5. Berangkat bareng

44.6K 2.2K 70
                                    

Happy reading !

.

.

Ardana merebahkan dirinya di atas kasur king size miliknya, ingatannya terpusat pada gadis yang baru saja ia temui tadi Pagi, senyumnya mengembang lalu bibirnya menggumamkan nama gadis itu.

"Alya..."

Ardana turun dari atas kasur lalu memasuki kamar mandi untuk mengganti pakaian dengan lebih santai dari sebelumnya, setelah selesai mengganti pakaian ia duduk di atas sofa lalu mengambil ponsel karna banyak notif dari ponsel ber-merk miliknya.

Ardana turun dari atas kasur lalu memasuki kamar mandi untuk mengganti pakaian dengan lebih santai dari sebelumnya, setelah selesai mengganti pakaian ia duduk di atas sofa lalu mengambil ponsel karna banyak notif dari ponsel ber-merk miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ardana terkekeh, ada-ada saja kelakuan teman-temannya kalau mengejek Xavier. Ada beberapa opini mengatakan kalau orang bersikap dingin seperti Xavier ini dulunya memiliki masalah, namun itu tak berlaku pada Xavier, kenapa? Nanti juga kalian tau alasannya.

Ardana memejamkan matanya untuk pergi menuju alam mimpi yang sudah siap menjemputnya.

Pagi ini Ardana terbangun lebih dulu dibandingkan biasanya, kenapa? Ia memasang alarm, ini kali pertama laki-laki itu memasang alarm di ponselnya hanya karna ingin menjemput Alya. Sangat mengejutkan bukan?

Ia mengambil seragamnya dari lemari lalu memakainya dengan telaten, mengancingi satu persatu tetapi 2 kancing teratas ia buka dengan sengaja, baju yang di keluarkan tak lupa dengan kalung pemberian Ayahnya yang selalu ia pakai, memakai celana dengan benar lengkap dengan gesper yang tidak tau fungsinya buat apa karna ia hanya memakainya dengan asal lalu memakai sepatu berwarna merah dan menenteng tas tanpa isi menuju lantai bawah.

"Kalung dari Ayah, masih kamu pakai?" Tanya Alvaro, Ardana mengangguk lalu duduk di kursi makan, sekilas ia menunjukan kalung bergambar tengkorak kecil ke hadapan Alvaro hingga laki-laki paruh baya itu mengangguk.

"Emang itu kalung apa sih, Yah?" Tanya Meysa Ratu Jovanka – adik Ardana.

"Kalung turun temurun keluarga, Meysa. Kamu mikirnya itu kalung apa emang?" Tanya Alvaro.

"Aku kira jimat-jimat yang biasa dukun pake gitu." Ucap Meysa lalu memakan rotinya dengan tenang.

10 menit, Ardana sudah menyelesaikan sarapannya, berpamitan kepada orang tuanya lalu izin pergi menuju rumah Alya.

~~~

Alya kini sedang mengikat tali sepatu miliknya lalu berpamitan kepada orang tuanya untuk berangkat menuju sekolah dengan jalan kaki, sepertinya ia lupa dengan perkataan Ardana semalam.

Tin! tin!

Alya terlonjak saat seorang lelaki memakai helm full face menghampirinya, keringat bercucuran di kening gadis itu hingga membuat badannya bergemetar ketakutan.

ARDANA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang