Chapter 9

1.3K 125 0
                                    


Hallo gimana kabar kalian? Baik-baik aja yah.

Vote dan comment yah

.

.

.

"Kamu hati-hati yah Wen." seru Alia yang melambaikan tangannya pada Wenda yang menaiki mobilnya untuk pulang.

Keadaan sekolah masih nampak ramai, sekarang Alia tidak takut jika Jino atau teman yang lainnya kembali membully Alia.

Alia melangkahkan kakinya menuju kafe, ia akam bekerja untuk biaya sekolah. Ia tidak mau merepotkan kedua orang tuanya, bukan tidak mau tapi dia takut jika kedua orang tuanya akan memukul dan menamparnya.

Alia memasuki kafe dan segera berganti pakaian pelayan kafe. Setelah selesai ia menanyakan tugasnya hari ini. Alia menawarkan daftar makanan dan minuman yang tersedia di kafe ini.

Lonceng berdering kembali, artinya ada pengunjung kafe yang baru saja masuk. Alia melangkah kakinya ke meja pojok, tapi langkahnya terhenti ketika meja itu di isi oleh Gema dan Cindy. Ia menghela nafasnya dan mengikis jarak.

Alia memberikan daftar menu makanan dan minuman, membuat keduanya menoleh kepada Alia dengan tatapan terkejut.

"Alia, kamu jadi pelayan kafe?" tanya Gema yang melihat penampilan Alia dari bawah sampai atas.

"Tanpa aku jawab kamu juga udah tau." jawab Alia dengan tatapan biasanya.

"Gue kira lo ngejalang, eh ternyata jadi pelayan kafe yah? Bagus juga sih. Cocok lah buat lo. Harusnya lo gak usah sekolah kalo tau lo jadi pelayan kafe." seru Cindy yang tertawa dan menatap Alia dengan sinis.

"Baik, kalian mau memesan apa? Kalian sebutkan biar saya yang mencatat." seru Alia yang tidak mau ambil pusing, karena ia sangat malas mendengarkan ucapan Cindy yang menusuk hatinya.

"Milkshake 2 dan sushi." seru Cindy.

Alia mencatatnya dan kembali ke dapur. Setelah lima menit pesanan sudah selesai. Alia kembali mendatangi meja Gema dan Cindy dengan mambawa senampan makanan dan minuman yang mereka pesan.

Alia meletakannya tepat di meja, ia membalikkan badannya dan tersenyum. Jangan sampai dia menangis karena cemburu.

"Gak ada sopan santunnya banget lo, inget yah lo itu pelayan kafe." tukas Cindy yang sedikit berteriak membuat seisi kafe mengarahkan tatapannya ke Alia, Cindy dan Gema.

Alia membalikkan badannya kembali dan menghela nafasnya. "maaf jika sikap saya kurang sopan." seru Alia yang kemudian kembali ke belakang dapur.

Air matanya menetes, kenapa rasanya sesakit ini. Apakah dia salah jika cemburu.

"Sabar."

Alia menoleh kesamping dan ternyata itu adalah Vano, Kakak kelas sekaligus manager kafe ini. Alia tersenyum dan menghapus air matanya.

"Maaf Kak, seharusnya aku bekerja bukan menangis." seru Alia.

"Gue tau perasaan lo gimana, lo boleh kok pulang. Lo kayaknya sakit." seru Vano.

"Tentang gaji? Tenang aja, gue gak akan potong gaji lo kok." lanjut Vano.

"Aku gak mau makan gaji buta Kak, gaji bulan ini dipotong aja Kak. Aku gak pa-pa kok, yaudah aku pulang yah Kak." seru Alia yang kemudian keluar dari kafe.

* * *

Sampai di depan rumah Alia menghembuskan nafasnya, Alia memasuki rumahnya. Ternyata keadaan rumah sepi, ia segera memasuki kamarnya dan menguncinya.

ALIA DAN LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang