9. Babak belur

12 2 0
                                    

Happy Reading:")

Senyuman itu

Hanyalah menunda luka

Yang tak pernah kuduga

Dan bila akhirnya

Kau harus dengannya

Mengapa kau dekati aku?

(Tak Sanggup Melupa ~ Ziva Magnolya)

***

"NGGAK BOLEH."

Bibir Aya maju 5 cm, wajahnya masam setelah mendengar ucapan Abraham. Sedangkan Abraham sendiri berdiri dengan wajah garang yang malah membuatnya lucu bukan menakutkan.

"Ayolah Ayah, inikan cuma satu kali dalam hidup Aya. Orang nanti juga ada Langit, pembina Aya kok. Baik orangnya." ucap Aya dengan sedikit keraguan. tapi galak banget, lanjut Aya dalam hatinya.

"Nggak. Ayah gak mau kamu kenapa- kenapa. Terakhir kalinya kamu ikut pramuka, kamu pulang bersin- bersin. Sekarang kamu malah mau ikut LDK, Ayah gak yakin kamu kuat sama kegiatan disana." Abraham mendudukkan diri di sofa dengan tangan berada di pinggang. Aya menggeram kesal."Ihh Ayah kok gitu, kerasa ngeraguin Aya banget. Aya tuh kuat."

"Iya, kuat kalau minta makan. Udah gak usah ikut. Biar Ayah aja yang ngomong sama pembina kamu kalau kamu takut." Aya memilih masuk kamar dengan wajah cemberut.

Meongg.. Meongg..... Meong

"Caca, kamu tau nggak?" tanya Aya dengan membawa Caca dalam pangkuannya. Caca bukannya menjawab tapi malah asik bermain dengan bulu yang ada di baju Aya.

Aya memilih melanjutkan bicaranya, menganggap Caca  meng- iyakan pertanyaanya. "Aya masak gak dibolehin ikut LDK. Padahal ya Aya itu kepengennn bangettt ikutan. Pokoknya Aya bakalan mogok makan sampai Ayah mau ngizinin Aya ikut. Caca, setuju kan?" tanya Aya.

Caca menatap Aya sekilas, lalu menjilat tangannya dengan kepala seperti mengangguk. Aya menaruh kembali Caca dikarpet bulu miliknya lalu menatap gemerlap lampu kota dari jendela kaca kamarnya."Bandung itu indah. Penuh kenangan yang sangat Aya rindukan. Termasuk kenangan tentang Ibu. Aya bahkan hanya bisa melihat wajah Ibu dari foto dan gak pernah merasakan pelukan seorang Ibu. Huft, harusnya Aya gak boleh mengeluh gini. Aya harus kuat, supaya gak diejekin Ayah lagi."

Tok..tok..tok..
"Aya, makan keluar yuk." ucap Abraham dari balik pintu. Aya langsung mematikan lampunya seolah- olah sudah tidur. "Aya, kamu udah tidur apa belum?"

"UDAHHHHHH."

Abraham tertawa mengejek dibalik pintu."Udah tidur kok bisa jawab, Aya keluar ya? Ayah mau ke restoran padang nih. Gak mau ikut?" Aya membulatkan matanya, RESTORAN PADANG. Makanan Padang adalah makanan kesukaan Aya dan dia tak pernah bisa menolak godaan asupan makanan terlezat itu.

Aya langsung gercep mengganti bajunya, meraih tas kecil juga jaket tebal.

Cklek.

"Ayo Yah." Abraham menggeleng- gelengkan kepala dengan sudut bibir yang membentuk lengkungan. Lalu mengusap kepala Aya, dia tau putri semata wayangnya itu tidak akan menolak jika sudah berhubungan dengan makanan kesukaannya.

Dear Langit (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang