"Ketika semua orang menilai ku buruk, hanya kamu yang menilaiku layaknya manusia baik."
*****
"Eh minggir goblok! Itu di rumah orang kaya ada musuh,"
"M40 gue pelurunya abis, anjir!"
"Lo dimana, Lan? Jangan jauh-jauh bego!"
"Berisik, kalau gagal Booyah gue tampol kalian bertiga!"
Sore ini, Vraka dan yang lainnya tengah bersantai, di markas utama mereka. Bersantai dalam artian mabar game bersama, suasana markas yang awalnya selalu ramai kini bertambah ramai. Karena suara heboh Gibran dan Dylan, dua anak manusia itu saling teriak-teriakan ketika bermain Game freefire di ponsel mereka masing-masing. Sedangkan, Vraka? Dia juga ikut bermain, hanya saja tidak heboh seperti sahabat-sahabatnya itu.
Vraka menyesap rokoknya sesekali, laki-laki ini memang tidak bisa jauh dari benda mematikan itu.
"WOAAH! BOOYAH, KAN. PASTI GUE NIH YANG BANYAK, KILL NYA." Gibran berseru heboh sendiri.
"Kalau nggak ada kita bertiga, lo nggak bakalan Booyah. " ucap Dylan, "Itu aja bangga." ucap Dylan lagi.
"Lo kenapa sinis terus sama gue?" heran Gibran menatap Dylan seraya mencomot sepotong martabak di atas meja.
"Muak aja gitu liat, lo. Kapan matinya coba."
Gibran langsung tersedak, dan terpekik horor, "Lo doain gue mati? Astaga, nyebut, Lan. Nyebut, dosa lo durhaka sama gue."
Dylan menyengir, "Baperan amat dah, lo!"
"Gue nggak baperan, anjir! Gue cuma merasa tersakiti aja." jawab Gibran lebay.
Vraka berdecak, "Bisa nggak sih, sehari aja nggak lebay?"
"Bukan Gibran namanya, kalau nggak lebay dan melambay." seru Dylan.
Gibran mendengus, "Gue terima lahir dan batin lo bilang gue lebay, tapi jangan melambay, napa! Gue laki-laki sejati, gue main tonjok bukan melambay." Gibran cemberut.
"Kenapa? Kan emang kenyataannya lo melambay, " seru Vraka, "Kasian adek gue punya cowok melambay. " tambahnya.
"Atas dasar apa lo bilang gue begitu? Walau pun gue melambay, tapi gue nggak bodoh gara-gara cinta. Kayak si onoh?!" sindir Gibran seraya melirik Ramon.
Ramon yang sadar di sindir pun melotot kepada Gibran, "Apa lo nyindir-nyindir gue? Mau gue sobek mulut lo HA?!"
"Ih, jangan," Gibran pura-pura takut, "Ntar gue nggak bisa cium Diana lagi." ujarnya tanpa rasa takut, menghiraukan tatapan tajam dari Vraka.
"APA LO BILANG?!" teriak Vraka, "Mati lo sama gue kalau sampai ngerusak adek gue." ancam Vraka.
"Kan ketauan siapa yang lebay-nya, nggak mungkin lah gue ngerusak cewek yang gue sayang. Pemikiran lo udah Travelling sampai jepang, ya? Gue palingan cium Diana di kening." jelas Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vraka
Teen Fiction- Dan akhirnya, selalu ada batas untuk setiap perjalanan. Selalu ada kata selesai, untuk setiap yang dimulai -