Chapter 14

1.4K 128 9
                                    

    Hallo Pa kabar semuanya?

Seminggu lagi aku mau PTS, doain yah semoga aku lancar ngerjain soalnya.

.

.

.

    Hari ini Wenda membawa Alia ke pantai, ia ingin menghabiskan waktu di hari minggu dengan sahabatnya, Alia.

    Alia berlari di bibir pantai begitupun dengan Wenda, mereka berlari dan tertawa menggambarkan tidak ada masalah sama sekali. Tapi nyatanya banyak masalah.

     Alia duduk di baru karang dan Wenda menyusul dan ikut duduk bersampingan dengan Alia. Wenda menatap wajah Alia yang fokus pada pantai. Ia senang bisa membawa Alia ke pantai.

    "Apa lo bahagia?" tanya Wenda.

    "Bahagia banget Wen, aku seneng bisa liat pantai. Aku seneng bisa ngerasain angin pantai nerpa wajah aku." seru Alia yang tersenyum.

    "Lo gimana sama Gema?" tanya Wenda.

    "Gema? Gak tau. Udah satu hari lebih dia gak ada kabar Wen." seru Alia.

    "Lo yang sabar, gue ngerti banget posisi lo. Maaf Alia, gue gak bisa bantu apa-apa."

    "Kata siapa kamu gak bantu aku? Kamu itu selalu nolongin aku saat Jino dkk bully aku, kamu itu selalu ada di samping aku, kamu selalu buat aku bahagia dan kamu selalu buat aku semangat buat jalani hidup ini." gumam Alia yang mengela nafasnya panjang dan kemudian menutup kedua matanya.

    Rasanya sangat tenang dan damai, ia bersyukur masih bisa menyaksikan keindahan pantai. Alia tersenyum, dan menitikkan air matanya.

    "Lo jadi kurusan Alia, lo makan yang banyak dong. Ke Dokter yuk buat periksa lo, gue takut kalo lo kekurangan gizi." gurau Wenda.

     Alia tertawa kemudian melihat tubuhnya sendiri, ia memang kurus sekarang. "Aku kurusan yah Wen?" tanya Alia yang dibalas anggukan oleh Wenda.

    * * *

    Alia membuka pintu rumah, ia melihat kedua orang tuanya yang tengah berkumpul dengan Claudy juga. Alia menghampiri keluarganya.

    "Baru balik kamu, hah?!" sentak Resti.

    "Iya Ma."

    "Bagus yah anak gadis jam segini baru balik, mau jadi apa kamu, hah?!" tanya Resti dengan nada tinggi.

    Alia memeluk Resti dengan erat, Alia tersenyum bisa memeluk Ibu kandungnya. "Mama ngerasain hal apa saat aku peluk? Kalo aku bahagia banget." ujar Alia yang kemudian melepaskan pelukannya dan tersenyum ke Resti.

     "Saya tidak bahagia saat ada kamu." tukas Resti.

     "Ow gitu yah Ma. Yaudah Alia gak pa-pa kok. Ini ada sesuatu buat Mama,"

    Alia memberikan sekotak yang entah apa berisi barang apa. Alia memberikannya kepada Resti. "Please jangan Mama buang, Mama simpen aja. Barang kali Mama butuh di suatu saat."

     "Aku seneng banget bisa meluk Mama, ah aku jadi cengeng banget yah. Cuman karena bisa meluk Mama aja aku sampe nangis." seru Alia yang menyeka air matanya dan kemudian tersenyum kembali.

    "Mungkin karena efek sakit di kepala Alia yah, ow iya makasih Ma buat obat yang waktu itu, berkat Mama Alia bisa tidur dengan tenang. Aku mau Mama ngasih obat itu lagi ke Alia." gumam Alia yang tersenyum.

    Rasanya sangat sesak saat mendengarkan ucapan puterinya. Dia Ibu yang jahat, bukan obat melainkan obat tidur yang dia berikan kepada Alia.

    Dari arah pintu ada Claudy yang sudah menangis, hatinya tersentuh ketika melihat adiknya menangis karena bisa memeluk Ibunya. Sedangkan dia bisa kapan saja memeluk Ibunya.

ALIA DAN LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang