🎼Afgan— Percayalah.
Happy reading.
Vraka menatap gadis yang berada lumayan jauh darinya, dengan tatapan tajam yang menusuk. Vraka menghela nafas berat, Vraka melangkah maju mendekati gadis itu, dan menarik lengannya dengan kasar. Cowok tampan itu memang tidak bisa bersikap lembut jika menyangkut gadis yang berada di depannya ini.
Theresa memberontak, kesal. "Lo apaan, sih?! Nggak sopan banget narik-narik orang!" sentaknya keras.
Vraka diam, tetap menarik lengan Theresa menjauh dari segerombolan geng motor, yang sekarang menatap mereka berdua bingung.
"Lepas!" teriak Theresa seraya menghentakan tangan Vraka dan terlepas.
"Kurang ajar! Muak gue, diikutin mulu sama lo?!"
"Lo nggak ada kerjaan HA?!"
Vraka diam, tetap memandang gadis itu dengan tajam. Theresa pun begitu kini semakin menatap mata tajam itu, dengan tatapan yang tidak kalah tajam. Kok jadi tatap-tatapan sih?!
"Lo bisa nggak, jangan bikin orang lain itu repot?" Vraka mulai bersuara.
"Suka-suka gue lah! Lagian lo mau aja di repotin sama gue!" sergah Theresa.
Vraka mengalah, "Pulang!"
Theresa menolak mentah-mentah suruhan itu, tidak ada yang boleh mengaturnya termasuk cowok yang berada di depannya ini.
"Nggak! Sana lo pulang duduk di rumah, minta kekepan sama emak lo!"
"Jangan ngebantah!" bentak Vraka yang mulai terpancing emosi.
"Siapa lo ngatur-ngatur gue? Jangan berlagak sok menjalankan amanah di sini, udah basi!"
"Gue lagi nggak mau berdebat, mending sekarang lo balik!" suruh Vraka lagi.
Theresa berdecak marah, tidak menghiraukan suruhan Vraka. Theresa berbalik, Theresa paling tidak suka jika ada orang asing yang memerintahnya. Vraka hanya orang asing bukan?
Vraka mengeram, menarik tangan Theresa hingga bertumbrukan dengan dadanya. "Pulang! Jangan bikin gue marah, Darling." bisiknya tepat di telinga Theresa.
Theresa merinding sumpah!
Menepis dengan kasar tangan yang melingkar indah di pinggangnya, "Lo jangan kurang ajar!" desis Theresa.
Vraka tersenyum miring, "Pulang!"
Theresa mengalah, kalau tidak pertengkaran ini akan terus berlanjut, "Iya, Bangsat!"
Theresa melangkah ketempat motornya terparkir, dan melajukan motornya dengan kencang. Tetapi sebelum itu ia mengatakan kepada REGAZA, bahwa dia akan pulang.
Vraka mengikuti Theresa dari belakang, ingin memastikan gadis itu pulang keapartemen atau tidak. Vraka menghentikan motornya, dan tersenyum tipis karena sudah mendapati Theresa yang sudah memasuki kawasan apartemen.
****
Theresa merenung di balkon kamarnya, pikirannya tertuju kepada cowok yang selalu menganggu dan mengikutinya beberapa minggu ini. Cowok itu selalu memerintah sesukanya, dan Theresa membenci itu. Tapi satu yang berada di tanyakan Theresa dalam pikirannya saat ini, mengapa dia mengikuti perintah cowok itu? Tolong bantu Theresa menemukan jawabannya!
Theresa memejamkan matanya menikmati angin yang berhembusan menimpa wajahnya, Theresa membuka matanya dan mendongak untuk melihat bulan yang bersinar terang di malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vraka
Teen Fiction- Dan akhirnya, selalu ada batas untuk setiap perjalanan. Selalu ada kata selesai, untuk setiap yang dimulai -