15. Pencarian

10 2 0
                                    

Happy Reading:')

***

People always.

Trying to escape it.

Move on to stop their heart breaking.

But there's nothing I'm running from.

You make me strong.

( Strong~ One Direction)

***

"Oke. Pencarian ini dibagi beberapa kelompok. Biar saya, Arkan sama Aya cari dibagian selatan. Yang lainnya berpencar. Kalau ada apa-apa langsung hubungin kita pakai HT."

Mas Farhan membagi kelompok untuk pencarian Langit. Berbekal dengan senter dan HT. Aya yang memakai jaket tebal tampak gelisah. Seperti keadaan Langit disana? Apakah dia baik-baik saja?

"Aya, ayo. Kamu kuatkan?" tanya Mas Farhan yang menatap kakinya. Aya mengangguk pasti.

Pencarian dimulai. Mereka mulai berpencar. Aya menaikkan retsleting jaketnya, menguatkan pegangan pada senter. Ternyata begini keadaan hutan pada malam hari. Gelap, sepi dan menakutkan.

"LANGITTTTTTTTTTTTT."

"LANGITT, LO DIMANAAAA???"

Sedangkan mereka mencari Langit. Para perempuan yang ada di tenda berdoa supaya Langit bisa cepat ditemukan. Ira yang kebagian menjadi pemimpin sementara tampak cemas.

"Semoga mereka baik-baik saja."

Aya berjalan dengan tertatih-tatih. Rasa nyeri pada kakinya memang masih ada tapi dia tetap harus mencari Langit. Karena ini semua kesalahannya. Kalau tadi dia tidak mempermasalahkan sinyal pasti tidak akan begini akhirnya.

"Ya, lo gapapa?" tanya Arkan yang menepuk bahunya.

"Gapapa kok."

Mas Farhan mencoba meneriaki Langit, namun tak balasan sama sekali. Hanya keheningan malam dan suara burung yang menunjukkan tidak ada keberadaan Langit. Hingga mereka melewati jurang.

Aya menggeleng-gelengkan kepala. Kenapa dia berpikir bahwa Langit ada di jurang? Atau ini pengaruh hantu yang ada di hutan? Aya merapal doa, berusaha menjauhkan pikiran negatif tentang Langit.

Sedangkan di sebuah bukit, Langit tampak duduk di batu besar sambil menatap gemerlapnya bintang. Hanya dengan menatap bintang, dia merasa lebih baik. Kalimat yang diucapkan Aya masih membayanginya.

"Orang lain masih punya perasaan, hati yang tulus. Orang asing juga masih ngerti batasan buat ikut campur masalah orang lain. Seenggaknya orang lain lebih baik daripada Langit."

"Arghhhhh!!!!!" Langit mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Wajahnya menyendu. Kenapa sih kata-kata tuh cewek gak bisa ilang? Kenapa gue harus mikirin keadaannya sekarang? Kenapaaa?!?!!

Langit melempar batu kecil ke arah jurang. Melampiaskan perasaan aneh yang berada di hatinya sekarang. Seharusnya dia bisa menjadi seperti Langit yang dulu. Langit yang dingin. Langit yang kejam dan Langit yang ketus. Tapi kenapa saat bersama Aya dia merasa sulit untuk berkata kasar?

Dear Langit (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang