"Semua akan berubah pada waktunya, entah itu sikap atau pemikiran."
*****
Theresa memasuki cafe yang saat ini dalam keadaan ramai, dengan tatapan tajamnya begitu menghunus membuat orang yang berlalu lalang memandangnya ngeri. Entah apa yang membuat gadis itu seperti dalam keadaan emosi. Theresa celingukan, dan ketika menemukan orang yang dia cari, Theresa langsung mengayunkan kakinya menuju kesana.
Theresa mendudukan diri di depan Abella dengan menatap wanita itu tajam, "Mau apa lo?" tanya Theresa.
"Eh, anakku sudah datang. Mau makan dulu?" ujarnya penuh kelembutan tetapi itu memuakkan bagi gadis itu.
Theresa berdecih, "Gue bukan anak lo?!"
Theresa tidak akan mempertanyakan bagaimana wanita ular itu bisa ada di indonesia, tentu! Abella itu mengecoh Wijaksana untuk pulang keindonesia berbagai alasan, dan bodohnya! Ayahnya itu mudah sekali percaya kepada wanita ular ini.
Abella mengibaskan tangannya, "Kamu tidak bisa berbicara sopan kepada, mama mu sendiri?"
"Lo bukan mama gue! Mau apa lo? Jangan buang-buang waktu gue." desis Theresa.
"Kamu tau? Saya sudah menyuruh Wijaksana membuat surat warisan, atas nama saya." ujarnya bangga.
Theresa mengepalkan tangannya, "Gue tau, tujuan awal lo emang cuma morotin harta bokap gue! Tapi tidak semudah itu, Abella. Selagi masih ada gue."
Abella tersenyum sinis, "Liat nanti, kamu benar saya memiliki anak dan itu bukan dari Wijaksana." jujurnya.
"Gue tau, nggak ada yang terlewatkan dari pengawasan gue."
Hanya saja, Theresa tidak bisa terlalu jelas ketika melihat wajah seorang gadis yang Notabe-nya Anak dari Abella ini. Theresa hanya bisa melihat dari postur tubuh belakang saja.
Abella membekap mulutnya, dramatis, "Oh, kamu ngawasin saya? Hm, saya tau. Kenapa saya tidak panik? Karena, Wijaksana lebih percaya kepada saya dari pada ke anak yang tidak berguna seperti kamu."
Mata Theresa memerah menahan amarah, sungguh! Menahan amarah adalah hal yang sangat sulit baginya, Theresa harus mengontrol emosinya saat ini, di karenakan mereka berada di tempat umum. Dan jangan lupakan, jika Abella ini memiliki mulut yang manis untuk mengadu kepada Ayahnya.
"Prilaku lo ini, seperti nggak memiliki pendidikan. Mulut lo emang minta di kasih pelajaran." Theresa sangat ingin membogem mulut Abella saat ini, tetapi Theresa masih tau batasan. Tidak mungkin dia main tangan kepada yang lebih tua darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vraka
Teen Fiction- Dan akhirnya, selalu ada batas untuk setiap perjalanan. Selalu ada kata selesai, untuk setiap yang dimulai -