Chapter 16

1.4K 112 26
                                    


    Apa kabar kalian?

Yuk vote sekarang juga

.

.

.

   Gema duduk di hadapan Jino dan yang lainnya. Ia bingung harus memulainya darimana, tapi ia tidak bisa membiarkan kekasihnya terus menjadi bahan bullyan Jino.

    "Jino gue mohon lo berhenti bully Alia." seru Gema dengan to the point.

    Jino terkekeh pelan dan menatap Gema. "Gue gak bisa Ge, dia pantes di gituin. Dia itu cuman sampah yang harus di musnahin." seru Jino.

    "Dia cewek sama halnya kayak Cindy. Kalo Cindy di posisi Alia, gimana?" tanya Gema.

    "Yah buktinya Cindy gak pernah di posisi Alia Ge, udahlah sampai kapan pun gue dan yang lainnya gak akan berhenti bully Alia. Gue mau bikin perhitungan sama dia sampai jera." seru Jino.

    "Sampai jera? Mungkin Alia udah jera Jin, dia udah di bully sama lo pada dari tahun kapan? Mungkin dia capek. Ow apa mungkin arti jera itu mati, gitu? Jadi lo mau bully Alia, sampai dia benar-benar mati?" tanya Gema yang sudah habis kesabaran.

    "Buktinya dia masih hidup, dia cewek tangguh dan kuat." seru Jino.

    "Lo bener-bener gak punya hati yah, mungkin suatu hari lo akan menyesal Jin,"

    "Gak akan."

    Gema meninggalkan Jino dan yang lainnya, ia membutuhkan waktu untuk masalah ini, tapi sampai kapan.

   Gema melangkahkan kakinya ke rumah sakit, ia diberi kabar oleh Wenda untuk ke Rumah Sakit. Gema melangkah kan kakinya ke ruangan Jasmine. Ia terkejut mendapatkan tubuh Alia yang terbaring lemah.

    "Alia kenapa Wen?" tanya Gema yang khawatir.

    "Lo tanya sama temen-temen lo." jawab Wenda.

    "Alia di bully Jino sampai sakit kayak gini?" tanya Gema.

    "Iya, luka di tubuh Alia banyak. Itu luka dari keluarganya belum juga luka dari Jino dkk, gue takut Ge, gue takut kalo Alia nyerah." seru Wenda.

    "Gak akan, dia gadis kuat dan tangguh."

    * * *

     Satu hari ini Alia berada di rumah sakit, namun tidak ada salah satu keluarganya yang mengunjungi atau sekedar memberi semangat. Alia sedih tentunya, apa dia bebas pikirnya.

    Namun senyum Alia kembali terbentuk ketika melihat Wenda yang kini ditemani oleh Ibunya, sekali lagi Alia hanya bisa berharap semoga dapat merasakan seperti Wenda.

    "Alia udah bangun sayang?" tanya Arum, Ibu dari Wenda.

    "Iya Tan," jawab Alia.

    "Ma, suapin Alia makan yah. Sini biar Wenda yang makan sendiri." seru Wenda.

    "Gak perlu Wen, aku masih bisa kok." ujar Alia yang tidak berenak hati.

    "Gak pa-pa sayang, yaudah Wenda kamu makan sendiri dulu yah." seru Arum yang mengikis jarak dan duduk di tepi ranjang.

    Arum menyuapi bubur ke Alia, gadis itu tersenyum tanpa henti, namun air matanya menetes.

    Jadi gini yah rasanya di suapin sama Mama? Jadi gini yah di sayang sama Mama kalau aku sakit? Jadi gini rasanya deket sama Mama? Tapi aku gak dapetin ini semua dari Mama ku sendiri, malahan Mama dari Wenda yang memperlakukan aku kayak anaknya

ALIA DAN LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang