10. Dimarahi

8.1K 700 92
                                    

Gerald menatap ketiga anaknya yang saling duduk berjauhan. Saat ini mereka tengah sarapan lesehan di taman belakang. Mumpung weekend mereka Qitime. Tak biasanya ketiga anaknya itu duduk berjauhan. Biasanya mereka juga bertiga dan saling menjahili satu sama lain.

Rex duduk dengan anteng sambil menatap kagum ke arah makanan yang dipesan Papanya. Karena Mamanya kurang enak badan, Papanya melarang Mama masak. Kalau besar, Rex ingin jadi kayak Papanya yang sayang Mama. Kecuali, Rex tidak mau jadi pemakan bibir manusia.

Beda dengan Rex yang anteng dan tenang, Ray dan Rey tampak gelisah dan saling bisik-bisik. Mereka masih terngiang-ngiang dengan ucapan Rex yang tidak lagi membelanya. Mereka takut sendiri. Karena selama ini Rex yang membelanya dari anak tetangga yang suka membully mereka.

"Mas, itu kenapa sih mereka? Lagi bertengkar ya?" tanya Keyara heran. Gerald menggelengkan kepalanya. Tadi saat ia memasuki kamar anaknya, Rex sudah mandi dan berusaha memakai bajunya sendiri walau kesusahan. Sedangkan Ray dan Rey, ia temukan masih di atas ranjang dengan wajah lesu.

"Rex, Ray, Rey, kenapa duduknya jauhan gitu?" tanya Gerald pada ketiga anaknya. Ray dan Rey menunduk, tidak berani menjawab.

"Rex, ada apa?" tanya Gerald lagi. Rex mencebikkan bibirnya. Selalu dia yang ditanya kalau kedua adiknya tidak bisa menjawab. Lelah rasanya jadi Rex.

"Mereka berdua ngajakin gelud aku, Pa. Benar kata Om Kris. Kalau mereka cupu," jawab Rex dengan sinis.

"Rex, gak boleh ngatain orang. Apalagi adek sendiri!" tegur Keyara.

"Emang gitu, Ma. Kalau gak cupu, mereka gak akan menyerangku. Satu lawan satu kalau berani," ketus Rex bersungut-sungut.

"Pasti kamu yang buat ulah kan?" selidik Gerald. Rex makin cemberut. Kenapa sekarang dia yang disudutkan?

"Kenapa aku? Mereka dulu yang mulai!" teriak Rex.

"Rex, kalau dikasih tau orang tua gak boleh teriak!" tegur Gerald.

"Pokoknya Ray sama Rey yang salah!" ucap Rex membanting sendok yang dia pegang. Bocah itu berdiri dari duduknya. Memakai sendal bermotif kartun dengan cepat.

"Rex mau kemana?" tanya Gerald ikut berdiri. Rex tidak menjawab. Bocah itu berjalan dengan sok iyes menjauhi makanan-makanan yang lezat.

"Papa hitung sampai tiga. Kalau gak balik awas!" ancam Gerald. Tapi ancaman itu masih belum mempan.

"Papa buang mainan kamu semuanya." tambah Gerald. Rex menghentikan jalannya.

"Satu.. "

"Dua.. "

Rex membalikkan tubuhnya. Menatap Ray dan Rey yang juga menatapnya. Rex mengepalkan tangannya dan memperagakan seolah-olah menonjok adik-adiknya. Dengan wajah sok sangarnya, Rex kembali menjauhi Papa, Mama dan adik-adiknya. Gerald menghela nafas. Ganti dia menatap Keyara. Keyara juga sama, hanya bisa menghembuskan nafasnya.

"Ray, Rey, sini!" panggil Keyara. Kedua R itu lantas mendekat.

"Emang awalnya gimana, kok bisa tengkar?" tanya Keyara lembut.

"Tadi Lex celita, Ma. Kalau di pelut Mama ada adek kecil. Tlus Ley tanya balik sama Lex. Kenapa bisa ada adek. Tlus Lex nya malah-malah. Bilang kalau dia pusing. Jangan tanya telus. Gitu," jelas Rey dengan logat cadelnya.

"Lex nya juga bentak-bentak Ley, Ma. Tlus aku belain Ley. Sama Lex malah kita dipukul sama guling," adu Ray ikut memberi penjelasan.

Gerald dan Keyara saling berpandangan. Anak-anaknya sering bertengkar. Tapi, sepuluh menit kemudian langsung balikan. Kalau saat ini, malah yang satu main kabur-kaburan.

Possesive seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang