24. Menang lomba.

5.4K 593 78
                                    


Beberapa tahun kemudian



"Rexvan Rexvan Rexvan!"

Sorak-sorai bergemuruh keras saat remaja tujuh belas tahun menggiring bola dengan sangat piawai. Remaja yang menjadi primadona di sekolah itu dengan gaya percaya dirinya yang tinggi terus menggiring bola menghindari lawan mainnya. Para remaja putri berlomba menyebut namanya dengan semangat.

"Rexvan Rexvan Rexvan!!"

"Rexvan ganteng!"

"Rexvan keren!"

"Rexvan masukiiiin!"

"Yeyyy!"

"Rexvaaaaan!!" teriak salah seorang perempuan berpakaian mini ala cheerleaders menyemangati Rex. Teriakan satu perempuan itu sangat kencang mengalahkan teriakan yang lain. Rexvan tersenyum sekilas tanpa menatap gadis yang sudah dia kenali suaranya itu, dia makin semangat untuk membobol gawang.

"Goalll!!" teriak para suporter dengan semangat.

Pertandingan Futsal antar sekolah lagi-lagi dimenangkan oleh tim SMA Nusa Bangsa. Siapa lagi kaptennya kalau bukan Rexvan Adam Al-Farizi. Rexvan dan teman-temannya bertos ria, seperti biasa dia akan kebanjiran ucapan selamat dari teman-temannya. Dan tentunya akan menambah kepercayaan diri Rexvan.

Setelah menyelesaikan pertandingan Rex langsung berjalan mendekati seorang pria paruh baya yang berdiri di pinggir lapangan. Ia memeluk Papanya seraya menyerahkan piala yang selalu dia dapatkan.

"Pa, aku dapat piala lagi," ucap Rex dengan tersenyum senang. 

"Bagus, Sayang. Kamu memang selalu membanggakan," puji Gerald menepuk kepala Rex.

"Pah, jangan panggil 'Sayang! Malu kedengeran yang lainnya," bisik Rex. Rex sungguh malu dengan panggilan 'Sayang yang keluar dari bibir papanya. Terdengar sangat menjijikkan dan sangat cupu. Gerald tertawa, makin lama anaknya makin menggemaskan. Rasanya baru kemarin Gerald menggendong Rex yang masih bayi, tapi sekarang anaknya sudah sebesar ini. Gerald bangga dengan anaknya, Setiap pertandingan tidak pernah kalah.

"Ray sama Rey mana, Pa?" tanya Rex.

"Tadi Papa lihat masih di kelas, Papa ke sana dulu Ya. Bentar lagi juga pengumuman pemenang olimpiade," ucap Gerald. Rex mengangguk.

Gerald berjalan ke sudut kelas. Memang hari ini ada lomba antar sekolah. Mulai seni tari, lukis, olahraga sampai olimpiade. Ray ikut olimpiade Fisika, sedangkan Rey ikut lomba seni musik. Anak-anak Gerald mempunyai bakat dan kemampuan berbeda-beda. Gerald menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang sama. Selain karena biar mudah mengawasinya, juga anak-anaknya biar tetap rukun.

"Rexvan!" teriak suara seorang perempuan yang sangat cempreng membuat Rex menolehkan kepalanya. Gadis itu bernama Wulan, teman satu kelas Rex. Wulan melambai-lambai ke arah Rex. Rex geram melihat Wulan yang berpakaian mini, tampak sekali kalau gadis itu akan ikut lomba Cheerleaders. Rex memalingkan wajahnya, ia tidak suka sama gadis itu kalau berpakaian terbuka.

"Rex, Lihat gue, semangatin gue!" teriak Wulan lagi.

Rex pun mengikuti sahabatnya itu yang menuju tempat perlombaan. Selama perlombaan, Rex tak berhenti berdecak. Pakaian apa yang digunakan para gadis Pemandu sorak itu. Dan kenapa harus melompat-lompat dengan tingkah pecicilan?

Setelah pertandingan pun, kubu Wulan yang menang. Walau dia cuma anggota biasa bukan anggota inti, dia cukup senang karena bisa menang. Gadis itu menghampiri Rex, bergelayut manja di lengan sahabatnya.

"Rex, gue menang loh. Keren gak?" tanya Wulan dengan manja. 

"Hem," jawab Rex acuh. Wulan menggoyangkan lengan Rex, merasa tidak puas dengan jawaban sahabatnya itu.

Possesive seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang