16. Tidur dikamar Mama

8.1K 619 107
                                    

Setelah dirawat kurang lebih lima hari di Rumah sakit, akhirnya Rex diperbolehkan pulang. Namun, tetap dengan catatan-catatan yang harus dipatuhi, Rex berada di gendongan Papanya untuk menuju mobil. Rex tampak ogah-ogahan ketika disuruh mengalungkan lengannya ke leher Papanya.

Sebenarnya Rex ingin digendong Mamanya, tapi Mamanya sedang hamil. Rex ingin ikut dengan Kakeknya, tapi Kakeknya masih sibuk. Dan jadilah ia digendong Papanya walau terpaksa.

"Pa, aku mau jalan kaki aja,"  ucap Rex memelas.

"Kamu masih oleng gitu kok sok-sokan mau jalan," jawab Gerald terkekeh.

"Pa ... Papa, aku juga mau digendong kayak Lex," rajuk Rey menarik-narik kaos Papanya.

"Aku juga mau," timpal Ray. Gerald menundukkan tubuhnya. Rey langsung meloncat ke punggung Papanya.

"Rex, pegangan leher Papa. Biar Ray bisa naik!" ucap Gerald. Rex mengalungkan tangan mungilnya ke leher Papanya. Gerald membantu Ray naik ke tubuhnya. Jadilah ketiga krucilnya menempel di tubuhnya.

Mereka bertiga tampak senang di gendongan Papanya. Untung Papanya masih kuat. Gerald mencoba menyangga tubuh ketiga anaknya yang menyulitkannya berjalan. Apalagi Rex yang mengeratkan pelukannya pada leher sudah seperti ingin mencekiknya.

"Mas semangat! Tinggal beberapa langkah lagi sampai mobil," ujar Keyara terkekeh. Gerald tersenyum tipis. Resiko anak banyak, satu minta gendong, yang satunya juga minta.

Di dalam mobil pun harus ada drama keluarga yang bikin Keyara pusing. Ketiga anaknya berebut tempat duduk di dekat jendela.

"Anak-anak, kenapa bertengkar terus?" tanya Gerald mencoba kalem.

"Aku ingin duduk di dekat jendela. Tapi Lex gak mau ngalah," adu Rey.

"Kenapa harus aku yang ngalah. Minta saja sama Ray untuk pindah posisi!" ketus Rex sambil memeluk bolanya yang dibelikan kakeknya.

"Gak mau. Aku mau disini saja," ucap Ray memepertahankan posisinya.

"Tlus aku ditengah? Gak mau." Rey mulai ingin menangis. Sungguh bocil itu sangat cengeng.

"Yaudah duduk sini di pinggir jendela. Biar aku yang keluar mobil," ujar Rex dengan tegas. Bocah itu berusaha membuka pintu mobil. Buru-buru Gerald mengaktifkan tombol kunci.

"Rex, duduk ditempatmu!" titah Gerald.

"Ray dan Rey, duduk di jendela kanan. Ray, pangku adekmu!" ujar Gerald mengintruksi. Rey langsung naik di pangkuan Ray. Ray ingin sekali menjitak kepala Rey karena duduk di pahanya tidak sadar diri kalau tubuhnya berat.

"Rex, anteng di situ. Ini bantal kalau kamu ngantuk." Gerald menyerahkan bantal leher untuk anaknya.

"Gak butuh!" jawab Rex menghadap ke jendela. Gerald ingin berbicara lagi, tapi Keyara buru-buru mengisyaratkan agar suaminya diam.

"Gak perlu berdebat, Mas. Biarin aja. Rex masih ngambek sama kamu," ujar Keyara mengelus lengan atas suaminya.

Gerald melirik anak-anaknya yang anteng, ia langsung menjalankan mobilnya perlahan. Kalau jaman muda, ia biasa ngebut, saat ini ia harus lebih hati-hati. Keselamatan istri dan anaknya harus dia jaga.

"Mama, aku mau dibuatkan kamar sendiri. Kasurnya yang lebar dan besar. Aku gak mau tidur di kasur yang sempit," ucap Rex tiba-tiba. Keyara yang sedang mengelus perutnya lantas menoleh ke arah anaknya.

"Kan kamu masih kecil, kenapa minta kasur besar?" tanya Keyara lembut.

"Biar bisa koprol-koprol kayak kak Alfath, Ma. Beliin kasur sekarang. Aku mau milih sendiri," rajuk Rex.

Possesive seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang