Happy reading !
.
.
Angkasa merenggangkan otot tubuhnya, ah
pegal sekali rasanya mengangkat bangku dan membersihkan perpustakaan yang besarnya minta ampun."Kala ku pandang kerlip bintang nun jauh di sana.." Reynald memutar bola matanya malas, lihat tingkah Angkasa sekarang! Ia sudah berdiri di atas meja sambil menggoyangkan pinggulnya, padahal ia mengeluh pegal tadikan?
"Sayup kudengar melodi cinta yang menggema.." Dan kini Angga pun ikut naik ke meja satunya, siapa sih yang gak tau lagu ini? Lagu yang lagi trend sekarang-sekarang ini, alunan musiknya yang membuat badan bergoyang berirama.
"Terasa kembali gelora jiwa mudaku....." Angkasa berjoget layaknya anak-anak muda yang berjoget di depan layar ponsel, untung saja perpus ini sepi, kalau ramai? Malu dia, eh memang Angkasa punya malu?
"Karena tersentuh alunan lagu semerdu kopi dangdut…" Angkasa dan Angga lompat dari atas meja dan...
GUBRAK!
Angga dan Angkasa membelalakan matanya, ia langsung berjingkrak-jingkrak karena merasa bokongnya sakit, Ardana dan Reynald bagian tertawa saja, sedangkan Xavier? Stay cool.
"Makanya gak usah pecicilan lo berdua! Lo juga, Ngga. Pantat lo udah gak perawan berapa kali itu?" Tanya Reynald, Angga mendengus, lupakan soal bokongnya yang sudah tak perawan!
Angkasa duduk di lantai, mengontrol napasnya lalu membenarkan kerahnya, ia melepaskan dasi yang melingkar indah di kepalanya lalu memasukannya ke dalam tas.
"Ayo balik!"
~~~
Alya mengerjabkan, kepalanya pening karena menghirup obat bius tadi, yang pertama Alya lihat adalah... dirinya yang diikat di kursi, Alya duduk menghadap kearah cermin.
"Loh kok ada Alya?" Alya memperhatikan dirinya, ia terikat di sebuah kursi kayu.
Alya mengernyit, di film yang sering ia tonton, jika orang di culik itu mulutnya ditutup kain, tetapi kenapa ia tidak? Hanya tangan dan kakinya saja yang terikat.
Cklek.
"Sudah sadar, manis?" Tanya sang pria, Alya menoleh lalu mengangguk polos, ia memperhatikan gerak-gerik laki-laki itu.
Alya terlonjak saat pria itu berjongkok di depannya, menatap Alya dengan lembut serta senyum yang tak pernah memudar.
"Alya diculik, ya?" Tanya Alya, pria itu terkekeh lalu mengangguk, ia berdiri mengambil kursi lalu meletakannya di depan Alya.
"Biasanya ya kalo di film-film, penculik itu tutup mulut korbannya loh! Kok kamu enggak sih? Atau gak punya kain? Alya punya kain, eh sapu tangan tuh di tas Alya, mau Alya ambilin?" Tanya Alya, please lah Alya...
Laki-laki itu terkekeh lalu mencubit hidung mungil Alya dengan gemas, ia sibuk memperhatikan wajah Alya dari mulai mata indahnya, hidungnya yang mungil, bibir pink tipis, pipi gembul dan kulit putih bersih.
"Jangan liat Alya kaya gitu dong! Nanti Kak Ardan lihat, kamu di pukul loh!"
"Aku Zaky." Alya menganggukan kepalanya, akhirnya ia berkenalan dengan orang yang menculiknya. Alya janji, ia akan menceritakan kejadian ini pada Ardana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDANA (END)
Teen FictionBagaimana jadinya kalau gadis polos bertemu dengan sang ketua geng yang cukup di takuti oleh banyak orang? Akankah pertemuan yang tidak di sengaja ini akan membawa malapetaka atau sebaliknya? Apakah Ardana kembali membuka hatinya untuk Alya sang gad...