Vraka turun dari motornya, dan merapikan sedikit rambutnya yang berantakan. Vraka sekarang berada diparkiran SMA PANCASILA, jika orang lain pergi kesekolah untuk menuntut ilmu. Berbeda dengan Vraka, dia pergi kesekolah hanya untuk tebar pesona."Sok ganteng," cibiran itu mengalihkan atensi Vraka yang sedang, bercermin di Spion motornya.
Vraka menoleh, "Jangan sampai gue guling-guling disini, cuma karena naik darah."
"Apa? Babi guling?" tanya Ramon.
Vraka mengangkat helm-nya, "Jangan sampe ini helm pecah dikepala lo, yang nggak ada isinya itu."
Aaron menyahut, "Vraka, kalau pagi, suka cepet emosian. A'a Aaron nggak suka!" ujar Aaron dengan suara yang dibuat-buat.
Vraka berlagak muntah, "Jijik, Ron."
Ramon mendudukan bokongnya dibawah pohon, yang berada disamping motor Vraka. Menyandarkan punggungnya dibatang pohon. Ketika ingat sesuatu, Ramon menegakkan badannya.
"Lo kemarin cari masalah lagi sama, Andra?" tanya Ramon.
Vraka menoleh kesamping, tepat kearah Ramon. "Iya, nggak segaja lewat gue. Terus gue kerjain." jawab Vraka.
Dylan mendengus, "Nanti markas."
Vraka mengangkat sebelah alisnya, "Maksud lo?"
"Kita nanti ke markas, goblog!" bukan! bukan Dylan yang menjawab, tetapi Aaron.
Vraka mengangguk, "Gibran mana?"
"Itu anak, oleng tadi malem. Minum sampe dua botol." celetuk Aaron.
Vraka melotot, "Serius lo? Itu Babon, makin kecanduan aja."
Dylan tergelak, "Sama kayak lo, masih mendingan dia. Dari pada lo? canduan sama tante-tante."
Vraka menendang kaki Dilan, keras. "Fitnah, Ntar para-para gebetan gue
denger." Haa? para gebetan?Ramon mengeleng heran, "Gebetan aja yang banyak, tapi pacar aja lo nggak punya."
"Punya pacar itu mudah bagi gue, sekali tiup." ujar Vraka sombong.
"Terus? Kenapa lo masih nggak mau pacarin mereka?" tanya Aaron, bingung.
"Nggak mau aja, nggak bebas gue."
Itulah, Vraka. Menganggap pacaran hanya akan menganggu kebebasanya.
Tetapi memiliki gebetan yang dijemur dimana-mana, Fyuh! apabila kalian membaca kisah ini. Kalian harus membiasakan dengan sikap, pemuda yang menyebalkan ini. Dan dengan sahabat-sahabatnya yang memiliki kebiasaan, yang tidak berbeda jauh darinya.THEONIX! salah satu geng motor yang terkenal di Bandung, baik di area balapan. Maupun jalanan, Memiliki 165 Anggota yang perkumpulan dari SMA Pancasila. Yang dipimpin oleh Nathaniel Vraka, meskipun memiliki sikap yang menyebalkan dan kocak didepan lawannya, Vraka jika sedang marah akan membuat musuhnya, tidak berkutik. Marah seseorang yang pencicilan itu menakutkan, bukan?
Selain dikenal sebagai pemimpi THEONIX, Vraka kerap dikenal sebagai, Raja jalanan. Di karenakan tidak memiliki kata kalah saat berada di arena balapan, sedari kecil Vraka memang tidak pernah mau terkalahkan atau dikalahkan. Oke dalam kisah ini, Vraka akan ditemani oleh keempat sahabatnya. Ayolah! saatnya, Vraka mengenalkan para sahabat-sahabatnya itu.
Ramon Adelan Baskara, Wakil pemimpin THEONIX. Cowok yang memiliki anugrah berupa lesung pipi yang dapat menambah kadar ketampanannya, tidak jarang, Ramon selalu menjadi rebutan para kaum hawa. Sikap yang seperti Buglon, Kadang kocak dan kadang juga menyebalkannya bisa melebihi, Vraka.
Aaron satria, cowok satu ini kerap dipanggil, Aaron. Cowok Blasteran Indo-Russia, pacar nya berserak-serakan dimana-mana. Kata nya "Ganteng harus dimanfaatin, banyak cewek salah satunya." nggak ada beda-bedanya sama, Vraka.
Dylano Kenath Agriel, biasa dipanggil, Dylan. Adalah kaki kanan, THEONIX! dan Dylan adalah sepupu dari, Vraka. Kemanapun mereka selalu bersama, seperti daki yang selalu menempel pada tubuh. Hehe.
Nggak bisa diperhalus itu omongan!Gibran Alditama, biasa dipanggil olehs sahabatnya, Mak Gib. Meski hobinya diluar akal sehat manusia, jika menyangkut sahabat atau keaamanan sahabatnya. Gibran akan berubah menjadi emak-emak, Ngomel terus. Jika dimarkas, Gibran lah yang selalu memasakan makanan untuk THEONIX, Dikarenakan hanya Gibran lah yang pandai memasak. Julukannya Babon Theonix, Karena tubuh Gibran ini besar karena otot-ototnya.
Mereka berempat adalah pasukan inti THEONIX
Yallah, gaje banget. Semoga kalian suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vraka
Teen Fiction- Dan akhirnya, selalu ada batas untuk setiap perjalanan. Selalu ada kata selesai, untuk setiap yang dimulai -