Chapter 10

1.5K 117 7
                                    

   Vote yah dan jangan lupa juga buat comment!

.

.

.

    Sekitar pukul delapan, Alia membuka pintu kamarnya. Sebelum itu ia berdoa semoga kedua orang tuanya akan memberikan ucapan selamat ulang tahun.

    Mata Alia berbinar ketika mendapatkan Banyu dan Resti berada di depan kamarnya.

    "Mama sama Papa? Aku seneng banget kalian kesini, pasti kalian mau ngucapin selamat ulang tahun ke Alia yah?" tanya Alia dengan antusias.

    Plak...

   Tamparan keras mengenai pipi kanan Alia oleh Banyu. Alia bingung, ini ada apa.

    "Alia salah apa lagi Pa?" tanya Alia.

    "Salah kamu itu kenapa hidup di keluarga ini." teriak Resti.

    Alia menutup matanya, ternyata dugaannya salah. Ia kira kedua orang tuanya akan mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikannya kado namun nyatanya tidak itu hanya mimpi dan harapan dari seorang Alia.

    "Karena kamu Claudy marah sama Mama dan Papa. Itu karena kamu, Alia!" teriak Resti.

    "Alia gak tau Ma," jawab Alia.

    "Maaf Ma Pa."

    "Mama lupa sama ulang tahun aku? Papa lupa sama keinginan Alia apa? Udah beberapa tahun ulang tahun Alia gak dirayain, ok Alia gak berharap itu Alia cuman berharap kalian ngucapin selamat ulang tahun ke aku, tapi nyatanya? Aku dapet kado berupa tamparan." cecar Alia.

    "Arghhh...awshhh sa-kit Ma!" teriak Alia ketika Resti menjambak rambutnya dengan keras.

    Dug...

   Kepala Alia di hempaskan ke dinding, sampai Alia terduduk lemas. Tubuh dan kepalanya sangat sakit.

    "STOP!" teriak seseorang yang datang dan segera melindungi tubuh Alia.

    "Maaf Tante sebelumnya, aku gak sopan ikut campur urusan keluarga kalian. Cuman aku mohon sama Tante dan Om untuk hari ini aja jangan siksa Alia. Hari ini adalah hari bahagianya, dia berharap untuk bahagia, bukan untuk mendapatkan siksaan. Aku mohon untuk kali ini aja jangan siksa Alia." seru Wenda dengan air matanya yang terus mengalir.

    Resti dan Banyu pergi. Sedangkan Wenda segera membawa Alia untuk ke kamar.

    Wenda mengobati luka di bibir Alia, akibat tamparan. Wenda menangis menatap Alia dan kemudian memeluknya erat.

    "Wen, aku gak pa-pa kok." jawab Alia.

    "Lo bilang gak pa-pa? Lo disiksa Alia, dan lo bilang gak pa-pa." tanya Wenda.

    "Mereka gak siksa aku Wen,"

    "Udah jangan nangis, ini ada kue buat kamu." seru Alia yang memberikan sepotong kue itu kepads Wenda.

    "Janji jangan nangis lagi Wen." seru Alia.

    "Seharusnya gue yang bilang kayak gitu bukan lo, lo kuat dan tegar banget yah." seru Wenda yang menghapus air matanya dan tersenyum.

    "Gue makan yah."

    Wenda memakan kuenya dan menatap Alia. Kenapa gadis itu semakin kurus.

    "Kenapa Wen? Ada yang salah dari aku?" tanya Alia.

    "Gak kok, btw kue ini dapet darimana lo?"

ALIA DAN LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang