Mata coklat itu mengerjap pelan, karena cahaya matahari menganggu tidurnya. Vraka membaluti tubuhnya dengan selimut sampai ujung kepala. Vraka masih mengantuk, Wanita yang berkepala 3 itu, mengeleng heran melihat kelakuan anak sulungnya."Bangun Kamu! Sekolah!" teriak Wanita itu.
"Vraka!"
Wanita itu menarik selimut yang membaluti Vraka dengan susah payah, dan berhasil. Tetapi cowok yang berada di atas kasur itu, tidak terganggu sedikitpun.
Wanita yang berstatus sebagai ibu rumah tangga itu, mulai geram. Dan menjambak rambut Vraka keras. Membuat siempu membuka mata lebar, terkejut. Lalu menegakan badannya, untuk melihat siapa yang berani berbuat seperti ini kepadanya.
"MAMI!" pekik Vraka. Lalu memeluk Nanda erat sekaligus melompat-lompat.
Nanda mendengus lalu melempaskan pelukan dari anaknya itu, "Kamu mau caper?" sinis Nanda.
Vraka mengeleng, seraya menutupi rahangnya. "Nggak! Nggak! ngapain juga aku caper sama Mami, lagian bukannya Mami datengnya siang? kok ini pagi-pagi?" pertanyaan beruntun itu membuat Nanda berdecak gemas.
"Nyerocos aja kamu! mandi sana, sekolah!" suruh Vraka.
Vraka menunjukan tampang memohonnya, "Libur, sekali aja, ya, Mi? Aku masih rindu banget nget sama mami!"
"Itu pipi kamu ngapain di tutupin? sakit gigi?" tanya Nanda.
Vraka mengeleng cepat, "Enggak kok Mi, bukan apa-apa." sarkas Vraka cepat.
Nanda memicingkan matanya, menatap Vraka lebih dalam. Yang di tatap sudah gelagapan tidak menentu di tempat.
"Kenapa?" tanya Nanda, sambil berusaha melepaskan tangan Vraka yang menutupi pipinya.
Vraka mundur, "Aku mandi dulu ya, Mi! aku sekolah aja deh, biar tambah pinter." Vraka berjalan cepat ke kamar mandi, tetapi kegiatannya terhenti ketika Nanda menahan tangannnya.
Nanda melotot ketika melihat memar di pipi Vraka, lalu menatap tajam Vraka yang sedang menutup kedua telingannya. Seperti sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya.
"KAMU BERANTEM LAGI?" teriak Nanda.
Vraka meringis, "Enggak kok, ini kebentur pintu." elak Vraka.
Nanda menatap Vraka penuh selidik, "Jujur kamu?"
Vraka mengangguk, "Aku jujur kok, Mi." Vraka menunduk, supaya Nanda percaya. Nanda paling tidak bisa jika melihat wajah Vraka yang memelas. Makin jelek, katanya.
Nanda mendorong kecil bahu Vraka, "Sana kamu mandi, turun kebawah sarapan!" suruh Nanda.
Vraka mengulum senyumannya, "Iya, Mi." jawab Vraka. Lalu mengayunkan kakinya kekamar mandi. Nanda meninggalkan kamar Vraka menuju kemeja makan, Menyiapkan makanan untuk anak-anaknya.
Vraka yang sudah berada dikamar mandi bernafas lega, syukurlah Vraka bisa mengendalikan keadaan dan Maminya percaya saja. Kalau tidak, sudah habis Vraka di tangan Maminya.
15 menit Vraka keluar dari kamar mandi, Wangi sabun khas Vraka pun menguar di dalam kamar tersebut. Vraka memakai baju sekolahnya dengan super kilat. Lalu mengapai tas yang berada di sofa kamar, sebenarnya Vraka tidak pernah membawa tas kesekolah. Tetapi, karena ada Nanda. Vraka memakai tasnya, dari pada Nanda berfikir Vraka tidak belajar di sekolah nanti.
Vraka menuruni tangga sesekali bersenandung lagu kesukaannya, Ah! baiknya setelah berada di sekolah, Vraka akan pergi keruangan musik.
"Wah! Mami tambah cantik, ya!" puji Vraka, mendudukan diri di samping Diana yang sedang memakan nasi goreng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vraka
Teen Fiction- Dan akhirnya, selalu ada batas untuk setiap perjalanan. Selalu ada kata selesai, untuk setiap yang dimulai -