Minho dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan meski bukan yang terbaik seperti Chan. Upacara kelulusan sudah selesai dan sekarang Minho hanya bisa berdiri diam sendirian. Senyuman tipis terukir di wajahnya saat melihat ke sekitar.
Semua teman seangkatannya sedang berkumpul dengan keluarga masing-masing, entah mengobrol, menghibur mereka yang menangis harus karena sudah lulus, berfoto untuk mengabadikan momen atau mengucapkan perpisahan dengan sahabat.
Kedua orang tuanya sekarang tengah berada di luar negri, sementara papa dan mama Bang sendiri tidak bisa datang karena masih dalam masa pemulihan dan mama Bang harus menemaninya.
Felix dan Changbin yang sedang libur pasti menghabiskan waktu berdua saja. Chan? Pemuda itu sudah cukup disibukkan dengan pekerjaan di kantor dan dunia kuliahnya. Tadinya Minho berniat memberitahu Chan semalam, tapi Chan terlihat begitu lelah.
Bahkan semalam setelah pulang Chan langsung masuk ke ruang kerjanya setelah mandi dan makan malam. Tangannya sibuk menggoreskan tinta pulpen di atas kertas putih dan tak jarang dia menerima telpon.
Minho yang berniat memberitahu langsung mengurungkan kembali niatnya dan menutup pintu rapat. Besoknya dia bangun pagi lalu berangkat dengan bus sekelum Chan gangu setelah meninggalkan pesan bertuliskan "Aku ke sekolah ya kak, ada yang harus aku urus :)"
Yah, lagipula ini bukan pertama kalinya dia mengalami ini. Saat kelulusan SMP keamarin juga seperti ini karena orang tua Minho adalah pria dan wanita karir.
Tapi jujur, Minho sesekali ingin merasakan kehangatan keluarga seperti teman-temannya. Sejak kecil Minho dibesarkan dengan kuat dan keras karena dia anak tunggal. Jika 'Jatuh' maka bangkitlah sendiri.
Orang tua Minho sibuk mengejar karir impian mereka, mana mungkin Minho menghalangi semua itu hanya demi memenuhi keegoisannya?
Minho menghela nafas dan menunduk, "....pulang jalan kaki saja ah.."
Dia tidak mood untuk naik bus, taksi atau apapun itu. Lebih baik dia menyendiri dengan berjalan kaki, yah meski jarak dari sekolah sampai rumahnya dengan Chan lumayan jauh. Siapa peduli jika kakinya nanti sakit? Chan juga tidak akan tau kan? Pemuda itu pasti lembur lagi malam ini.
Minho mengambil tasnya lalu berjalan pulang setelah berpamitan dengan para guru-guru dan teman-temannya. Minho jadi teringat tiga tahun yang lalu dia juga seperti ini, bedanya dia jalan kaki pulang ke rumahnya yang berjarak lebih jauh lagi karana saat itu dia belum bertunangan dengan Chan.
'Bruk!'
"Akh!...ssshh... sakit" ringis Minho, sialnya dia tersandung lalu terjatuh. Minho mencoba untuk bangun, tapi malah berakhir jatuh lagi karana pergelangan kaki kanannya terasa nyeri dan lututnya berdarah.
"... sial..." Minho hanya bisa duduk diam sambil menahan nyeri di pergelangan kaki dan lututnya sekarang. Kenapa dia harus sial sekali sih hari ini?! untung saja dia berada di jalan yang sepi.
"Sakith... ukh... hiks, kak Chan...huks uhhh"
"Butuh bantuan manis?"
Minho mendongak mendengar suara seseorang nyapa indra pendengarannya. Semakin banyak air mata yang keluar lagi.
"Kak Chan!!"
Chan berlutut lalu membawa Minho ke dalam pelukannya, "Ceroboh hm?"
"Sakit kak..."
"Apa yang sakit sayang?"
"Semuanya..."
"Maaf ya, mas telat datang. Habis rapat mas udah buru-buru datang ke sekolah. Tapi kata guru-guru sama teman kamu, kamu udah pulang duluan jalan kaki. Kamu kenapa jalan kaki hm? Kenapa nggak kasih tau mas ada acara kelulusan kamu hari ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable ✓
Fanfiction[[ B A N G I N H O ]] [ E N D ] [Unrevised] ✨ Ineffable ✨ ~ Tidak bisa diungkapkan dalam kata-kata Kehidupan Minho dengan Chan yang sudah ditunangkan sejak SMA dan berlanjut sampai mereka dipaksa untuk menikah muda oleh papa Bang. Bang_Youngmi's...