20. Rahasia

11 2 0
                                    

Happy Reading

***

Hari ini tepat hari Minggu. Langit memilih jogging di sekitar area taman. Sekedar untuk menghilangkan beban batin dan hati yang merajalela. Sesampainya di rumah, tercium aroma nasi goreng khas Nenek Santi. Jujur saja, Langit merasa nafsu makannya meningkat sejak dia pindah ke sini.

"Assalamualaikum Nek." salam Langit sambil mengambil air dingin dari kulkas.

"Waalaikumsalam. Kamu pasti lelah banget. Duduk dan makan dulu." ajak Nenek Santi yang ditolak halus oleh Langit. "Langit mau mandi dulu."

"Anak itu masih saja gak ada perubahan. Sama persis seperti Papanya. Dingin dan kerasa kepala." papar Nenek Santi.

Shela yang baru saja turun langsung duduk memakan sarapan. Wajah polosnya membuat Nenek Santi tertawa lirih. "Nenek, nasi gorengnya enak bangettt. Shela sukaaakkk." puji Shela.

"Wahh, habisin. Nambah juga gakpapa. Makan yang banyak biar kamu cepet gede." saran Nenek Santi.

Suara kaki turun dari tangga membuat pandangan keduanya beralih pada Langit yang membawa tas.

"Kamu mau kemana? Kok bawa tas?" tanya Nenek Santi sambil mengambilkan nasi goreng untuk Langit.

"Langit mau ke sekolah. Ada urusan." jawab singkat Langit dengan menerima piring yang berisi nasi goreng. Nenek Santi mengangguk paham.

"Nenek. Shela pengen deh makan es krim. Tapii..... pasti gak dibolehin sama Kak Langit." ucap Shela memecah keheningan. Tatapannya melirik Langit yang tengah menatapnya tajam.

"Nggak. Boleh." kata Langit dengan penuh tekanan pada setiap kata.

"Tuhkann..... Nenekkk." cibir Shela dengan memanyunkan bibirnya. Nenek Santi tersenyum menenangkan. "Biarkan, adikmu ini belum pernah makan es krim. Tapi setelah itu harus minum air putih banyak. Janji?"

"Iyaa. Shela janji." jawab Shela dengan wajah serius menatap Langit. Helaaan nafas panjang keluar dari indera penciuman Langit. "Yaudah. Satu kali aja."

"YEYYYY SAYANG KAK LANGITTT DEHH." lontar Shela dengan melonjak kegirangan di kursinya.

Ketiganya makan dengan tertram tanpa beban sama sekali. Menurut Langit ini lebih dari cukup, cukup mengobati kerinduannya pada sebuah 'keluarga'.

***

"Langit sini dulu. Nenek mau ngomong sama kamu." titah Nenek Santi dengan menepuk kursi sebelahnya. Langit yang ingin pergi, mengurungkan niatnya

"Temen kamu yang kemarin malam. Kayaknya Nenek kenal deh. Tolong ambilkan album yang ada di lemari buku itu." ucap Nenek Santi.

Langit beranjak dan mengambil sebuah album yang sudah usang. Menyerahkannya ke Nenek Santi. "Seinget Nenek, temenmu ini itu seperti temen kamu yang ada Jakarta."

"Jakarta? Langit pernah tinggal di Jakarta?" tanya balik Langit sambil memerhatikan sebuah foto yang memperlihatkan seorang anak perempuan yang tersenyum lebar sambil memainkan boneka pinguin.

"Ya pernah. Bahkan kamu tinggal disana sekitar 4 tahun. Yang ada difoto itu namanya Aya dan itu temen kamu satu lagi namanya Gio. Kalian dulu itu erat banget sampai beberapa tahun kemudian kamu harus pindah ke Paris." jelas Nenek Santi.

Dear Langit (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang