11. Curiga

8 0 0
                                    

Happy Reading :'

Kurasa cinta di seberang sana.

Walau tak terlihat di mata.

Cukup rasa yang kurasa.

Biar hati yang bicara.

Sesungguhnya cinta mendengar.

Walau tak terucap di kata.

Cukup rasa yang bicara antara kita.

Indahnya jatuh cinta.

(Di Seberang Sana~ Agatha Chelsea)

***

"Makasih Om, sudah memberi tinggal untuk saya dan adik saya. Tapi saya harus segera pergi. Sekali makasih untuk semuanya." ucap Langit dengan menjabat tangan Abraham. Langit berniat untuk tinggal sementara di rumah Omanya yang ada di Bandung Wetan.

"Iya nak. Saya malah senang karena rumah ini menjadi hidup dengan adanya Shela, adik kamu. Tapi kamu mau tinggal dimana?" tanya Abraham dengan menaruh secangkir teh, lalu mendudukkan diri di sebelah Langit.

"Saya berniat untuk ke rumah Oma yang ada di Bandung Wetan." jawab singkat Langit.

Keduanya menoleh saat Aya turun bersama Shela yang wajahnya murung. Menyembunyikan wajahnya di bahu Aya. "Mending Langit besok aja deh pulangnya, Shela pasti masih ngantuk. Nanti kalau Shela ketiduran di motor, gimana?"

Langit melengos, meraih tubuh Shela lalu memeluknya. Namun Shela memberingsut dengan wajah sendu. "Kakak, Shela masih pengen sama Kak Aya. Shela pengen mainan sama Caca. Shela pulang besok aja yaaa?". Aya mengangguk setuju, Langit mendelik sebal.

"Kita kan mau ke rumah Oma. Shela harus ikut Kakak. Kamu gak kangen sama Oma?" tanya Langit.

Shela memainkan tangannya, memajukan bibirnya. "Kangenn.... tapi Shela masih pengen di sini."

Langit mengeluh, wajahnya keliatan lelah sekali membuat Aya yang masih punya hati itu berusaha membujuk Shela. " Shela pulang yaa. Kamu boleh minta satu permintaan deh nanti Kak Aya kabulin. Gimana?"

"SETUJUUUUUUUUUUU."

Shela berseru girang, bertepuk tangan. "Shela besok mau ke pasar malam sama Kak Ayaaa. Titikkk."

Langit melotot tak setuju. "Shelaa, kakak gak setuju kalau kamu ke pasar malam. Kamu gak boleh kecapekan, inget larangan dokter."

"Ihhh, Langit jangan jahat- jahat dong. Kasihan tuh Shela, jadi sedih lagi kan. Orang sebentar juga." omel Aya.

"Kakak plisss, Shela janji kok gak lama. Plissssssss yaaaaaa." mohon Shela dengan puppy eyes, Langit menghela nafas. "Janji?"

"Janjiii."

"Yaudah, sekarang kita harus pulang. Saya pamit dulu Om."

Abraham mengangguk- angguk. "Oh iya, silahkan. Hati- hati di jalan, jangan ngebut- ngebut."

Langit menatap tatapan tulus Abraham, dia merasakan percikan rasa hangat akan perhatian itu. Baru kali ini dia merasakan kasih sayang orangtua setelah bertahun- tahun. Mengangguk pelan, digendongnya Shela yang melambaikan tangan.

Dear Langit (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang