01

375 37 9
                                    

Yoona POV

Saat ini pukul 21.48, aku baru saja pulang dari mini market untuk membeli keperluan hidup ku seminggu ke depan. Aku melangkahkan kakiku ke dalam gang yang penuh dengan nuansa kelam, sunyi, hanya semilir angin yang di dengar. Begitu sepi.

Inilah penyakit ku, suka mencari makanan pada malam hari. Jadi aku sudah terbiasa akan suasana seperti ini. Seluruh tetangga aku sudah kenali, jadi membuat ku yakin tidak akan terjadi apa-apa.

Yap, aku memang sudah mengenali tetangga ku. Mau itu yang di depan rumah, belakang rumah, samping rumah. Tapi tidak dengan dia, sosok yang belum pernah ku lihat. Perawakannya sungguh asing di mata ku.

Dia. Seorang namja berkulit putih pucat dengan wajah yang memar, entah dia memukuli dirinya sendiri atau berkelahi dengan orang lain aku pun tidak tahu. Dan juga surainya yang berwarna hijau mint berjalan sempoyongan dengan genggaman botol Soju di tangan kanannya.

Entah apa yang akan dilakukannya. Jujur, aku sebenarnya tidak peduli padanya. Tapi aku penasaran, siapa tahu dia akan membuat ricuh di komplek ini atau maling? Jadi aku membuntutinya.

Saat dirinya melangkah, aku pun ikut melangkah. Hingga aku baru tersadar, dia memberhentikan langkahnya karena jalannya buntu.

Apa yang akan dilakukannya dengan berdiam diri di jalan buntu ini? Aku tidak menghampirinya, aku hanya memperhatikannya dari kejauhan.

Dia mengerang. Sesekali pun berteriak dengan menjambak Surai hijau mint nya itu. Air mata keluar sesekali. Matanya merah. Sungguh terlihat menakutkan.

"KAU EGOIS!!!!"

Itulah kata kata yang pertama ku dengar. Dirinya sungguh terlihat frustasi. Dia menendang apapun yang ada di depannya. Tak jarang dirinya memukulkan tangannya ke tembok. Setelah sadar kau pasti akan merasakan sakit, bodoh!

"KENAPA?!!”

"KENAPA KAU TIDAK PERNAH MEMIKIRKAN PERASAAN KU??!!!!"

"AAAARGGGHHH"

PRANGG...

Satu botol Soju yang tadi digenggamnya hancur seketika setelah di bantingkan olehnya ke tembok. Dia perlahan-lahan melangkah dan mengambil salah satu serpihannya. Dia memperhatikan serpihan itu dengan senyumannya yang entahlah aku susah menjelaskannya tapi itu menakutkan.

"KAU EGOIS!!! KAU EGOIS !!!!" Ucapnya seraya mengibas-ngibaskan serpihan itu. Seperti sedang menyayat angin.

"KENAPA KAU BEGITU EGOIS??!!!"

Dia sebegitu frustasinya kah? Atau aku sedang melihat orang gila mengamuk? Apa yang harus aku lakukan? Aku masih tidak berani menghampirinya.

Sosok namja itu lelah dan duduk menyandarkan punggungnya di tembok dengan serpihan yang masih digenggamnya.

"Kenapa kau begitu egois?!" Lirihnya tapi masih dapat ku dengar. Air matanya mengalir perlahan.

"Aku sungguh tidak tahan dengan semua ini!!" Lirihnya lagi yang membuat mata ku terbelalak kaget saat serpihan itu di dekatkan dengan urat nadinya. Spontan aku langsung meninggalkan barang belanjaan ku dan lari menghampirinya.

"APA YANG KAU LAKUKAN?! KAU SUDAH GILA!!" Ujar ku seraya menarik tangannya.

"DIAM!!!" Ujarnya dan langsung mendorong ku.

Dia bangkit dengan tatapan tajam padaku. Entah kenapa aku tak menyerah dan langsung menarik tangannya lagi agar membuang serpihan kaca itu.

"LEPASKAN KACA ITU!!!" Ujar ku seraya berusaha melepaskan serpihan itu.

"KAU SUDAH GILA?!! SERPIHAN ITU BISA MENYAKIT--"

SREEEK...

"Aaww!!" Lirih ku karena dia memberontak lebih keras dan melukai tangan kiri ku sampai mengeluarkan cairan kental berbau amis.

Lelaki di depan ku hanya tersenyum smirk. Sungguh keterlaluan. Dia tersenyum setelah melukai orang lain? Dia benar benar gila.

Dirinya menatap mata ku lama. Aku juga membalas tatapannya dan tidak memperdulikan darah ku mengalir dari tangan ku. Aku tidak akan takut dengan tatapan mu.

"Saranghae." Ujarnya dengan mata yang masih menatap ku dan gummy smile nya. Itu sungguh manis.

Apa yang kau bicarakan Yoona? Batin ku, seraya menepuk-nepuk pipi ku agar sadar.

Tak lama setelah dia berbicara melantur seperti itu, dia pun terjatuh dan pingsan.

Aku kaget dan langsung menghampirinya. Aku sudah berniat menghubungi keluarganya tapi dia tidak membawa hp. Akhirnya dengan tangan ku yang begini aku berusaha membawanya ke rumah ku dan tak lupa juga barang belanjaan ku.

Aku sungguh kesusahan membawanya, mengingat malam hari seperti ini semua orang sudah berada di alam mimpinya.

Sesampainya di rumah, aku langsung mencari kotak P3K untuk mengobati memar di wajahnya dan juga buku buku jarinya. Serta tangan ku pun ikut diobati.

Saat aku mengobati luka di pipi kanannya. Sebuah air mata mengalir, membuat tangan ku basah karenanya.

Apakah kau sungguh tertekan? Aku sungguh merasa iba melihatnya seperti ini.

Setelah mengobati aku langsung tidur di atas sofa  sedangkan lelaki itu di kamar ku. Tak lama penglihatan ku perlahan-lahan menjadi gelap.

**

Jangan lupa vote dan komentarnya 😊

LET ME KNOW || SUGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang