Happy reading !
.
.
Alya dan Ardana kini sedang duduk di salah satu taman, Alya sedang mempertahankan muka flat-nya, do'a kan semoga berhasil ya!
"Jadi dia itu sahabat gue, Mut," Jelas Ardana.
"Oh gitu."
"Dia berarti buat gue,"
"Iya."
"Soal di kantin, gue spontan ucap itu Mut,"
"Oke."
"Gue sayang sama lo."
"Hm."
"Lo jangan jadi kaya Xavier, Mutiara!" Ardana mengacak rambutnya frustasi, ucapan gadisnya kenapa malah jadi mirip seperti Xavier?!
"Ya apa dong?! Alya di suruh ngomong gitu sama Nayra!!" Dahlah, gagal Alya. Emang dasarnya aja lemah ini.
"Hah?" Alya memutar bola matanya malas, ia menceritakan apapun yang di perintahkan oleh Nayra tadi sebelum ia bertemu dengan Ardana.
Flashback on.
Nayra, Safira, Fiona, dan Lyani sebenarnya tak setuju Alya bertemu dengan Ardana. Namun apa daya? Alya sudah memohon-mohon, mereka tak tega.
"Oke lo boleh ketemu Ardana! Tapi kalo dia ngomong, lo harus jawab singkat, paham?" Alya mengangguk antusias lalu mengangkat kedua ibu jarinya.
"Semangat, Alya!"
Flashback Off.
"Lo gak marah sama gue?" Tanya Ardana, Alya menggeleng polos.
"Kenapa?" Tanya Ardana, lagi.
"Alya boleh marah sama kakak?" Ardana menggeleng lalu memeluk Alya, membenamkan wajahnya di ceruk leher Alya, menghirup dalam-dalam aroma Vanilla yang khas pada diri Alya.
"Lo gak pernah gue kasih izin buat marah sama gue," Alya terkekeh geli lalu mengusap rambut lebat Ardana.
"Ayo ikut," Ardana berdiri dari duduknya lalu mengulurkan tangan.
"Kemana?"
"Ikut aja."
~~~
"Gimana?" Tanya seseorang di salah satu ruangan gelap dan sunyi.
"Hahahaha, Ardana cuma tikus kecil buat gue," Perempuan itu melihat foto Ardana lalu mengusapnya.
"Dia kira, gue bakal mau jadi sahabat dia lagi setelah bokapnya menjarain bokap gue? Cih, bodoh!" Gadis itu mencengkram foto Ardana hingga tak berbentuk lalu melemparkannya pada sebuah api kecil.
"Let's play, babe."
~~~
Safira dan Xavier kini sedang berada di kamar megah milik Xavier, bukan apa-apa, hanya saja mereka habis melakukan sebuah permainan, ya permainan.
"Xavier! Aku masih bingung sama Ardana," Xavier menoleh.
"Kenapa dia pilih Hana ya? Padahal kan Ardana udah punya pacar." Xavier terkekeh lalu membawa Safira ke pelukannya.
"Namanya manusia, suka hilap," Safira mengangguk lalu membenamkan kepalanya di dada bidang Xavier.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDANA (END)
Teen FictionBagaimana jadinya kalau gadis polos bertemu dengan sang ketua geng yang cukup di takuti oleh banyak orang? Akankah pertemuan yang tidak di sengaja ini akan membawa malapetaka atau sebaliknya? Apakah Ardana kembali membuka hatinya untuk Alya sang gad...