Happy reading !
.
.
Alya berusaha menetralkan degup jantungnya lalu berjalan dengan santay menuju kelas, namun ucapan orang itu terus saja terdengar, seakan-akan kaset rusak yang terus berputar.
Flashback on.
"Mencariku?" Alya membalikan badannya, tubuhnya menegang saat melihat sosok di hadapannya, pakaian serba hitam tak lupa masker dan kacamata.
"K - kamu siapa?" Tanya Alya, perempuan itu terkekeh lalu menunduk.
"Kehadiranmu membuat hidupku kacau, Alya. Makadari itu kamu harus mati," Alya membelalakan matanya, kehadirannya? Kacau? Ada apa sebenarnya?
"Tapi gue gak akan buat lo langsung mati kok, gue cuma bakal.. yaaa bikin lo mati perlahan." Sosok itu mengusap kepala Alya lalu keluar dari dalam kamar mandi.
Alya terpaku, membunuhnya secara perlahan? Ini kenapa?? Siapa dia? Kenapa ia ingin membunuh Alya?
Flashback off.
Dia.. perempuan, tapi siapa? Apa Papa atau Mamanya memiliki musuh? Tidak, tidak mungkin. Lalu siapa? Alya asing dengan suara itu, suara perempuan itu.. Alya tak mengenalnya.
"Duh siapa sih tadi? Alya kok gatau ya.. Terus kenapa juga dia pake masker dikamar mandi? Pake kacamata juga? Oh jangan-jangan dia artis! Kan artis penampilannya kaya gitu, ah harusnya Alya ajak potbar!" Akhirnya Alya sampai di depan kelas, ia langsung duduk di samping Safira seakan-akan tidak terjadi masalah apa-apa.
"Kamu keringetan? Padahal ini gak panas loh cuacanya," Jelas Yara, Alya mengusap keringatnya dengan telapak tangan lalu tersenyum manis.
"Enggak kok, Alya gugup aja tadi ketemu artis!" Fiona membalikan badannya, ini salah denger apa gimana?
"Hah? Artis? Dimana?" Tanya Fiona, Alya tersenyum lalu membusungkan dada (sombong ceritanya).
"Dikamar mandi!" Fiona menautkan alisnya, ngapain tu artis dikamar mandi? Kamar mandi sekolah pula! Apa iya gak punya kamar mandi, sampe-sampe numpang di sekolahan?
"Lah? Kok dikamar mandi?" Tanya Safira, ia merapikan anak rambut di kening serta pipi Alya. Sesekali mengusap keringat Alya menggunakan tissu yang selalu ia bawa.
"Ya tadikan Alya ketemu nih sama cewek, penampilannya.. Emmm dia pakai topi, kacamata, masker, terus bajunya serba item! Nah kan Alya sering nonton tv gitu, artis-artis penampilannya gitu kalau mau keluar ke tempat umum, biasanya sih," Fiona menepuk keningnya.
"Itu bukan Artis! Itumah orang misterius!!!" Alya menggaruk kepalanya lalu terkekeh.
"Ngomong-ngomong soal misterius, dia ngomong apa aja, Al?" Tanya Yara.
"Kamu kepo, kaya dora!" Yara mencebikkan mulutnya lalu memainkan pulpen warna-warni milik Alya.
"Oh iya, Kak Ardana gak masuk?" Tanya Yara, ah Alya melupakan laki-laki itu!!
"Ih Alya gak tau, dia belum balas chat Alya! Kuotanya habis kali ya? Ah gak mungkin, Kak Ardan kan sultan," Alya menatap sendu pesannya yang tak kunjung dibaca oleh Ardana.
"Halah, tampang doang sultan tapi beli kuota gak mampu!" Safira terkekeh, ada benarnya juga.
"Oh, terus kemana? Aku seharian ini belum lihat, kaya ada yang kurang, hehe.." Fiona menatap Yara tak suka, kan kan mulai lagi.
"Ya aku gatau, kan Kak Ardan belum ngasih tau," Yara mengangguk lalu menulis nama Ardana di pergelangan tangannya.
"Kenapa kamu tulis nama Kak Ardana di pergelangan tangan kamu?" Tanya Safira.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDANA (END)
Подростковая литератураBagaimana jadinya kalau gadis polos bertemu dengan sang ketua geng yang cukup di takuti oleh banyak orang? Akankah pertemuan yang tidak di sengaja ini akan membawa malapetaka atau sebaliknya? Apakah Ardana kembali membuka hatinya untuk Alya sang gad...