Chapter 8

1.3K 104 2
                                    


   Gimana guys? Pada mau lanjut ceritanya?

.

.

.

   Setelah pulang dari kafe, Alia bersemangat berjalan menuju rumahnya. Sudah sekitar pukul delepan lebih, dan keadaan pun mulai menggelap sempurna.

    Byurrr...

    Namun senyumnya luntur ketika mendapatkan guyuran air tepung, Alia mendongak dan menoleh ke samping ternyata itu Jino dan Cindy. Bagus sekali mereka melakukan hal seperti ini kepada Alia.

    "Jam segini baru pulang sekolah, gue jadi makin kalo lo beneran jalang." tukas Jino yang tersenyum remeh.

    Cindy tersenyum sinis pada Alia, cewek itu sangat puas melihat Alia seperti ini.

    "Udah puas kamu?" tanya Alia yang sudah muak dengan Jino.

    "Lo berani, hah?! Dasar pembawa sial." teriak Cindy.

    Plak...

    Cindy melayangkan tamparannya pada pipi Alia, cewek itu menutup matanya tak terasa cairan bening keluar dari matanya.

    "Cengeng, lo jadi cewek lemah banget sih." cibir Cindy.

    "Kamu belum ngerasain jadi aku Cindy, kamu belum tau rasanya sendiri, rasanya di benci, rasanya tersuduti." balas Alia.

    "Yah karena gue gak mau jadi manusia kayak lo, makanya gak guna." tukas Cindy.

    Alia berlari meninggalkan keduanya, setelah sampai rumah Alia menghapus air matanya dan membuka pintunya.

    "Baju kotor lagi? Dan jam segini kamu baru pulang sekolah? Kemana saja kamu?" tanya Resti dengan dingin.

    Alia tersenyum, "mama khawatir sama aku? Ini mimpi kan? Kalo ini benar mimpi, aku mohon Tuhan jangan bangunkan aku dari mimpi indah ini." seru Alia yang sangat bahagia.

    Hati Resti sedikit sesak rasanya saat mendengar ucapan puterinya, namun karena rasa benci itu membuat Resti tegah melakukan hal kejam seperti itu.

    "Jangan mimpi kamu, karena kamu telat pulang keadaan rumah seperti kapal pecah. Peran kamu disini mana? Kamu harus nyapu, kamu harus ngepel, kamu harus cuci baju dan kamu juga harus bersih-bersih toilet." lanjut Resti.

    Alia menunduk, ia kira Ibunya akan khawatir padanya ternyata tidak. Kemudian Alia berjalan menuju meja.

    Alia menemukan sebuah kotak merah, ia peluk kotak ini dan tersenyum.

    "Alia, itu bukan milik kamu." seru Banyu.

    Alia meletakan kembali kotak itu dan tersenyum miris, ia sudah salah sangka. "terus buat aku mana Pa?" tanya Alia.

    "Papa lupa." jawab Banyu.

    Tanpa mengucapkan satu katapun Alia membalikkan badannya dan berjalan ke kamarnya, tidak ada hal yang perlu di perjelas lagi, itu akan membuat hatinya sakit dan sesak saja.

    Alia meneteskan air matanya, kenapa semua orang melupakannya, kenapa semua orang menganggapnya tiada.

    "Selalu seperti itu." lirih Alia dengan suara paraunya.

    Tidak ada cermin di kamarnya, ia tenang sekarang. Ia tidak akan melihat bayangannya sendiri yang terlihat sangat menyedihkan.

    "ALIA!" teriak Resti.

    Alia menghapus air matanya, dan membukakan pintunya untuk menemui Resti yang memanggil namanya. "kenapa Ma?" tanya Alia.

    "Sekarang kamu beresin dapur." pintah Resti yang kemudian pergi meninggalkan Alia.

ALIA DAN LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang