"Saat dewasa semua bergerak bertujuan, bisa jadi langkah kaki kita sama. Namun, nasib kita yang berbeda."
*****
Vraka mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah, Vraka bangkit dari kejatuhannya dan mendongak menatap lelaki di depannya dengan tajam. Tidak ada bedanya, dengan lelaki itu yang juga membalas tatapan Vraka dengan tajam dan tangan yang terkepal.
"Lo di diemin, makin ngelunjak, ya?!" sentak Vraka.
Lelaki yang bernama, Daniel itu tersenyum miring, menelengkan kepalanya dan menatap Vraka remeh, "Kenapa? Jangan sok jadi jagoan?!"
"Kalau gue jagoan, mau apa lo?"
Sikap songong Vraka keluar!
"Jangan ikut campur, ini urusan gue sama anak ini!"
"Tapi dia masih kecil! Dia nggak bakalan ngerti, anjing!" teriak Vraka.
Gadis kecil yang berkepang dua itu menangis terisak-isak.
Vraka yang ingin pergi ke markasnya, mendadak berhenti ketika melihat seorang gadis kecil yang di bentak-bentak oleh seorang pemuda. Vraka yang merasa kasihan, karena gadis kecil itu sudah menangis terisak-isak.
"Dia ngejatuhin ponsel gue!" teriak Daniel.
"Lo yang bego! Jalan pake mata!"
"Lo!"
"Apa? Nih! Gue bayar ponsel kentang lo itu!" ujar Vraka sambil menyodorkan beberapa uang berwarna merah.
Daniel menerima uang itu dengan kasar, "Gini kan bagus, jadi gue nggak perlu abisin suara ngebentak dia." tunjuk Daniel.
"Pergi lo!" usir Vraka.
Daniel pergi dari sana, meninggalkan Vraka yang mengeleng miris. Semua orang melupakan kedudukan demi uang? Seharusnya memberikan contoh yang baik kepada anak kecil, tetapi justru memberikan contoh yang negatif. Meski dalam kesalahan apapun, anak di bawah umur tidak baik di bentak seperti itu.
Vraka mensejajarkan tingginya, dengan gadis kecil yang berada di depannya. "Nama kamu, siapa?"
"Ji-Jinny."
Vraka tersenyum tipis, "Orang tua kamu mana?"
Jinny yang tadi menunduk kini mendongak, "Di sulga." jawabnya polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vraka
Teen Fiction- Dan akhirnya, selalu ada batas untuk setiap perjalanan. Selalu ada kata selesai, untuk setiap yang dimulai -