9. Bertengkar

9.3K 618 100
                                    

Apalah arti tepuk tangan kalau tanpa saweran.
Apalah arti tulisan panjang, kalau tanpa komentar kalian??






Pagi hari, Keyara tak berhenti bolak balik ke kamar mandi. Perutnya sangat mual seperti diaduk-aduk. Dan dia merasa kalau tubuhnya sangat lemas. Belum lagi, keringat dingin bercucuran di pelipisnya. Suaminya belum bangun. Dan dia harus menahan pusing sendirian di kamar mandi.

Rex gelisah dalam tidurnya. Sejak semalam, bocah itu tidak bisa nyenyak. Rex membuka matanya. Tanpa membangungkan Ray dan Rey, ia turun dari ranjang kecilnya. Membuka pintu dengan susah payah.

"Ihh melinding!" ucap Rex mengusap bulu kuduknya. Lampu di rumahnya semua padam. Hanya ada cahaya dari celah-celah jendela. Untuk ukuran orang dewasa saja, dikatakan gelap. Apalagi untuk Rex. Rex berlari dengan cepat menuju kamar Papa Mamanya. Setelah sampai, tanpa basa-basi bocah itu mendobrak pintu.

Rex melihat Papanya tidur dengan ngorok. Ia bergidik ngeri. Bagaimana Mamanya bisa tidur dengan orang sebrisik Papanya?.

"Hoeeek hoeeek!" Rex tergagap saat mendengar suara orang muntah-muntah. Dengan langkah kecilnya, Rex menuju kamar mandi. Sumber suaranya disana. Rex mendapati Mamanya berdiri lemas di depan wastafel. Rex langsung memegang kaki Mamanya dengan khawatir.

"Mama kenapa muntah-muntah?" tanya Rex dengan mata berkaca-kaca. Rex sedih melihat wajah pucat Mamanya. Bahkan Mamanya sampai mengeluarkan air mata. Pandangan Rex jatuh pada bibir Mamanya. Sekelebat ingatan mengarah pada saat Papanya memakan habis bibir Mamanya. Pikiran negatif tentang Papanya, langsung merasuk di ingatan kecilnya.

"Oh jadi Papa yang udah bikin Mama muntah-muntah. Awas aja, Pa. Papa lawan aku sekarang." batin Rex dalam hati.

"Rex kok udah bangun, nak?" tanya Keyara mengelus rambut anaknya. Ia kaget melihat anaknya yang tiba-tiba masuk ke kamar mandi.

"Perasaan Rex gak enak, trus Rex ketini. Ternata Mama muntah-muntah. Papa jahat banget ya Ma. Udah buat Mama muntah kayak gini." ucap Rex memegang tangan Mamanya.

"Papa baik. Jangan ngatain Papa jahat. Ayok keluar! Mama udah gak papa." balas Keyara. Rex menggenggam tangan Mamanya. Seolah bocah itu yang menuntun Keyara. Keyara tersenyum kecil melihat tingkah anak pertamanya.

"Keyara, kok wajah kamu pucet banget?" tanya Gerald beranjak dari ranjang. Baru aja pria itu membuka matanya. Dan tidak mendapati keberadaan istrinya. Saat mau mencari, Keyara keluar dari kamar mandi.

"Ini semua gara-gara Papa. Papa yang udah bikin Mama muntah-muntah kayak tadi." ucap Rex marah. Rex maju dan meninju perut Gerald dengan brutal.

"Papa jahat. Udah bikin Mama sakit, malah tidul ngorok. Gak coba nyembuhin Mama lagi," oceh Rex masih brutal memukuli Papanya. Keyara sudah memisah, tapi anaknya tetap kekeuh. Rex belum puas kalau belum buat Papanya babak belur seperti yang pernah dia lihat di tv. Sebenarnya mudah untuk Gerald mencekal tangan Rex, tapi pria itu membiarkan saja anaknya.

Gerald ngaku salah kalau dia tidak denger saat Keyara muntah-muntah. Karena semalam, Gerald ada kerjaan yang membuat pria itu lembur sampai jam dua pagi. Gerald sangat ngantuk. Dan ini masih jam lima pagi. Tapi anaknya juga udah bangun. Dalam hati, Gerald bangga dengan Rex. Walau masih kecil, Gerald bisa merasakan kalau anaknya nanti akan menjadi pria yang lebih bertanggungjawab daripada dirinya sendiri.

"Rex udah. Mama udah sehat, tadi Mama muntah-muntah karena adek kamu di dalam perut Mama." jelas Keyara.

"Adek aku? Adek aku siapa Ma?" tanya Rex bingung.

"Kamu, Ray dan Rey bakal punya adek kecil lagi. Tapi masih di perut Mama." Keyara juga bingung menjelaskan pada anaknya. Apalagi Gerald yang tidak bisa merangkai kata.

Possesive seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang