17. Pasar Malam

9 1 0
                                    

Happy Reading:')

***

Setelah acara api unggun semalam, tak ada pembicaraan lagi antara Langit dan Aya. Selain pembicaraan tentang gantungan itu. Keduanya terdiam membisu tanpa suara. Selama perjalanan pulang pun hanya ada gombalan receh Arkan yang memenuhi bus.

Keduanya terpisah dan memilih pulang sendiri-sendiri. Aya yang dijemput Abraham hanya menatap sendu motor Langit yang keluar dari halaman sekolah. Kenapa Aya sedih? Kan Aya sudah terbiasa dicuekin sama Langit, batin Aya.

Aya memilih rebahan sepanjang hari, merefresh pikiran dan hatinya yang sekarang tergonjang-ganjing. Selain ceramahan dari Ayahnya, sikap Langit pun membuat Aya pusing setengah mati. Maka dari itu, dia memilih seharian di kamar dengan melakukan satu aktivitas yaitu tidur.

"Ayaa, Caca bawa ke kamar. Disini ngeribetin Ayah mulu." titah Abraham sambil mengusir Caca yang sibuk bermain bola di ruang tamu.

"AYAAAAA, DENGER NGGAKK?!?!"

Aya menutup matanya. "Ayah emang nggak peka. Gak tau apa kalau anaknya lagi galau gini? Langit juga kok gak ngirim pesan ke Aya. Biasanya juga chat."

Diraihnya gantungan bintang, menimang-nimang apakah dia harus mengembalikan atau enggak. Hingga muncul getaran hp membuat Aya langsung beranjak.

( 1 pesan baru)

LangitD
Heh!

Ayasha
Kenapa?
Langit kangen sama Aya?

LangitD
Gak usah ke-gr-an.
Shela ngajak lo ke pasar malam.

Ayasha
Yeyyy, jalan-jalan.
Aya mau ganti baju dulu kalau gitu.

LangitD
Hm.


Aya melompat-lompat kegirangan, akhirnya dia bisa keluar ke pasar malam. Aya langsung mencari baju yang dia inginkan.

Setelah waktu berjalan 15 menit, Aya keluar dengan baju yang bisa dibilang simple. Sweater coklat tua dengan mommy jeans juga tas putih tulang.

"Ayah, Aya pamit keluar dulu ya." pamit Aya sambil memakai sneakers. Abraham yang duduk santai sambil membaca koran, menatap Aya dari atas sampai bawah.

"Mau kemana? Jalan masih pincang gitu mau keluar. Masuk kamar sana. Ayah gak ngasih ijin kamu keluar.

Aya melotot, "Ayah.............. " rengek Aya. Abraham menggeleng tegas. Tangannya menunjuk ke arah kamar Aya. Seolah berkata "Masuk."

"Ayahh, Aya janji gak bakal lama. Lagian Aya keluar sama Shela, ada Langit juga." bujuk Aya.

"Ayah gak mempermasalahkan kamu keluar sama siapa. Terserah mau sama siapapun. Tapi kamu baru aja pulang dari kemah kemaren, terus sekarang kamu mau jalan-jalan. Kamu gak capek emangnya? Ayah cuma takut kamu kecapekan." seloroh Abraham sambil menutup koran.

Aya memeluk Abraham dari samping. "Ayah tenang aja, Aya itu kuat. Gak mungkin kecapekan."

"Yaudah.... tapi jam 9, kamu harus pulang."

Aya mendesis tidak setuju, "Kok jam 9 sih——"

"Jam 9 atau gak keluar sama sekali?" pangkas Abraham sambil menatap tajam Aya. Aya langsung menyalimi Abraham.

Dear Langit (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang