Chapter 03

72 7 0
                                    

Theresa Mikhaila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Theresa Mikhaila.


Melangkah dengan berani melewati lapangan, yang sudah dipenuhi oleh siswa-siswi PANCASILA. Dengan wajah tanpa dosa, membuka permen karetnya lalu mengunyah seraya berjalan, menuju kantin. Tanpa memperdulikan tatapan tajam dari guru-guru, dan siswa yang sedang melaksanakan upacara.

"THERESA!" teriakan itu menghentikan langkah gadis yang sedang berjalan santai itu.

Theresa Mikhaila, cewek urakan dan terkesan tomboy, cewek yang selalu berbuat seenaknya. Tetapi paling tidak suka ada orang di tindas, apalagi itu terjadi didepan matanya.

Theresa menoleh, "Saya?"

Wanita yang berbadan gempal itu, mengeram. "Iya, kamu!" sentaknya.

Theresa berdecak, lalu menghampiri Buk Nella, dengan wajah masam. Menganggu saja! Theresa hanya berniat untuk pergi kekantin, karena cacing diperutnya sudah minta menangis-nangis didalam, perutnya.

Theresa mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa, Buk?"

"Kamu masih bertanya, kenapa?"

"Kan saya nggak tau, makanya saya nanya."

"Ngapain kamu lewat ditengah lapangan seperti itu, kamu tidak sadar diri. Kalau kamu terlambat?" sinis Buk Nella.

"Pengen aja," jawab Theresa kelewatan santai.

Buk Nella lelah jika harus berhadapan dengan Theresa ini, selalu menguras tenaga. Hingga guru-guru hanya bisa mengangkat tangan, kalau mau DO nggak bisa juga. Pasalnya, Theresa ini anak pemilik sekolah.

"Pergi kamu, seterah kamu!" Buk Nella, lebih baik mengalah. Theresa ini kalau ditegur, tambah ngelunjak. Ya! biarin aja lah. Guru-guru hanya bisa berharap, Theresa mendapatkan hidayah dari Tuhan.

Theresa melangkahkan kakinya, menuju kantin tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ini anak emang bener-bener.

Theresa memicingkan matanya, menatap ketiga temannya sudah bercanda ria di pojok kantin. Dasar, teman laknat! Dan tanpa permisi—

BRAK!

"Anjir!"

"Sakit ginjal gue, eh ralat. Sakit jantung gue!"

"THERESA, SIALAN!"

Theresa hanya memasang wajah tidak berdosanya, "Gue udah nungguin kalian, di perempatan. Eh! Nggak tau-tau makan enak disini!" sindir Theresa.

Gadis yang berambut kucir satu, menyahut. "Hehe ... Gue laper soalnya. Di apartemen nggak ada apa-apa."

Nada Amora Lexandra, Cewek yang selalu berpenampilan sederhana. Hanya menguncir rambutnya satu, dan tidak memakai Makeup sedikitpun. Nggak ada bedanya sama, Theresa.

Theresa menoleh kepada cewek yang sedang asik makan, tanpa memperdulikan orang disekitarnya.

Rachelica Winata, cewek berambut pirang yang hobi makan. Tetapi sesering apapun dia makan, berat badannya tidak pernah naik, atau gemuk. Membuat teman-temannya merasa iri, karena ingin makan banyak susah. Takut gendut, katanya.

Vernatha menyahut, "Walaupun lo teriak-teriak disini, Itu Eli, nggak bakalan peduli."

Vernantha Salsabila, gadis yang terkadang tolol bukan terkadang lagi, sih. Tapi tololnya kebangetan, orangnya terlalu jujur. Membuat sahabat-sahabatnya cuman geleng-geleng kepala.

Sebenernya panggilan Rachelica itu, Rachel. Tetapi memang temannya yang nggak ada akhlak, selalu memanggil Rachel, Eli.

Theresa memesan makanan, dan mendaratkan bokongnya disebelah, Vernatha. Dan menopang dagu, memejamkan matanya. Tetapi tidak lama, Theresa membuka matanya ketika mendengarkan Rachel berbicara.

"Ntar malem lo ada lawan, Sa. Tadi malem Bang Gio nelpon gue, katanya, lo ada lawan di Arena, malam ini."

Theresa mengangkat sebelah alisnya, "Kok dia nggak nelpon gue aja?"

Vernantha menyahut, "Udah, tapi lo nggak angkat-angkat."

"Lo bisa, ikut?" tanya Nada.

"Kan dari 2 hari yang lalu, udah gue kasih tau, gue nggak bisa. Ntar malem gue harus pulang kerumah Bokap."

Rachel mengaruk pelipisnya, yang terasa gatal. "Gimana ya, Sa? Lawan lo Vraka, kali ini."

Theresa melotot, "Cowok songong itu?" Ketiga temannya mengangguk, Theresa memang sensitif jika menyangkut, Vraka. Baginya, Vraka itu songong bin biadab. Sok ganteng juga.

"Oke, kabarin anak-anak yang lain." lanjut Theresa.

"Terus Bokap lo, gimana?" tanya Vernantha.

Theresa mengangkat bahunya, acuh. "Tunda,"

*****

Vraka menghisap rokoknya, dalam. Dengan angin-angin yang menyapu wajahnya, sesekali memejamkan matanya. Vraka menerawang, entah apa yang dipikirkannya. Hanya dia dan tuhan yang tau.

Vraka sangat menyukai suasana tenang seperti ini, sambil sesekali menyesap rokok yang berada ditangannya.

"Ka."

Vraka membuka matanya dan menoleh, "Hm."

"Ntar malam lo ikut, balapan?"

Vraka tersenyum miring, "Lawan?"

"Theresa." jawab Ramon.

Vraka menampilkan senyum manisnya, "Cewek setengah matang, itu?" tanya Vraka, santai.

Aaron tergelak, "Jangan main-main lo sama dia, gue waktu itu pernah di tendang.."

Vraka mengangkat sebelah alisnya, "Kapan? Gimana ceritanya?"

"Motornya nggak sengaja gue tabrak, dan gitu deh, lo kan tau itu anak suka ngegass! Motor, dia lecet. Terus gue ditendang."

Dylan menyahut, "Itu lo, yang goblok!
Pake nabrak-nabrak segala."

"Iya sih! tapi, tendangannya kayak, laki!"

Vraka hanya menyimak, dan tersenyum miring. Tidak sabar, untuk mengalahkan cewek tomboy itu. Vraka tidak pernah mendapatkan lawan cewek sebelumnya, Vraka tertawa dalam hati.

"Bakalan seru, nih!"







Dipublikasikan pada:

31 Agustus 2020

Pukul 22.39

VrakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang