Yoona POV
Setelah bel pulang berbunyi. Aku langsung membereskan beberapa buku yang berantakan di atas meja. Setelah beres, aku langsung berlari keluar kelas. Aku sudah berencana untuk tidak di antarkan pulang oleh Suga. Jadi , aku bergegas keluar sekolah agar tidak bertemu dengannya.
Baru saja aku merasa lega karena di sekolah tidak ada siapa-siapa. Tapi, sosok yang ku hindari itu sekarang sudah berada di depan ku dengan tangannya yang dilipat.
"Capek lari?" Tanyanya.
Aku mendengus kesal. "Jangan ganggu aku Suga. Aku mau pulang."
"Kan aku sudah bilang. Aku mau menunjukkan sesuatu padamu. Kau harus ikut." Ujarnya yang membuat ku cepat-cepat menjauhkan tangan ku darinya yang akan meraih.
"Aku tidak mau!" Aku berlalu mendahului Suga.
Aku melangkahkan kakiku dengan ukuran yang besar. Aku sungguh tidak mau ikut dengannya. Aku sedang tersulut emosi, aku tidak memperdulikan sekitar ku. Hingga karenanya lah, aku tidak sadar bahwa bola basket akan mengenai kepala ku.
Aku menutup mata ku rapat-rapat. Hanya itu yang bisa ku lakukan, tak kusangka ada seseorang yang menarik ku kepelukannya dan memukul bola itu hingga berlawanan arah.
Setelah aku sadar bahwa tubuh ku menghangat. Aku langsung memundurkan tubuh ku. Dan menatap sosok di depan ku. Ternyata itu adalah orang yang sama saat beberapa menit yang lalu.
Ku lihat tangannya yang memukul bola tadi di kibas-kibaskan. Tangannya pun berubah menjadi warna merah. Dirinya menahan rasa sakit itu, terbukti dari senyumannya.
Aku meraih tangannya dan mengelus pelan." Kau tak apa? Maafkan aku."
Suga menarik tangannya dari ku "Tak apa. Kau sendiri tidak apa-apa? Ada yang sakit? Katakan."
Ucapan Suga dengan nada khawatirnya membuat darah ku berdesir dan rasa gugup pada tubuhku, apakah benar Suga menyatakan itu semua demi ku? Apakah aku membuatnya sakit saat aku memilih untuk memiliki jarak dengannya?
"Aku tidak apa-apa. Terimakasih, aku tidak tahu harus membalas terimakasih mu bagaimana."
Suga menunjukkan smirknya. "Simpel aja. Ikut dengan ku, aku akan menunjukkan sesuatu padamu."
Aku jengah dengan ucapannya. Dia memang tidak pernah menyerah. Akhirnya dengan terpaksa aku mengangguk dan menurutinya untuk ke atas motor.
Setelah lama berkendara akhirnya aku sampai di sebuah tempat. Tempat ini jarang aku datangi. karena disini tempat dimana orang-orang akan menangis tersedu-sedu.
Suga membawa ku ke tempat yang dia inginkan. Setalah sampai, mata ku menangkap sebuah gundukan tanah dengan batu nisan yang bertuliskan Hyeri, nama kekasih Suga.
Aku tidak tahu kenapa Suga membawa ku kesini. Aku ikut melorotkan tubuh ku agar dekat dengan Suga yang sudah berada di samping makam Hyeri. Aku menatap Suga yang terus mengelus batu nisan itu, matanya juga tampak menahan cairan bening. Melihatnya seperti itu, ingin sekali aku memberinya kekuatan.
Jujur saja, hati agak sakit melihat ini. Karena secara tidak langsung, Suga masih belum bisa merelakan kepergian Hyeri, dalam arti lain Suga masih menyayangi Hyeri.
Aku berusaha kuat, karena sosok disamping ku menahan rasa sakitnya lebih dalam dari ku. Ditinggalkan pergi oleh kekasihnya, untuk selama-lamanya.
"Hyeri...Ku rasa kau benar, di dunia ini masih ada orang yang mencintai dan menyayangi ku."
Ujar Suga setelah keheningan menerpa. Ku lihat senyuman getir dari bibir Suga. Suga meraih pundak ku dan menarik tubuh ku agar dekat dengannya, seketika aku terkejut atas perlakuannya.
