27. Hi mantan!

4.8K 439 94
                                    


"Bunda!" panggil Rex pada Wulan yang tengah makan mie di bangkunya.

"Cieee sudah Bunda bundaan nih!" seloroh Darel yang ditanggapi sorakan teman sekelasnya.

"Bunda diem-diem bae, Ayah kangen," ucap Rex yang lagi-lagi dapat sorakan.

"Apaan sih, Rex?" tanya Wulan setelah menelan mie instannya. Telinga Wulan serasa panas saat Rex terus saja memanggilnya dengan sebutan Bunda. 

"Kok tadi berangkat duluan. Gak nunggu Ayah jemput." Rex berucap berniat memancing Wulan. Gila saja, Rex merasa ternistakan saat tau Wulan lebih memilih berangkat dengan Reino dan mengingkari janji dengan dirinya. Rex curiga kalau mata Wulan tidak sehat, bagaimana Rex yang tampan bisa kalah saing dengan Reino yang bibit bajingan. 

"Gila ya, gue berangkat sama Pacar gue lah."

"Ya gak usah marah-marah lah, Bun. Kan cuma nanya," jawab Rex membanting tas nya di bangkunya sendiri. Kan, dia bilang juga apa. Wulan memang harus mendapat penanganan khusus agar matanya cepat sembuh. 

"Carin, kerjain PR gue!" titah Rex pada Carin yang duduk tak jauh dari dirinya. Rex sudah seperti raja yang hobbynya memerintah teman-temannya. 

"Tumben gak dikerjain Ray atau dedek Rey?" tanya Carin heran.

"Adek gue sok iyes semua. Cepet kerjain, gue beliin sepatu kesukaan lo nanti!" titah Rex. Carin hanya mendengus. Namun tetap mengerjakan PR Rex dengan senang hati. Lumayan dapat sepatu. 

Sudah tidak asing di mata teman-temannya kalau Rex memang selalu bertindak sesuka hati. Rex tidak pernah mau mengerjakan PR sendiri. Dengan mengandalkan uangnya yang banyak, dia akan memerintah teman-temannya. Sedangkan yang diperintah juga sudah pasti akan dengan senang hati, karena Rex memberikan upah tidak tanggung-tanggung. 

"Orang kaya mah bebas!" goda Azka menepuk pundak Rex. 

"Sejak kapan lo berdiri di samping gue? Lo keturunan casper bisa berpindah tempat dengan cepat?" tanya Rex menepis tangan Azka dari pundaknya.

"Gila lo, Rex. Lo beliin Carin sepatu, tapi gak beliin gue?" serobot Wulan tidak terima. Jelas saja sebagai sahabat dekat dia tidak terima kalau hanya Carin yang dibelikan sepatu.

"Bunda mau sepatu?" tanya Rex sembari mengemut kulit kacang. Rex sangat suka kulit kacang karena rasanya asin. Dan pria itu selalu membawa kacang kulit yang dia letakkan di saku samping tasnya.

"Maulah," jawab Wulan antusias. 

"Suruh beliin Reino aja," jawab Rex mengejek.

"Terus kenapa nawarin?" tanya Wulan kesal.

"Nawarin doang, Bun. Gak beliin,"

"Rex, Wulan, tengkar aja terus. Kuping gue panas dengernya!" teriak Farel melempar buku paket dengan kencang sampai jatuh tepat mengenai bangku Rex.

"Jomblo jangan sok keras!" ejek Rex menatap sinis Farel. Farel yang kecilnya sangat menggemaskan jadi pria galak yang sensian. Setiap hari yang dilakukan Farel hanya berteriak kencang membuat kuping orang-orang panas. 

"Lo jomblo ngatain jomblo. Sultan kok gak punya kaca!" sinis Farel. 

"Jomblo mah jomblo aja, terima keadaan, Farel!"

"Lo lebih sadboy dari gue," seloroh Farel.

"Gue mah bisa jadi pembinor. Apapun gue lakuin buat dapetin Bunda."

"Huuuuu buceeeen!" teriak teman-temannya.

"Tenang fens tenang!" ucap Rex dengan gaya songongnya.

"Rex, gila ya lo. Orangtua lo terkenal, pembisnis paling cerdas, paling pinter, namanya sedang naik daun. Dua adek lo juga pinter-pinter. Lo guobloknya naudzubillah banget sih. Bengek lagi." ucap Azka yang emang mulutnya terdapat kandungan cabe.

Possesive seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang