duapuluh dua

114 5 1
                                    

langit mulai gelap, tapi keduanya tidak berniat untuk kembali kerumahnya masing masing.

"kira kira di masa depan kita bakalan temenan lagi gak yah?" kalimat pertama yang keluar dari mulut jane sore ini.

"kenapa emang?" tanya sehun melirik jane.

jane mengalihkan pandangannya ke sehun sebentar dan beralih lagi kearah langit yang membiru.

"ya gapapa, aku ngerasa sekarang gak sekosong dulu, gak apa apa bakalan nyalahin diri sendiri, hal kecil gak dipusingin banget. kaya, sementara ada kamu aku bakalan lupa sama semua keresahan yang aku punya" ujarnya panjang lebar.

"sekarang aku punya sehun" ujar jane diakhiri dengan senyum manisnya.

sehun yang sejak tadi menatapnya termangu, matanya bahkan enggan untuk lepas dari wajah polos dengan mata sendunya yang seperti tersenyum disaat dunia berkata 'tidak' untuk dirinya.

jane orang yang kuat, tapi lemah didalam. orang yang ceria, mulutnya yang selalu mengoceh tentang hal tidak penting tapi tidak untuk mengeluh.

jane hampir mirip dengan dirinya, orang tua yang sudah berpisah sejak usianya yang belum cukup mengerti apa artinya berpisah. jane tinggal sendirian sejak neneknya meninggal dua tahun lalu, jane benar benar sendirian tapi anehnya selalu terlihat senang.

tangan sehun bergerak mengelus surai hitam milik gadis disampingnya membuat siempunya menoleh bingung.

"kenapa?" tanyanya.

sehun menarik bibirnya tersenyum simpul.

"kenapa ih serem banget senyum senyum" ujar jane merinding.

sehun menyadarkan dirinya, menarik tangannya kembali dan menatap lurus kedepannya.

hening. jane dengan dunianya sendiri sedangkan sehun dengan isi kepalanya yang penuh dengan kalimat kalimat penyemangat untuk jane, tapi bibirnya terlalu berat untuk berucap.

sehun berdeham, sekedar menetralkan suasana tapi yang didapat malah tatapan polos dari perempuan disampingnya.

"mau... nyender gak?" tanya sehun gugup sambil menepuk pundaknya.

jane tersenyum dengan senang hati menyenderkan kepalanya dipundak lebar milik sehun.

"hidup itu gak perlu selalu di gapapain"
"sesekali gapapa marah, gapapa kesel, gapapa ngeluh atau bahkan ngerasa cape. tapi inget, semua ada waktunya. kalo sekarang nangis nangis, kalo sekarang cape, kesel, marah besoknya harus kembali lagi kaya biasa, kaya seakan semua kembali kaya semula" kata sehun pada akhirnya setelah sedaritadi diam.

"look around, manusia itu makhluk sosial yang kodratnya sama sama harus saling membantu, orang gak akan tau masalah kamu kalo kamu gak ngomong. pundak manusia itu cuman dua, kalo dua duanya penuh yang kita lakuin itu apa? ya pinjem pundak lain buat sekedar ngeringanin beban diri kamu" ujar sehun panjang lebar.

"kaya sekarang?" tanya jane dengan kepalanya menengadah mencoba menatap sehun.

sehun mengulum bibirnya, "jadi, you're not alone and no one want you to be alone, jangan malu buat minta bantuan orang lain" tambah sehun.

suasana kembali hening. sehun lega seenggaknya dia udah bisa ngasih sedikit kalimat buat jane.

pundak sehun tiba tiba basah, bukan hujan dari langit tapi hujan dari mata jane.

jane mengangkat kepalanya dan menatap sehun dengan mata merahnya. airmata terus turun dari mata jane.

"jangan nangis" sehun mengusap airmata jane dengan ibu jarinya.

sore itu, dua manusia yang sama sama lemahnya dan sama sama berpura pura menjadi kuat mulai membagi keluh kesahnya tanpa akhir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

indigo ; ooh sehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang