Vraka meminum susu coklatnya, seraya menatap anggotanya yang sedang bermain, Domino. Vraka memandang kotak susu yang berada di tangannya, lalu mengoyangkan sedikit, lalu berdecak saat isinya sudah habis. Vraka bangkit menuju lemari pendingin, dan banyak sekali susu coklat di dalamnya. Satu lagi yang harus kalian tau tentang, Vraka. Dia adalah pencinta berat sama susu coklat. Nggak di markas nggak di rumah, selalu ada stok susu di lemari pendingin. Katanya, supaya gue nggak gampang marah. Sekira begitulah.Gibran mengeleng heran, "Susu teros," sindir Gibran.
"Makan Ikan teri pakai saus, iri bilang bos!" celetuk Vraka.
Gibran mencibir, pelan. Sedangkan Vraka tetap meminum susu coklatnya seraya, bermain ponsel.
"Ka, Anak gue udah lo kasih makan, belom?" tanya Dylan.
Vraka menoleh, lalu mengeleng, "Dari kemaren nggak gue kasih makan, kan lo bapaknya! Ngapain gue kasih makan." ujar Vraka.
"Kan gue titipin di rumah lo, kasih makan dikit aja napa!"
"Ogah," jawab Vraka singkat.
Dylan mendengus jengkel, "Lo nggak ada hati, sumpah!"
"Bodoamat,"
Dylan kesal, masa anak-anaknya di telantarin gitu aja? Nggak di kasih makan lagi, emang, ya! Vraka nggak punya hati. Liat saja nanti! Dylan akan membalasnya.
Vraka mendongak merasa di perhatikan, "Kenapa lo liatin gue, gitu amat? Suka lo sama gue? tapi maaf gue masih doyan sama cewek cantik!" cerocos Vraka.
Dylan mendengus, "Seterah lo deh," melanjutkan permainan Dominonya.
Vraka terkekeh, melihat wajah cemberut sepupu sekaligus sahabatnya, "Udah gue kasih makan anak-anak lo?! jangan ngambek, kayak cewek aja, lo!" cibirnya.
Dylan melirik Vraka sinis, "Siapa yang ngambek, sih?"
"Siapa yang nanya!" ujar Vraka.
"Bos,"
Vraka menoleh kesamping, lalu mengangkat sebelah alisnya, "Tumben, panggil Bos. Ada maunya pasti nih?"
Ramon menyengir, "Pinjam duit, dong!"
"Buat apaan?" bukan! bukan Vraka yang bertanya, tetapi Aaron. Cowok satu itu menatap Ramon memicingkan mata, menatap penuh curiga.
Ramon mengeplak pipi Aaron, "Kepo!" lalu menoleh kembali kepada Vraka, "Pinjam duit,"
"Buat apa? Lo minjam duit gue, bukan untuk beli boneka setan. itu kan?" Vraka memicing curiga, tentu Vraka tidak lupa ketika Ramon meminjam uang, dan membelikannya boneka setan. Bulu kuduk Vraka mendadak berdiri jika mengingat boneka itu. Ramon membeli boneka itu untuk menakut-nakutinya. Memang! Vraka memang sedikit takut, jika menyangkut Horor.
Ramon mengeleng cepat, "Bukan, lo curigaan mulu sama gue!"
"Sebagai manusia yang ganteng, dan banyak yang syirik. Gue pantes curiga!" jawab Vraka.
Semua menoleh kearah pintu coklat utama, yang terbuka secara kasar. Dan menampakan Andra, dan gengnya sedang berdiri di ambang pintu. Salah satu tangannya memegang tongkat Bassball. Vraka tesenyum manis megayunkan kakinya tepat di depan Andra, dan tidak lupa terus meminum susu coklat yang berada di tangan kanannya. Persis seperti anak-anak yang polos ketika meminum susu.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Vraka dengan tersenyum manis. Semua Anggota THEONIX melongo.
Gibran menyengol lengan Vraka, "Is jijik! ngapain lo ngomong gitu? Yaallah! besok gue buang dah, semua susu coklat lo!" bisik Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vraka
Novela Juvenil- Dan akhirnya, selalu ada batas untuk setiap perjalanan. Selalu ada kata selesai, untuk setiap yang dimulai -