"Jangan selalu mempermasalahkan sesuatu, sedangkan kamu tidak tau apa yang terjadi sebenarnya."*****
Vraka melipat kedua tangannya di dada, dengan mata yang menajam dan menusuk tepat kedalam manik Andra. Lelaki jangkung itu menatap Vraka dengan sirat kebencian penuh dendam.
"Ngapain lagi lo?" Vraka memecahkan keheningan yang mencekam.
Andra tersenyum miring, "Lo udah tau apa tujuan gue."
"Gue nggak suka berbelit-belit, mau lo apa?" sentak Vraka.
"Mau lo hancur."
Hanya sampai disana percakapan mereka, karena Andra yang langsung melayangkan pukulan dan tendangan kepada Vraka, yang belum keadaan siap. Vraka tergeletak dilantai lalu memandang Andra marah.
"Lo emang nggak bisa di ajak ngomong baik-baik. Anjing!" Vraka membalas pukulan Andra dengan membabi buta.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
Bunyi pukulan itu bersahut-sahutan.
Aaron yang bersandar di dinding menguap lebar, "Ngantuk gue, bocen." gumamnya.
Gibran mendengus, "Molor mulu pikiran lo."
Vraka melayangkan tendangan tepat di perut Andra, yang berhasil membuat lelaki itu terduduk di tanah terbatuk-batuk.
Vraka mengatur nafasnya, "Denger, gue mau jelasin. Semua yang lo liat itu memang bener, tapi— DENGERIN DULU BANGSAT!" sentak Vraka diakhir kalimatnya, karena Andra kembali mencoba melayangkan pukulan.
Andra berhenti menuruti, dengan dada kempas-kempis. Sedangkan Grexa dan Theonix yang lainnya hanya diam memandangi.
"Yang lo liat itu emang bener, tapi itu salah paham." ujar Vraka.
"Salah paham lo bilang, keparat!" teriak Andra.
"Iya itu cuma salah paham, oke gue akui gue salah udah ngelakuin itu. Tapi waktu itu, gue dalam pemilihan yang sulit." jelas Vraka.
"Sebelum Bintang pergi keluar negeri, dia sempat bilang sama gue kalau dia sayang sama lo. Dan minta maaf udah ngehancurin persahabatan antara kita berdua."
Andra menunduk, dadanya terasa sesak sangat sesak. Sehingga membuat Andra susah bernafas, mengingat senyuman gadis itu membuat Andra merasa sakit kembali. Gadis yang saat ini entah dimana, dan entah bagaimana keadaannya sekarang. Terakhir, Andra bertemu dengan Bintang, saat gadis itu di rumah sakit dalam kondisi melawat penyakitnya.
"Kalau lo nggak percaya, terserah! Seenggaknya jangan bikin masalah baru, lagi." seru Vraka.
"Gue selama ini selalu mencoba untuk jelasin sama lo, tapi lo nggak ngasih gue kesempatan."
Andra mendongak, "Gue nggak akan pernah percaya, sama omongan bajingan kayak lo." desis Andra.
Andra beranjak dari markas Theonix, diikuti oleh anggotanya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vraka
Teen Fiction- Dan akhirnya, selalu ada batas untuk setiap perjalanan. Selalu ada kata selesai, untuk setiap yang dimulai -