meringis kesakitan membuat Jino geram.

    "Bodoh, pembawa sial dan benalu lu cewek menjijikan." seru Roni yang menampar kembali Alia untuk kedua kalinya setelah Jino.

    "Para manusia berego tinggi itu menghina si manusia sampah, ketahuilah sampah memang menjijikan tapi ada yang lebih menjijikan lagi yaitu para manusia yang menghakimi satu orang yang tak berdaya, yah orang yang berego tinggi itu kalian, dan manusia sampah itu aku." seru Alia yang menatap lurus ke Jino dengan tatapan matanya yang tajam walau kedua pipinya lebam akibat tamparan.

    "Kalian mau marah? Kalian mau pukul atau tampar aku lagi? Aku udah capek sama sikap kalian yang selalu bully aku. Aku pengen bebas dari kalian, selama ini aku tertekan!" lanjut Alia yang setangah berteriak.

    "Lo harusnya lenyap dan gak ada di dunia ini, kedatangan lo di sini itu cuman seenggok sampah yang gak berguna dan menjijikan. Lo tau? Gue itu udah enek banget sama muka lo itu, jangan sok deh jadi orang. Gue itu benci banget sama lo tau!" teriak Jino.

    "Tolong jelasin kesalahan aku ke kalian itu apa? Aku gak tau salah aku dimana? Selama ini kalian menghakimi dan membully tanpa alasan. Aku salah apa ke kalian?" lirih Alia yang dadanya begitu sesak.

    "Lo pikir aja deh kesalahan lo apa, dasar cewek bodoh. Lo gak terima atau marah ke kita yah?" tanya Roni.

    "Kenapa kalo aku marah? Gak terima, hah?! Aku berhak marah karena kalian selalu mengganggu kehidupan aku, dan aku berhak membenci kalian karena sikap kalian sendirilah yang membuat aku benci pada kalian. Ya menurut aku, kalian itu menjijikan, sampah, bodoh dan benalu tentunya di kehidupan aku. Kalian cuman bisa menuntut, mengancam dan memaksa, kalian gak mau melihat atau pilih lawan kalian yang sebenarnya atau yang tepat. Lawan kalian bukan aku, aku cuman cewek bodoh, pembawa sial, benalu, pincang dan menjijikan, kaliannya harus mencari lawan yang sebanding bukan seperti aku. Apa bedanya kalian sama aku, hah? Aku tanya sekarang apa bedanya kalian sama aku?!" teriak Alia yang kemudian berlari walau kakinya pincang, ia sungguh emosi kepada Jino dan yang lainnya.

    Pikirannya kalut pada teror, sampai dia bertindak seberani ini kepada Jino dll. Ia tahu jika pulang sekolah pastinya akan di marahi habis-habisan karena Jino akan melapor pada kedua orang tua Alia.

    
     Segitu aja dulu yah, sengaja di part ini aku gak kasih bawang dulu, soalnya gak mood

ALIA DAN LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang