Chapter 11

1.4K 103 17
                                    


    Hi pop gengs!

Yuk vote dan comment, kalain boleh kok sebarin cerita ini ke pengguna wattpad lainnya.

.

.

.

   Dengan langkah pelan Alia berjalan memasuki rumahnya dengan keadaan kotor yah seperti biasanya ia di bully kembali oleh Jino dan lainnya. Itu sudah terbiasa bagi Alia.

    Alia menghampiri Resti yang tengah menonton acara televisi. Dengan segetir senyum Alea berdiri di hadapan Resti.

    "Ma...."

    "Mau apa lagi kamu, hah?!" sentak Resti.

    "Aku butuh uang Ma, aku janji setelah ini aku akan belajar biar jadi kayak Kak Claudy." seru Alia penuh harapan agar Resti memberinya uang.

    "Kamu itu selalu membuang uang saya, kamu menggunakan uang itu untuk tidak yang berkepentingan. Dan sampai kapan pun kamu tidak akan bisa jadi Claudy, kamu itu bodoh!" maki Resti tepat di depan wajah Alia.

     "Aku mohon Ma, Alia butuh uang." lirihnya.

    "Dan ini, kamu sekolah atau kerja? Selalu saja kamu pulang dengan keadaan kotor."

    "Sudah kamu pergi dari hadapan saya!" teriak Resti.

     Alia menundukan kepalanya dan berlari ke kamarnya. Ia menangis di depan cermin pemberian dari Claudy.

    Ia tersenyum ketika melihat bayanganya sendiri namun saat itu pula ia kembali menangis, air matanya tak bisa ia bendung. Hatinya terasa sesak.

    Alia mencari sesuatu di dalam tasnya, namun kosong. Dengan gerakan cepat tangannya terus mencari-cari benda itu namun tidak ada. Nafasnya tak teratur dan kepalanya seakan di pukul oleh kayu balok, rasanya sangat sakit.

    Alia memukulkan kepalanya ke dinding kamarnya hingga dinding kamarnya bersuara. Yang dia rasakan itu sakit dan sesak nafas.

    "Sa-kit, to-long!" lirih Alia dengan sedikit berteriak.

    Alia meremas dadanya, rasanya sangat sesak. Seakan-akan udara di bumi habis tak tersisa.

    Air matanya keluar dan mengalir. Kenapa rasanya sesakit ini. Ia tidak tahu harus melakukan hal apa selain merintih kesakitan.

    Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan seorang perempuan yah itu adalah Resti, dia berjalan mendekati Alia dan memberikan satu kapsul dan meminumkannya ke mulut Alia.

    "Ma-kasih Ma...." seru Alia yang tersenyum.

    "Ma-kasih ud-ah da-tang dan ka-sih a-ku obat Ma," lirih Alia yang kemudian menutup mata.

    Resti menitikan air matanya, rasanya sakit saat melihat anak kandungnya seperti ini. Dia bukan memberikan obat untuk menyembuhkan melainkan obat tidur. Ia bingung ia harus melakukan apa, karena ia juga khawatir melihat rintihan dan ringisan dari Alia.

    Resti kembali keluar dari kamar Alia dan menutupnya kembali.

    ~ ~ ~

    Pagi yang cerah membuat Alia tersenyum, bukan hanya cuaca tapi perasaannya juga bahagia. Karena Resti memberinya obat.

    "Wen, kamu tau gak? Mama ngasih aku obat loh. Kebuktikan kalo Mama sayang sama aku." seru Alia dengan antusias.

    "Waw bagus dong." timpal Wenda walau hatinya merasakan sakit karena ia tahu mungkin itu tidak benar.

ALIA DAN LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang