"Terus lo sekarang harus ngejaga, Theresa?" tanya Gibran.Vraka mengangguk, "Iya! kalau bukan menyangkut DO! Gue sih, ogah."
"Terus? langkah selanjutnya, lo mau apa?" tanya Ramon.
Vraka menghela nafas, "Nah itu! Gue bingung, gue ngomong sama dia aja baru kemarin, cuy!"
Dylan menyahut, "Tukeran, biar gue yang jaga!" ujarnya semangat.
"Kenapa lo semangat?" tanya Ramon.
Dylan memasang wajah malu-malunya, membuat Vraka dan yang lain ingin muntah detik ini juga.
"Calon istri." jawabnya.
Ramon melongo, "Jangan bilang, lo suka sama dia?"
Dylan mengangguk.
Vraka menyahut, "Nggak usah, ini tugas gue. Meskipun agak berat, sih. Tapi jalanin, ajalah!"
Aaron menyahut, "Itu kakek-kakek, ada-ada aja permintaannya."
Vraka mengeplak kepala Aaron. "Kakek-kakek pala lo! Walaupun dia udah tua, lo pernah kan liat dia marah. Wow! Sebelas dua belas sama, Theresa. Kayak setan." Vraka merendahkan suaranya di kalimat terakhir.
Ramon menyahut, "Emang dari keturunannya, Wajar sih. Theresa begitu."
Mereka terus bergosip ria, di parkiran sekolah mereka. Menunggu Theresa keluar dari sekolah. Ada sesuatu yang harus Vraka bicarakan, Vraka sebenarnya bisa tidak menuruti perintah Wijaksana. Tetapi bagi Vraka, itu adalah suatu amanah. Amanah harus di jalankan, bukan?
10 menit mereka menunggu kehadiran cewek setengah matang itu, Dan akhirnya batang hidung gadis itu terlihat.
Vraka berdecak, lalu menghampiri Theresa. "Lo setelah ini kemana?" tanya Vraka.
Theresa memutar bola matanya, "Bukan urusan lo!"
Vraka mendengus jengkel, "Lo nggak lupa kan? Apa yang di bilang, Daddy lo? Gue nggak mau ngelalain amanah?!"
"Oh." jawab Theresa singkat.
Vraka mencoba bersabar, "Lo kemana?"
"Apart!" jawab Theresa singkat.
"Dimana?"
"Apanya?
"Apartemen lo!"
"Lo, kepo!" ketus Theresa. Lalu menjalankan motornya, dan melewati gerbang. Meninggalkan Vraka yang melongo, seraya mengelus dada dan membacakan mantra sabar, sabar.
Dylan dan yang lainnya, tergelak memperhatikan kejadian itu dari jauh. Vraka yang selalu menghindar dan tidak ingin bertemu, Theresa. Kini akan berdekatan langsung dengan Theresa, dari dekat pula. Vraka memang begitu, selalu menjalankan Amanah. Katanya begini "Kalau gue selalu melalaikan amanah, dan gue akan terbiasa dengan itu. Dan nanti kalau gue nikah, terus gue akan kebiasaan melalaikan Amanah, menjaga dan menafkahi anak orang!" sekira begitulah ucapan Vraka yang membuat semua Anggota THEONIX yang mendengarkannya pun, sontak melongo Massal.
****
Vraka menuruni tangga dengan mengunakan Sweeter putih dan mengunakan celana bahan, Hitam. Simpel. Sederhana saja, Vraka sudah mampu memikat para wanita. Apalagi bergaya melebihi Artis, sudah banyak istri pasti Si Vraka.
Vraka celingukan mencari Maminya, bermaksud meminta izin. Malam ini, Vraka akan mengikuti kemana Theresa pergi. Sekilas informasi yang Vraka dapatkan, Theresa jika malam sudah berada di Club. Dan Vraka berniat menyusul gadis nakal itu disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vraka
Teen Fiction- Dan akhirnya, selalu ada batas untuk setiap perjalanan. Selalu ada kata selesai, untuk setiap yang dimulai -