16. Gantungan Bintang

9 2 0
                                    

Happy Reading:'

***

Semua mata tertuju padamu.

Ke mana pun kau melangkah.

Kaulah bintangnya.

Yang teristimewa.

Dari wajahmu.

Cerminan sempurna.

Keindahan kalbumu.

( Teristimewa~ Raisa)

***

Setelah kejadian hilang kemarin, tak menutupi perasaan canggung pada diri Aya setiap berdekatan dengan Langit. Dia seharusnya bersikap lebih dewasa bukan kekanak-kanakan seperti itu.

"Woi! AYAAAA!" panggilan Ira membuat Aya tersentak.

"Eh, kenapa?" Ira menggeleng-gelengkan kepala, "Lo tuh yaa, anterin gue ambil air dong. Gue takut ketemu macan and the gengs."

"Yaudah. Hayuk, Aya juga pengen jalan-jalan."

Sungainya memang tidak jauh dari perkemahan. Sungai yang masih bersih dengan air terjun menakjubkan. Aya yang tidak pernah melihat air terjun langsung melompat kegirangan. Ira menaruh tangannya diatas pinggang, memperingati Aya agar berhati-hati.

"Aya, hati-hati. Lo jatoh gue gak tanggungjawab."

"Iya. Aya ini hati-hati kok." balas Aya sambil menjejakkan kaki ke dalam air, "Astaga, airnya jernih bangetttt. Aya pengen deh tinggal disini, pasti seru bisa main air terjun setiap hari."

"Aya kalau ngehalu gak nanggung-nanggung. Emang ada rumah yang belakangnya air terjun, kalau ada juga pasti orangnya kaya bangettt." gumam Ira sambil mengambil air.

"AYAAA, AYO BALIK. GUE UDAH SELESAI NIH."

Aya mengerucutkan bibirnya, dia masih ingin mainan air tapi dia juga gak mau ditinggal Ira. Dengan kaki menghentak-hentak, Aya menyebrangi batu-batuan di air. Tanpa sengaja, batu yang pijaki itu basah dan membuat kaki Aya terpeleset.

"ADUHHHH....."

Ira menoleh melihat Aya yang berteriak, dia langsung bergerak mendekati Aya dengan raut wajah cemas.

"Aya, lo gapapa? Lo sih pakek lewat batu, udah tau batunya licin. Ayo gue bantu berdiri." Aya meringis, luka yang kemarin sempat mengering kini terbuka lagi dan tambah lebih sakit. Ira memapah Aya dengan pelan-pelan.
Susi yang merangkap menjadi anak UKS, langsung mendekati keduanya begitu sampai di tenda.

"Eh, Aya kenapa Ra?" tanya Susi sambil mengambil timba air yang dibawa Ira.

"Kepeleset. Lo obatin deh, kasihan pasti sakit banget." jelas Ira, dia membawa Aya menuju tenda kesehatan. Langit yang ada di dalam tenda itu langsung bergerak mendekat, "Ra, Aya kenapa?"

"Kepeleset pas di sungai. Eh, lo ngapain disini? Enak banget tidur-tiduran, yang lain pada sibuk noh. Bantuin kek." omel Ira sambil menatap Langit sengit.

Dear Langit (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang