2.Sial

24 5 0
                                    

Happy Reading :")

****
Luka yang sama. Sama-sama menyakitkan dan sama-sama susah dilupakan.

****

"Ya, lo darimana sih? Katanya tadi gak mau, tapi pas gue balik malah gak ada. Dateng- dateng malah ketawa cekakakan, ada apa sih?" tanya Dio sambil menarik tangan Aya ke arah bangku.

"Kasian banget laki-laki tadi, pasti sekarang orangnya lagi marah-marah. Ahahaha" tawa ngakak Aya menguar seisi kelas, tatapan bingung dan heran tertuju pada Aya.

"Wey, ceritain dulu napa. Ketawa mulu lo, nanti keselek baru tau rasa lo" ucap sengit Dio.

Aya menghentikan tawanya dan menceritakan kejadian yang barusan terjadi. "Lo jail banget dah Ya, kalau dia dendam terus ngebales lo gimana? "

" Ya Aya bales lagi dong. " balas Aya sambil memainkan pulpen dolphin yang menjadi favoritnya. Hingga panggilan Viera membuatnya terpaksa bangun.

"Ya, lo disuruh ke ruang guru sama Bu Dias." 

Aya merengut kesal, menatap Dio yang malah menertawakan nasibnya kali ini. "Diem Dio, seneng banget ngeliat Aya susah emang.Ah, Bu Dias juga ngapain sih pakek panggil Aya kesana aihh."

"Udah sana, ditungguin tuh sama Mami kesayangan." ledek Dio,lidahnya menjulur keluar membuat Aya ingin memotong lidah itu.

Haduhh, Bu Dias pasti mau ngomelin Aya lagi. Jangan-jangan Bu Dias punya dendam kesumat lagi sama Aya. Aya melangkahkan kakinya dengan malas,rasanya tubuh sudah menolak untuk menemui Bu Dias, guru yang paling dihindari Aya selama ini.

Koridor kali ini cukup ramai, istirahat memang tinggal beberapa menit tapi masih banyak yang berlalu-lalang untuk sekedar beli jajan ataupun ngapelin gebetan.

"YAAAAAAAAA, TUNGGUUUU"

Aya menoleh sesaat begitu yang memanggil sudah dekat dengan dirinya, "Lo daritadi dipanggilin juga. Kalau gini gue jadi sekalian olahraga kan."

"Loh, emang iya? Aya gak denger sama sekali tuh Kak Pia. "jawab polos Aya, Viani menggeleng-gelengkan kepala. "Nama gue tuh Viani panggil aja Kak Via jangan Kak Pia, berasa jadi bakpia gue."

"Hehehehe, lebih nyaman manggilnya Kak Pia. Kak Pia kenapa manggil Aya? " tanya Aya.

Viani menyerahkan box makanan yang berisi cupcakes yang sudah dipesan Aya beberapa minggu lalu. "Nih, pesenan lo. Tadinya mau gue kasih pas masuk sekolah tapi ada ulangan sejarah makanya gue kasihnya sekarang. "

Cupcakes buatan Viani memang terkenal dengan kelembutan dan kemanisan yang pas. Bahkan sudah menjadi legendaris karena bertahan dari tahun ke tahun, untuk pesan juga harus jauh-jauh hari dan menunggu beberapa minggu untuk mencicipi kelezatan cupcakes yang sesungguhnya.

"Wihhh, akhirnya bisa cobain cupcakes paling viral buatan Kak Pia. Makasih ya Kak, tapi kasihin di bangku Aya aja soalnya Aya mau ketemu Bu Dias dulu. ".Viani mengangkat jempol, lalu memberikan semangat ke Aya supaya gak gugup.

Tok...tok...tok

"Silahkan masuk."

Mendengar suaranya saja, Aya sudah dibuat merinding apalagi berhadapan face to face huhh Aya gak bisa membayangkan. "Permisi Bu"

"Duduk. Ada yang ingin Ibu bicarakan" suruh Bu Dias. Bu Dias adalah salah satu guru dari jajaran guru ter-killer yang sudah lama menjadi guru di SMA Yesa Dharma. Pakaiannya yang kuno dan gulungan rambut ke atas sudah menjadi ciri khas Bu Dias dari tahun ke tahun.

"Kamu sudah berapa lama masuk di sekolah ini? "tanya Bu Dias.

Aya meremas tangannya yang kini berkeringat dingin. Selalu seperti ini, setiap kali dia takut dan gugup pasti tubuhnya mengalami keringat dingin.

Diaporesis adalah keringat dingin yang terjadi bukan karena sakit tapi karena gugup, cemas, dan takut. Itulah yang terjadi pada Aya saat ini.

"1 tahun Bu". Bu Dias menaikkan kacamatanya yang melorot ke bawah, tatapan tajam melayang ke arah Aya yang kini takut setengah mati. "Itu kamu tau, kamu tau kan kalau SMA Yesa Dharma itu menjunjung tinggi prestasi non-akademik?".

Aya mengangguk pelan. "Nah, kalau gitu kenapa kamu malah belum masuk ekskul apapun? Kamu mau orangtuamu dipanggil? "tanya Bu Dias dengan gebrakan di meja.

"Enggakk Buu, jangan libatin orangtua Aya." Aya mencoba menahan air mata yang sudah mengumpul dipelupuk matanya. Seumur hidup dia tak pernah dibentak seperti ini.

"Permisi Bu"

Suara itu berhasil membuat Aya menghembuskan nafas, seenggaknya untuk beberapa menit dia bisa lepas dari cengkraman Bu Dias. Tangannya menghapus bulir air mata yang jatuh,hingga tak sengaja tatapannya menatap laki-laki yang dirasa tak asing itu.

"Itu kan.......".Laki-laki itu menoleh saat dirasa ada yang menatapnya intens. Aya langsung mengalihkan tatapannya, mati deh Aya mati, kenapa juga harus ada laki-laki tadi.

"Langit, apakah ekskul Komisi Disiplin masih ada kekurangan anggota? " tanya Bu Dias sambil menandatangani surat yang dibawa Langit. "Sebenarnya ada Bu, tapi untuk saat ini saya masih bingung untuk mencari anggota yang pantas."

Bu Dias mengangguk paham, "Yaudah biar Aya masuk ke ekskul Komisi Disiplin, bisa kan Langit? "

"Nggak Bisa Bu" Aya menjerit frustasi. Bu Dias mengalihkan tatapan ke arah Aya. "Terus maumu apa? Kamu kalau diatur manut aja gak usah ngelawan. Anak jaman sekarang pada gak bisa diatur semua, pada ngeyel. "

"Tapi Bu, Aya bisa cari ekskul yang Aya minati."

"Di tengah semester begini mana ada ekskul yang masih menerima anggota baru? Lagian lebih baik kamu masuk Komisi Disiplin supaya kamu bisa disiplin dan bertanggung jawab. Iya, kan Langit? "

"Iya bu" Langit tersenyum smirk ke arah Aya, membuat Aya jengkel setengah mati. Dia rasa ada yang tidak beres antara Bu Dias dan laki-laki yang nampak menyebalkan itu. Kalau dikatakan Ibu dan anak sudah cocok karena mereka sama. Sama-sama  menyebalkan dan menakutkan.

"Makasih Bu, buat anggota baru nanti bisa ke ruang Komdis buat pengambilan formulirnya. Saya permisi dulu Bu." Langit menatap sekilas kearah Aya dan dibalas pelototan yang malah terlihat lucu dimata Langit.

Bu Dias kembali duduk di tempatnya. "Yaudah kamu balik kekelas. Jangan lupa isi formulir dari Langit. "

Aya menjawab dengan nada malas, "Iya bu"

Aya menutup pintu ruangan Bu Dias, lalu pura-pura menonjok pintu itu. "Ihh Bu Dias semena-mena banget sih sama Aya. Yakali Aya masuk Komdis, bisa-bisa puyeng kepala Aya. Mana itu laki-laki kayaknya masih dendam lagi sama Aya. Pantesan aja namanya Langit, nyebelinnya setinggi langit."

***

Waduhh, ada apa nih? Aya kayaknya kesel banget deh, emang ya Langit bikin orang ngelus dada mulu ?

Langit itu emang ketus tapi dia aslinya baik kok. Kalau kalian ketemu langsung pasti klepek-klepek deh. Kalau suka jangan lupa vote nya ya:")

Oh, iya buat update cerita atau info kalian bisa langsung cek ke ig @ curhatan.yaya atau @ datuliaas. _s

agirllovedicecream

Dear Langit (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang