Happy reading !
.
.
Beberapa langkah lagi, Alya dan Safira akan segera sampai di kelas Ardana. Alya menggandeng tangan Safira lalu berjalan dengan cepat, rasa rindunya sudah terlalu lama ia pendam dan ingin cepat-cepat ia hilangkan.
"Eitss!" Hana, perempuan itu menghalangi jalan Alya dan Safira. Awalnya Alya biasa-biasa saja, namun saat melihat Bunga dkk berada di belakang Hana, itu membuatnya mengernyit heran.
Bunga? Bukankah laki-laki itu juga menyukai Ardana? Lalu kenapa ia malah berteman dengan Hana yang jelas-jelas menyukai Ardana juga.
Flashback on.
"Heh lo! Kayaknya gue sering banget liat lo caper ke Ardana," Ucap Hana, Bunga mengangkat sebelah alisnya lalu berjalan menghampiri Hana.
"Kalo iya, kenapa? Gak suka? Lo siapa?" Tanya Bunga bertubi-tubi, Hana terkekeh lalu menepuk pundak Bunga.
"Hahaha, sans aja kali! Ngegas amat lo. Gue cuma mau ngajak kerja sama aja." Bunga mengernyit, kerja sama?
"Kerja sama?" Hana mengangguk lalu membisikan sesuatu pada Bunga, membuat perempuan itu tersenyum lalu menyetujui ajakan Hana.
"Deal!"
Flashback off.
"Lo pasti mau ketemu Ardana, kan?" Tanya Hana, Alya mengangguk polos.
"GAK BISA!!" Ucap Bunga dengan suara melengking.
"Ish goblok! Jangan kenceng-kenceng bego! Ntar Ardana denger!!" Wendy menjitak kepala Bunga, membuat perempuan itu meringis lalu terkekeh.
"Bego emang anaknya Bapak Nono," Bunga menatap Andina nyalang, bapaknya gatau apa-apa! Masih aja di sebut-sebut.
"Elah iye-iyee kan gue kelepasan! Lo juga Din, nama Bapak gue gausah di sebut-sebut!" Andini mengusap tengkuknya lalu terkekeh.
"Kalian ngapain sih?" Tanya Safira, astaga Hana lupa kalau ia sedang menghalau Alya dan Safira saat ini.
"Lo! Gak boleh nemuin Ardana!" Alya mengerjabkan matanya lalu menunjuk dirinya sendiri.
"A - alya? Kenapa?" Hana menyilangkan lengannya di depan dada lalu mengangkat dagunya.
"Karna Ardana itu milik gue! Sadar diri kenapa sih? Ardana gak mungkin suka sama cewek kecil kaya lo!!" Alya terpaku, cewek kecil?
"Kurcaci maksud kamu? Lah aku kan manusia," Hana memutar kedua bolamatanya malas, salah bicara sepertinya.
"Y - ya iya kaya lo! Kecil kaya kurcaci," Alya menatap dirinya lalu menatap Safira, tinggi Alya hanya sebatas bibir Safira saja.
"Alya mah gak kecil! Kamu aja yang pertumbuhannya kecepetan!" Hana mengusap wajahnya frustasi, apalagi ini?!!
"Palalo noh pertumbuhannya yang kecepetan!" Sindir Wendy.
"Enak aja, kepala Alya sama besarnya kok kaya kalian. Ukur aja nih kalo gak percaya!" Alya menunjuk kepalanya, dan itu membuat Hana dkk gemas dengan tingkah Alya.
Hana nampak mencari cara untuk menahan Alya agar tidak bertemu dengan Ardana, tetapi bagaimana? Kalau ia salah ucap lagi, bisa-bisa Alya menanyainya dengan pertanyaan yang tak kunjung selesai.
"Lo mau tau gak?" Tanya Hana, Alya mengangguk lalu berjalan mendekat.
"Gue sama Ardana semalam abis mantap-mantap," Bisik Hana, Alya menegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDANA (END)
Teen FictionBagaimana jadinya kalau gadis polos bertemu dengan sang ketua geng yang cukup di takuti oleh banyak orang? Akankah pertemuan yang tidak di sengaja ini akan membawa malapetaka atau sebaliknya? Apakah Ardana kembali membuka hatinya untuk Alya sang gad...