24. Patah Semangat

12 1 0
                                    

Happy Reading:')

"Sakit? Enggak. Sedih? Enggak. Cuma kecewa aja."

—————————————

"Ngit, dimakan dulu mie nya. Lo dari kemarin gak makan, badan lo lemes, wajah lo juga pucat. Udah kayak orang mau mati tau." ucap Arkan dengan menyelipkan beberapa lelucon namun tak membuahkan hasil malah dia mendapat pukulan dari Gio. Langit menggelengkan kepala, dia sama sekali tidak bernafsu apapun kecuali melamun.

"Lo kalau ngasih lelucon, mikir dikit sikonnya. Gak liat Langit lagi sedih kayak gitu." sembur Gio dengan wajah sebal. Langit menghela napas dan beranjak dari kursi rumah sakit.

"Tuhkan, Langit sampai pergi. Lo sih bikin dia malah gak mood. Geblek sih jadi orang!" Arkan mendelik sebal. Selalu saja dia yang disalahkan, ditatapnya Gio yang beranjak mengikuti Langit. "Salahin gue aja terus."

"ALTAA................. "

Langit  berhenti tanpa menoleh, panggilan yang sudah terkubur beberapa tahun. Gio berjalan menuju Langit. "Lo mau kemana? Makanan lo masih belum kesentuh sama sekali. Mubazir."

"Gue mau sendiri."

Langit melanjutkan langkahnya, meninggalkan Gio dengan perasaan kesal yang menggebu-gebu. "BUKAN LO DOANG YANG SEDIH ALTA. GUE SAMA OM ABRAHAM JUGA NGERASAIN SEDIH YANG LEBIH PARAH, GUE UDAH BERSAMA DENGAN AYA SEJAK BELASAN TAHUN. HARUSNYA LO SADAR AYA ITU BUTUH DUKUNGAN LO BUKAN MALAH SEDIH GAK GUNA GINI BEGO!!"

Gio mengucapkan dengan nafas yang tersenggal-senggal. Semua juga tau kalau Gio lebih tinggal dengan Aya bertahun-tahun. Langit bersimpuh, lututnya menyentuh lantai. "Ini semua salah gue. Salah gue...."

"Bukan salah lo. Takdir udah menggariskan kehidupan masing-masing orang Ta. Lo harus bisa yakinin kalau ini semua bukan salah lo. Lo harus bisa." bisik Gio dengan merangkul Langit yang menangis terisak.

Setelah kejadian tadi, Langit akhirnya mau memakan makanan, yang menjadi tanda tanya besar bagi Arkan. Bujukan apa yang telah dilakukan Gio sampai Langit mau kembali ke kantin rumah sakit. Apakah sebuah jampi-jampi?

"Heh! Lo pasti habis jampi-jampi Langit sampai dia mau nurut sama lo?" Gio yang selesai dari kamar mandi menyentil dahi Arkan dengan keras membuat rintihan sakit keluar dari mulut Arkan. "Gak usah ngaco lo. Gini nih kalau kebanyakan percaya hoax, otaknya gak main ."

"Lo tuh kalau ngomong bisa gak sih gak usah ngatain. Gue gedeg tau nggak?"

"Kagak." 

Gio menyeruput kopi dengan menatap sinis Arkan, entah racun apa yang sudah diberikan ke Langit alias Alta selama ini. Panggilan seorang gadis dari belakang membuat ketiganya menoleh bersamaan "Giooooo."

Gadis dengan pakaian ala korea menghampiri Gio, memeluk sekilas. Arkan menganga, apakah bidadari itu jatuh dari langit? "Wah mojang geulis milari Arkan hah?" Gio menjauhkan Sena dari Arkan. "Awas aja lo godain Sena, habis lo."

"Oh Sena namanya. Geulis pisan atuh. Ett santuy bro, gue masih punya ciwi-ciwi yang lebih cantik. Btw, tampang muka lo buluk tapi kok bisa dapetin gadis geulis? Pasti  pakek jampi-jampi lo?"

Sena tertawa kecil membuka lesung pipi yang ada di kanan pipinya. Arkan semakin tercengang lalu memotret tanpa persetujuan Gio. "Jampi-jampi mulu pikiran lo. Hapus itu foto atau gue bejek-bejek itu hp lo?" geram Gio. Arkan segera menyembunyikan hpnya dari tangan Gio.

Dear Langit (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang