24

3.4K 378 30
                                    

"Tumben belum tidur?" tanya Lukas heran saat mendapati Yura masih terbangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tumben belum tidur?" tanya Lukas heran saat mendapati Yura masih terbangun. Lelaki itu menarik selimutnya, merangkak ke atas tempat tidur dan duduk di samping Yura yang sedang gelisah. Lukas Dirgantra melingkarkan tangan kirinya ke belakang punggung Yura. Ia tahu gadis itu sedang bergulat pada pikirannya yang kacau.

"Kenapa? Proposal skripsi lo ditolak?" kata Lukas menebak-nebak. Dari gelagat Yura, Lukas tahu gadis itu sedang gelisah.

Yura menghela napas, sedari tadi ia sibuk mengigiti kuku jarinya. "Luk besok dan besoknya lagi lo harus tepat waktu jemput gue, terus lo harus nemenin gue kemana pun," cerocos Yura menimbulkan tanda tanya bagi Lukas.

Alis Lukas terangkat, "okay," kata Lukas singkat lalu tersenyum simpul. "Janji ya Luk?" ucap Yura menodongkan jari kelingkingnya. "Iya," kata Lukas singkat lalu meringsut ke posisi telentang, lelaki itu bersiap untuk tidur. "Lo nggak tidur?" tanya Lukas sudah memejamkan matanya.

Lagi-lagi Yura menghela napas, "lo udah kunci pintu? Kunci semua jendela?" tanya Yura sudah berpindah ke dekat pintu kamar. "Udah," jawab Lukas dengan mata tertutup. "Yakin?"

"Ya."

"Lukas temenin gue dong," pinta Yura.

"hmm."

"Lu.. Lukas," Yura menarik-narik lengan Lukas agar lelaki itu mau menemaninya. Jujur saja setelah diberitahu bahwa seseorang yang sangat Yura takuti sudah kembali ke Indonesia, Yura jadi semakin parno. "Hmm.. Lo kenapa si?" balas Lukas terpaksa bangun dan menuruti Yura Pradipta.

Usut punya usut Yura meminta Lukas untuk menemaninya ke kamar mandi sekalian mengecek pintu apartemen dan jendela-jendela. Bahkan Yura juga mengunci pintu kamar rapat-rapat, tak biasanya cewek itu begitu. "Nah gini gue baru bisa tenang," ucap Yura baru bersiap tidur. Sementar Lukas memandang aneh tingkah laku Yura yang tak biasa.

Namun Lukas Dirgantra memilih untuk mengabaikannga. Mungkin cewek disampingnya ini sedang kesambet sesuatu. Seperti biasa Lukas memeluk Yura Pradipta seperti boneka dalam tidurnya. Dalam beberapa menit Lukas langsung tertidur pulas.

Sementara Yura malah terjaga hingga tengah malam. Beberapa kali Yura mencoba tidur namun tetap saja pikiran parnonya terus menghantui. Gimana kalo dia berani macem-macem lagi? Batin Yura gelisah.

Saat berusaha menutup matanya, tiba-tiba ponsel Yura berdering. Satu pesan muncul di notifikasi ponselnya. Awlanya Yura tak menggubris namun lama kelamaan pesan terus muncul. Mau nggak mau Yura harus melihat pesan spam itu. Saat dilihat banyak pesan ancaman dari nomor tak dikenal membanjiri.

Tak hanya itu, mata Yura langsung melotot saat pesan itu menujukkan sebuah gambar. Gambar sebuah pintu dengan nomor 104, gambar itu... Adalah gambar pintu apartemennya bersama Lukas.

Beberapa detik kemudian suara gedoran pintu terdengar samar. Sekali dua kali hingga gedoran ketiga terdengar nyaring dan keras. "Luk! Lukas! Bangun!" pekik Yura berusaha membangunkan Lukas. Namun sayangnya Lukas malah mengabaikannya dan mengubah posisinya membelakangi Yura.

"Lukas! Kayaknya ada yang mau bobol apartemen deh! Luk!" kata Yura menggoyang-goyangkan tubuh Lukas.

"Hmm... Paling cuman tikus," balas Lukas setengah tersadar.

"Lukas! Bukan! Itu-"

"Cuman tikus," potong Lukas Dirgantra.

Yura berusaha menenangkan dirinya sendiri. Suara gedoran itu sudah berhenti. Saking takutnya Yura sampai berkeringat dingin, duh nyebelin banget. Yura merebahkan tubuhnya dan memepetkan diri ke pungung Lukas sampai Lukas terpojok hingga hampir jatuh dari tempat tidur. "Yur, geser," pinta Lukas.

Yura menggeleng, "gue lagi takut," kata Yura tetap memepet Lukas. Kalo sudah begini cuman satu cara Lukas agar dirinya tidak terjengkal dari tempat tidurnya sendiri. Lukas membalikkan posisinya menghadap Yura lalu memeluk tubuh cewek itu. Rasa takut Yura mulai mereda saat Lukas nemeluknya namun ia masih parno dengan pesan singkat dari nomor tak dikenal tadi.

Saat sedang asik sarapan, Lukas Dirgantra mendapati mata panda Yura Pradipta terlihat bulat seperti panda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat sedang asik sarapan, Lukas Dirgantra mendapati mata panda Yura Pradipta terlihat bulat seperti panda. "Mata lo-" kata Lukas terlihat menahan tawa.

"Jangan ketawa lo, kemaren gue lagi ketakutan banget lo malah enak-enak tidur, sebel!" protes Yura mengerucutkan mulutnya dan melipat tangannya di dada.

Lukas tertawa kecil kemudian mengacak-acak rambut Yura. "Lo si parnoan," kata Lukas enteng.

Mata Yura langsung menatap Lukas tajam. "Gue nggak parnoan ya, tapi emang bener ada yang..." Yura menggantung kalimatnya. Ia berusaha mencari kata yang pas.

"Yang apa?" timpal Lukas Dirgantra.

"Ck! Sebenernya gue dapet sms berantai tadi malem," ucap Yura merogoh sakunya lalu menunjukkan beberapa pesan yang ia dapat dari nomor tak dikenal.

Dengan seksama Lukas melihat pesan-pesan itu. Dahi Lukas berkerut, pesan-pesan itu membuatnya mengerti sumber keparnoan Yura."Lo nggak usah kuliah hari ini, udah di apartemen aja," kata Lukas tegas sambil menatap Yura tajam.

"Tapi-tapi gue mau ke-"

"Di apartemen aja, denger apa kata gue," todong Lukas.

Yura dengan patuh menuruti apa kata Lukas, toh juga dirinya juga terlalu parno buat keluar. Hari ini Lukas Dirgantra juga memutuskan untuk nggak kemana-mana paling cuman pergi ke Indomaret di lantai bawah apartemen.

Saat Lukas sedang membeli beberapa cemilan, rokok dan kopi, Lukas merasa ada yang mengawasinya selama ia berada di Indomaret. Beberapa kali Lukas mendapati lelaki berpakaian serba hitam dan memakai topi hingga menutupi setengah wajahnya itu mengawasi gerak-geriknya. Mungkin orang itulah yang sedang ingin mengancam Yura Pradipta.

Sementar itu di dalam apartemen, Yura yang lagi asik bermain dengan chesee di sofa dikejutkan dengan telpon masuk dari nomor tak dikenal. Yura berusaha mengabaikan dan memblokir telpon itu namun usahanya sia-sia. Nomor tak dikenal itu tetap bisa menghubungi Yura. Dengan takut, Yura mengangkat telpon itu. "Ha-hallo," kata Yura.

Hening, tidak ada suara selama beberapa detik sampai...

"Yura Pradipta, kamu masih mengingatku kan?"

Jantung Yura serasa berhenti berdetak. Yura ingat benar suara itu. Suara berat dari seorang lelaki yang sempat membuatnya harus mengalami kejadian buruk saat masa SMA. Lelaki yang sangat terobsesi padanya sampai melakukan segala cara untuk mendapatkannya. "Apa sih mau mu, Ndrew?!" bentak Yura.
[]

:::
Oke setelah ini Lukas jadi posesif.

LUKAS DIRGANTRA : COLD ROOMMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang