Hallo, lama gak UP yah? Maaf yah banyak tugas dan kegiatan juga jadi gak ada waktu buat ngetik. Yang rindu sama Alia kalian akan terobati..
.
.
Hari ini adalah hari libur, tepatnya hari minggu. Alia berjalan menuju sebuah danau, dimana danau itu terletak jauh dengan jalan besar. Tempat itu adalah tempat kesukaanya, dimana dia bisa merasa tenang dan damai.
Alia duduk di tepi danau dan menatap pemandangan di depan matanya, senyumnya terbit, bersyukur dia masih bernafas dan melihat pemadangan seindah itu. Namun ia mempunya ide untuk menghubungi seseorang, yah Alia langsung menelepon Gema, dan akhirnya panggilan itu di terima oleh Gema.
"Ge, kamu ada dimana?" tanya Alia.
"Aku ada di bascamp, Cindy sakit."
"Oh Cindy sakit yah? Yaudah GWS yah buat Cindy, dan kamu harus jaga dia baik-baik yah, inget jangan bikin dia kecewa sama kamu." seru Alia yang kemudian mematikan panggilannya.
Alia tertawa sumbang, rasanya sedih tidak di prioritaskan. Ia tahu Cindy adalah sahabatnya, namun adakah waktu untuk Alia. Dia selalu mencoba untuk tidak bersikap egois, namun ia lelah dengan sendirinya.
"Hidup itu ternyata pahit yah, oh salah. Mungkin semua orang bahagia, cuman aku yang gak bahagia. Tersiksa sama keadaan, rasanya mau nyerah banget, tapi aku gak bisa karena sahabat aku. Semangat, kamu masih punya satu orang yang benar-benar sayang ke kamu dan ada kakak kamu juga yang selalu doain kamu." gumam Alia pada dirinya sendiri.
Sedih sekali menyemangati dan menasehati diri sendiri, tapi baginya tidak, karena itu sudah terbiasa.
"Kalo aku benar-benar pergi, apa semua orang akan berhenti membully aku? Apa semua orang akan berhenti menghina aku?"
Sudah satu jam Alia berdiam diri danau, ia bangun dan berjalan menuju ke suatu tempat. Kakinya terus berjalan, matanya menatap ke depan, senyumnya selalu terbit. Namun matanya membulat dan senyumnya luntut ketika melihat Gema dengan Cindy di sebuah bazar makanan dan buku. Alia menggelengkan kepalanya dan kembali tersenyum.
Alia menghampiri Gema, "Hai Ge, jadi Cindy sakit apa? Harusnya kan ke rumah sakit kalo gak ke puskesmas kok malah ke bazar makanan sama buku? Maaf kalo pertanyaan aku lancang," tanya Alia yang membuat Gema dan Cindy terkejut.
"Kalian gak usah kaget gitu, kalian kaget kayak ketahuan bohong tau. Aku nanya sekali lagi yah, Cindy sakit apa, kok malah ke bazar?" ulang Alia yang tersenyum.
"Em ki-ta habis ke puskesmas kok Alia, cuman Cindy minta berhenti disini, katanya mau beli makanan buat anak-anak di bascamp. Iya kan, Cin?" tanya Gema.
"Iya, lo jangan salah paham sama Gema yah." ingat Cindy.
"Hahaha... siapa yang bilang kalo aku salah paham sama kalian? Mungkin kalian yang ngerasa terciduk yah sama aku? Yaudah aku duluan, lanjutin aja yah milih-milih makanannya, semoga cepet sembuh Cindy." seru Alia yang kemudian pergi.
Entah kenapa Cindy mempunyai keberanian sekarang, mungkin dia sudah lelah menahannya untuk tidak marah atau mengeluarkan kekesalan di hatinya.
Alia terus berjalan untuk pulang ke rumah, semoga ia tidak mendapatkan kekerasa lagi oleh kedua orang tuanya. Alia membuka gerebang rumahnya dan berjalan menuju pintu, namun langkahnya terhenti ketika mendengar Ibunya yang berbicara dengan Ayahnya.
"Aku menyesal melahirkan Alia Mas, aku benci sama anak itu. Kenapa Alia harus lahir?" seru Resti yang menatap kedua mata Banyu.
"Aku pun sangat membenci anak itu!" tegas Banyu.
Alia menutup mulutnya agar tidak bersuara, entah kapan ia menangis yang jelas rasanya sangat sakit mendengarkan percakapan Ayah dan Ibunya yang membenci kehadirannya.
"Dia pembawa sial, bodoh, lemah dan boros. Setiap minggu dia selalu minta uang dan uang," tambah Resti.
"Alia itu benalu di keluarga kita." seru Banyu.
Alia mengusap air matanya dan menatap kedua orang tuanya. Ia tak menyangka jika Ayahnya sendiri menganggapnya hanya benalu. "Oh jadi selama ini aku cuman benalu yah di keluarga ini? Jadi aku cuman seorang penganggu di antara kalian yah? Aku baru sadar bahwa kedatangan aku cuman bencana di rumah ini hiks...hiks...." cecar Alia dengan suara pelannya.
"Sebenarnya ia pergunakan untuk apa uang itu?" tanya Banyu.
"Aku gunain untuk pengobatan aku Pa, disini aku berusaha dan berjuang mati-matian buat sembuh, tapi di rumah kalian menginginkan aku mati." jawab Alia dengan menundukan kepalanya.
"Pasti di gunakan yang tidak jelas dan tidak berguna, yah pada dasarnya Alia itu bodoh tidak bisa membanggakan seperti Claudy." jawab Resti.
Dengan langkah pelan Alia berjalan menuju pintu belakang untuk menuju kamarnya. Ia berjalan sembari menangis. Setelah sampai di kamar ia segera duduk di depan cermin, iya cermin pemberian dari Kakaknya.
"Tadi aku denger Mama sama Papah ngomongin aku, mau tau gak? Mereka benci sama aku loh. Dan Papah bilang kalo aku cuman benalu di keluarga ini. Sedih banget kan?" cerita Alia pada cermin di depannya.
"Kalo kehadiranku tidak di inginkan, kenapa lantas aku di lahirkan di dunia ini? Kenapa?" lirih Alia.
"Kayaknya kalo aku mati Mama sama Papah seneng deh, iya kan? Menurut kamu gimana?" tanya Alia yang mengusap cermin tersebut dimana itu ada bayangan wajahnya sendiri yang menangis.
"Kamu jangan ikutan nangis dong, kan aku yang akan mati bukan kamu. Malahan aku seneng akan ngabulin keinginan Mama, walau aku harus rela gak akan liat dunia ini lagi. Dan aku yakin gak ada lagi yang nangis di kamar ini, gak ada lagi yang mau bunuh diri, gak ada lagi yang nangis di depan cermin, dan gak ada lagi yang ngomong sama bayangnya sendiri." lanjut Alia yang menangis sesegukan.
"Mama Papah aku pengen meluk kalian, aku pengen makan bareng, aku pengen di puji-puji, aku pengen banyak cerita sama Mama, tapi apakah bisa?"
Alia melihat luka-luka di badannya dan menggelengkan kepalanya. "Yang bisa Mama Papah lakukan ke aku itu cuman memukul, menampar dan manghakimi aku. Tapi aku sayang kalian, inget waktu aku ultah, aku berdoa disamping kalian."
Maaf ya aku baru UP sekarang!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIA DAN LUKA
Roman pour Adolescents[ HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA ] Sedih, jangan dibaca kalo gak mau nangis.