32. Tiga hari tanpa Rex.

8.3K 564 235
                                    

Wulan merenung di bangkunya seorang diri. Sudah tiga hari Rex tidak menampakkan batang hidungnya. Hanya ada Rey yang duduk di sudut kelas dan Ray yang berada di kelas sebelah karena program axelerasi, sejak kemarin Ray resmi pindah kelas. Sudah tiga hari pula kelas terasa sepi. Biasanya saat istirahat, Rex yang selalu membuat kegaduhan. Namun hari ini dan kemarin, tidak terdengar celotehan remaja itu.

"Ya ampun Rex kemana sih? Sepi beut tanpa abang Rex!" teriak Azka geram. Memang bocah itu yang paling merasa kehilangan Rex. Azka tanpa Rex sudah seperti tahu tanpa cabe, hambar. Rey yang mendengar keluhan Azka hanya diam. Tak Rey pungkiri, sejak perginya Rex semua tampak berubah. Tidak ada kegaduhan, tidak ada canda tawa di kelasnya dan tidak ada sinar yang biasanya membahagiakan. 

"Heh Rey, Rex kemana sih? Hp aktif ditelfon gak diangkat. Dia ada masalah apa, hah?" serobot Farel kepada Rey.

"Iya, Rex kemana sih?" teman-temannya mulai menanyakan keberadaan Rex. Sudah tiga hari Rex tidak masuk tanpa alasan yang jelas. Karena Rex merupakan anak kesayangan di kelas, membuat semuanya mencari remaja songong itu.

"Ayah Rex, dedek Farel kangen!" teriak Farel frustasi saat Rey tidak kunjung menjawab.

"Iya Ayah Rex, kami semua kangen!" jawab yang lainnya.

Rey membisu sambil memainkan kertas. Apa jika dia pergi, teman-temannya akan mencarinya juga? Sejak jaman SD, selalu Rex yang bisa menarik perhatian teman-temannya. Padahal, kalau kata orang-orang, wajahnya lah yang paling ganteng di antara ketiganya.

"Apa jangan-jangan Rex marah gara-gara gue yang gak mau jadi istrinya ya?" tanya Wulan pada dirinya sendiri. Mengingat Rex sangat bucin kepada dirinya, Wulan jadi berasumsi seorang diri. 

"Rey, lo jangan diam aja dong! Lo kan saudara kembarnya, masak gak tau Rex ada di mana? Sepi nih gak ada Rex. Ibarat makan tapi enggak Pup!" serobot Azka.

Rey diam merenung, rumahnya juga tampak sepi tanpa kehadiran Rex. Mamanya sering mengunci diri di kamar, Papanya pulang larut malam dan Ray sibuk belajar juga Cia yang tidak mau bicara dengan siapapun. Cia selalu menangis karena rindu dengan kakaknya.

"Rey, lo bisu atau gimana sih? Kita butuh klarifikesyen tentang Rex yang ngilang tiba-tiba!" teriak Azka menghampiri Rey. Bocah itu juga menggebrak meja Rey dengan kencang. Tidak peduli kalau kesannya dia menindas Rey, yang penting dia tau di mana keberadaan sahabat lucknutnya itu yang selalu terobsesi punya rambut kuning. 

"Gue gak tau. Kalau gue tau, sudah gue kabari kalian semua," jawab Rey. 

"Ya masak lo saudaranya gak tau sih. Astaga pengen gue makan lo hidup-hidup!" Azka menjerit frustasi. Azka tidak peduli bila dia dikatai lebay, karena dia sudah terlalu sayang dengan Rex sejak mereka masih sama-sama kecil. Yang Azka butuhkan saat ini adalah kabar Rex, sebagai sahabat tentu saja dia khawatir. 

"Kira-kira Rex sudah makan belum, ya? Dia baik-baik aja apa enggak ya?" tanya anak-anak perempuan yang juga ikut merasa kesepian tanpa Rex. 

Rey meremas tangannya sendiri. Teman-temannya sesayang ini dengan Rex. Rey tidak bisa membayangkan bagaimana kalau teman-temannya tau dialah penyebab Rex menghilang, pasti teman-temannya akan menyerangnya habi-habisan. 

"Kenapa kalian tampak sayang banget sama Rex?" tanya Rey yang selalu penasaran alasan semua orang mencintai Rex. 

"Aura Rex itu penuh dengan Cinta. Dia juga suka menolong tanpa melihat siapa pun orangnya. Cinta yang Rex tebarkan itu membuat kami mencintai dia. Walau dia sombong, songong, bobrok, keras kepala, setengah gak waras, tapi dia baik hati banget dan bikin kami selalu tertawa. Orang yang penuh ketulusan akan dicintai banyak orang," jelas Carin yang langsung dijawab setuju oleh teman-temannya. 

Possesive seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang